Menengok Atap Peradaban Dunia

atap
Pada akhir abad ke-19, seorang Inggris semasa menjalankan tugas garnisun di India, pada sebuah kesempatan yang sangat istimewa, mendapatkan buah prasasti Naccal dari seorang kepala biara kuil kuno agama Hindu. Itu adalah suatu huruf yang sangat sulit dimengerti, kolonel berusaha sekuat tenaga, akhirnya di bawah petunjuk seorang biksu luhur India, berhasil membaca sebuah sejarah zaman kemakmuran dan kemerosotan peradaban kuno yang hebat, pada tahun 1926 kolonel menerbitkan karya yang berhubungan dengan peradaban daratan besar Mu (daratan yang hilang), yaitu kisah legenda yang sekarang kita namakan "Daratan Mu".

Letak daratan besar Mu menurut yang tercatat dalam prasasti letaknya di perairan laut Samudera Pasifik, di daratan besar Mu manusia pernah mengembangkan sebuah peradaban besar yang makmur, menciptakan sastra, seni, dan teknik yang tinggi serta menciptakan budaya lainnya. Ketika itu penduduk memiliki teknik bangunan yang tinggi, mampu membuat bangunan ukuran besar, piramida, tonggak batu serta kastil, jalan raya dan sebagainya. Konon, ibukota daratan besar MU dan di setiap kota semuanya dialasi jalan raya dari hamparan batu yang terbentang rapi dan kanal, tembok dalam kota dihiasi dengan perhiasan emas yang gemerlap, semua orang hidup dalam kemewahan. Penduduk daratan besar Mu juga sangat terampil dalam teknologi pelayaran laut, jejak pelayaran laut tersebar di setiap samudera, bahkan mengembangkan kerajaan koloni yang kuat, waktu itu daratan besar Mu disebut "atap peradaban dunia".

Namun, daratan besar Mu yang makmur, dalam bencana yang tiba-tiba terjadi dalam sekejap hilang di bawah permukaan horizontal. Tragedi yang mengerikan dan menggetarkan hati pertama-tama berasal letusan gunung merapi yang dahsyat, menimbulkan gempa bumi dan gelombang laut yang dahsyat. Akhirnya semburan dahsyat lahar gunung berapi dan di bawah getaran serta guncangan gempa bumi, permukaan bumi naik turun bagaikan gelombang laut, bara api dan asap tebal menyelimuti angkasa, segala yang ada di atas daratan laksana timbunan kayu yang roboh runtuh ke bawah, lava gunung merapi serta gelombang laut yang meliputi langit menyelimuti bumi menembus ke atasnya, lalu dalam sekejap mata, daratan besar Mu lenyap sama sekali di permukaan Samudera Pasifik.

Prestasi daratan besar Mu meskipun bisa dipandang sebagai sebuah kisah legenda, namun jika dilihat dari sudut lain bisa ditemukan: Proses perkembangan peradaban manusia semuanya musnah setelah mengalami peradaban materiil yang tinggi, sebenarnya ada kesalahan yang bagaimana peradaban materiil yang tinggi itu? Peradaban materiil yang tinggi harus ditopang oleh budaya spiritual yang tinggi, perkembangan budaya spiritual, dalam sejarah jelas tidak ada preseden yang berhasil, dalam peninggalan kuno prasejarah, hampir semuanya hanya dapat mempertahankan budaya spiritual agar jangan sampai merosot terlalu cepat saja. Dilihat dari perkembangan masyarakat sekarang, kita memang merasakan tingkat kesukaran dan kerumitannya pada perkembangan budaya spiritual, tingkat kerumitannya, jauh lebih besar dari perkembangan teknologi materinya.

No comments: