Nabi Adam

Lho Kok Nabi Adam Dilahirkan dari Mahluk Hidup Lain?
Saya kok sepertinya masih belum sependapat dengan pemikiran mas ibrahim dan mas haniifa ya, terutama yang terkait dengan pemikiran agus mustopha.

PERTAMA.

Menurut saya, Agus Mustofa dalam bukunya “Ternyata akhirat tidak kekal” agak memaksakan tafsir terutama pada Surat Al A’raf :189 :


“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Al A’raf :189)


“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu…

Kalau kata ‘kamu’ yang dimaksud pada ayat ini adalah nabi adam as, maka bisa jadi penafsiran bahwa Adam dan Hawa dilahirkan dari rahim yang sama (diri yang satu) adalah benar. (hlm 24, Ternyata Akhirat Tidak Kekal, Agus Mustofa)


Namun coba telusuri kembali ayat sebelumnya 188 :


Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. dan sekiranya Aku mengetahui yang ghaib, tentulah Aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan Aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (Al A’raf :188)



Jelas sekali bahwa yang diajak berbicara (kata ‘kamu’ pada ayat 189) adalah Nabi Muhammad SAW, bukan nabi Adam as.

Sehingga makan ‘Diri yang satu’ adalah Nabi Adam, bukan rahim makhluk lain seperti digambarkan Ust.Agus Mustofa.

“…dan dari padanya Dia menciptakan istrinya..”

Dari padanya ini jelas sekali, insya Allah maksudnya “dari nabi Adam” Dia menciptakan istrinya sehingga Siti Hawa memang benar-benar diciptakan dari Nabi Adam as. Wallahu ‘alam bagaimana caranya.


KEDUA

Apakah syurga yang dimaksud sebagai tempat tinggal Adam dan Hawa adalah di bumi juga seperti yang digambarkan Ust Agus Mustofa?.


Mari kita review kembali QS. Al A’raf 11-25:


11. Sesungguhnya kami Telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, Kemudian kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, Maka merekapun bersujud kecuali iblis. dia tidak termasuk mereka yang bersujud.


12. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” menjawab Iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”.

13. Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; Karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”.

14. Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”.

15. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”

16. Iblis menjawab: “Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,

17. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

18. Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya”.

19. (dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”

20. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”.


21. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”,

22. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. tatkala keduanya Telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku Telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”

23. Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

24. Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang Telah ditentukan”.

25. Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. (QS. Al A’raf 11-25)

Dialog yang terjadi pada ayat-ayat diatas, sebagaimana dalam kaidah tafsir : apabila tiada penjelasan pada ayat lain yang berbeda, maka kita harus meyakini dialog tersebut terjadi apa adanya seperti dikisahkan Al Qur’an. (Ayat yang mirip pada Al Hijr :26-44).


Artinya telah benar-benar terjadi dialog antara Allah, Malaikat, Iblis dan Adam. Dialog seperti ini hampir mustahil terjadi di bumi atau alam nyata. Dikisahkan dialog tersebut terjadi di Syurga (lihat ayat 13), yang tentunya termasuk alam ghaib (terlepas dari definisi ghaibmu dan ghaibku ala ust. Agus Mustofa).


Lihat ayat 19 - 25


Allah dengan sangat tegas membedakan bahasa Syurga (Jannah) dan bumi (Al Ard)

Ust. Agus Mustofa menafsirkan ayat tidak komprehensif, melainkan sepotong-sepotong.

Seperti pada ayat 25 (QS Al A’raf) :


“Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.”


Beliau menafsirkan bahwa kata ‘kamu’ atau Adam as pada ayat tersebut hidup, mati dan dibangkitkan kembali di bumi. sehingga Syurga yang dimaksud sebagai tempat tinggal adam as pertama kali adalah dibumi juga (halaman 12. Ternyata Akhirat Tidak Kekal).

Namun barangkali beliau lupa, bahwa Allah SWT mengatakan demikian pada Adam as setelah Adam diturunkan dari syurga, bukan saat adam masih berada di syurga. (lihat ayat 19 - 25)


KETIGA


Penafsiran Ust. Agus Mustofa terhadap ayat QS Al Baqarah : 30 :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”


(hlmn 16-17, Ternyata Akhirat Tidak Kekal) Agus Mustofa menyatakan sependapat dengan Prof. A. Baiquni bahwa malaikat mengetahui bahwa khalifah itu akan membuat kerusakan karena memang sebelumnya sudah ada yang seperti manusia (hanya mirip).


Barangkali Ust. Agus Mustofa tidak mempertimbangkan bahwa seluruh kejadian alam semesta sudah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfudz. Kitab ini tentu saja gaib bagi manusia namun belum tentu segaib malaikat seperti yang dijelaskan Ust. Agus Mustofa sendiri bahwa keghaiban itu relatif.

Jangankan malaikat, Jin saja kadangkala mampu mendapat informasi tentang masa depan.

Lihat QS. Al Jin: 8-9:


“Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).”


Juga perhatikan Hadits dari Shahih Bukhari :


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila Alloh menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan-akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal itu memekakkan mereka (sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan). Maka apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka, mereka berkata: “Apakah yang difirmankan oleh Tuhanmu?”


Mereka menjawab: “(Perkataan) yang benar. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. Ketika itulah, (syaitan-syaitan) penyadap berita (wahyu) mendengarnya. Keadaan penyadap berita itu seperti ini: sebagian mereka di atas sebagian yang lain -digambarkan Sufyan dengan telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari-jemarinya– maka ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu, disampaikanlah kepada yang di bawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada yang ada di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang sihir atau tukang ramal.


Akan tetapi kadangkala syaitan penyadap berita itu terkena syihab (panah api) sebelum sempat menyampaikan kalimat (firman) tersebut, dan kadang kala sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab; dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang ramal) mengatakan: “Bukankah dia telah memberitahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar)”, sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari Iangit. (HR. Al Bukhori).

Sehingga amat masuk akal bahwa Malaikat yang lebih taat pada Allah 100% mengetahui sebagian berita2 ghaib tentang masa depan dari Allah SWT sendiri. Sehingga pertanyaan Malaikat tentang :

“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,…”


Bukan karena kejadian perusakan dimaksud malaikat pernah terjadi, namun lebih pada Malaikat mengetahui beberapa kejadian tentang manusia di masa yang akan datang. Mengapa Malaikat mengetahui beberapa kejadian di masa yang akan datang?


Tentu saja karena tugas2 malaikat terhadap manusia mulai dari mencatat perbuatan hingga meniup sangkakala yang memungkinkan Malaikat sudah mendapat S.O.P nya (Sistem Operasional dan Prosedur, istilah ini digunakan dalam projek atau kegiatan manajerial, akuntansi) dari Allah swt.


Terlepas dari itu semua, Ust. Agus Mustofa merupakan ulama dan ilmuan cerdas yang buku-bukunya sangat menarik untuk dibaca, namun juga tidak berarti lepas dari kesalahan.

Wallahu ‘Alam bish showab



@

Mas Aricloud, ijinkan komentar ini saya naikkan ke postingan ya. Saya memang tidak membaca lengkap buku Agus Mustopha, namun kalau kata Mas :”…bukan rahim makhluk lain seperti digambarkan Ust.Agus Mustofa….” maka saya sependapat dengan Mas Ari. Kalau tidak dinyatakan dalam al Qur’an, maka tentu kata Beliau itu tidak lebih dan kurang adalah prasangkaan belaka. Itu pendapat Agor.


Ada baiknya dipilah juga mengambil kesimpulan dari ayat atau memahami ayat. Tahapan menyimpulkan bahwa Nabi Adam “dititipkan” pada rahim sesuatu mahluk terasa “aneh”, mengapa? Karena ini merupakan pilihan logika lanjutan dari sebuah atau banyak kemungkinan yang mungkin terjadi dari suatu peristiwa yang kita tidak ketahui.

Ternyata Nabi Adam Dilahirkan ???

Beberapa postingan dari komentar yang berkenaan dengan proses penciptaan dan teori Darwin menuai banyak pandangan. Semua mengasyikan sebagai wacana, sambil merenungi “kebenaran” relatif yang dipahami manusia. Mas Aricloud berkomentar panjang lebar dan saya jadikan postingan tersendiri dengan judul sedikit menantang : Lho Kok, Nabi Adam dilahirkan? . Menarik juga yang disampaikan oleh Agus Mustofa yang bukunya beredar cukup luas. Beberapa buku beliau saya beli. Satu di antaranya judul yang juga sangat menantang : Ternyata Adam Dilahirkan, Padma Press, Surabaya, Tanpa tahun terbit. Agus Mustofa ini mengulas dalam bahasa yang relatif mudah dicerna, sederhana, dan cukup provokatif (termasuk juga untuk menjual tema-tema lainnya :) ). Menggabungkan pemahaman pada ilmu pengetahuan (bedakan ilmu, pengetahuan, dan ilmu pengetahuan) serta kaitannya dengan taburan ayat-ayat Al Qur’an sebagai referensi pokok pembahasan.

Terlepas dari sependapat atau tidak, uraiannya memang cukup menarik untuk awam seperti saya ini. Dan cara membahasnya juga cukup lugas, logika pada ayat diusahakan dibahas lebih menyeluruh dari pada postingan-postingan pendek.

Menciptakan kamu sekalian.

Salah satu rujukan utama dari pandangan bahwa Manusia Pertama Bukan Adam (halaman 222 buku Agus Mustofa ini) tentu saja QS 7:11 (Al A’raaf) :

Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.

Disimpulkan dari ayat di atas dengan adanya kata Kami telah menciptakan kamu (Adam) maka pada waktu itu telah banyak “manusia” di muka bumi. Baru kemudian memerintah para malaikat untuk bersujud kepada Adam. Agus Mustofa mengkritisi bahwa terjemahan Depag itu merujuk kata kamu sebagai Adam (tunggal - merujuk pada Nabi Adam). Padahal kata kum bermakna jamak.

Yap… memang, pada beberapa kasus terjemahan depag ini saya juga sering merasa rada bingung apalagi dengan penguasaan bahasa arab yang hanya tanya sini situ, menjadi tidak mudah. Untunglah ada internet yang juga membantu karena mudah kita mencari penerjemahan dari berbagai bahasa (terutama bhs Inggris atau Melayu) sehingga setidaknya kita bisa punya pembanding.

Tanda kurung (Adam) seolah merujuk pada sejumlah “manusia” sehingga dari situ diambilah kesimpulan bahwa Adam bukan manusia pertama, tapi”manusia” yang dipilih oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi ini. Begitulah kira-kira yang saya tangkap dari uraian bernas Pak Agus Mustofa ini.

Sebagai wacana berpikir, bolehkan saya berpikir berbeda :

Kata Kami, selalu merujuk ada institusi lain selain Allah (yang tentu saja ciptaanNya juga). Jadi, kalau Allah berkata Kami bentuk tubuhmu. Maka ada materi lain yang membangun pelaksanaan perintah membentuk tubuhmu….

Kata Kum yang berarti kamu yang jamak (kamu sekalian) yang dalam terjemahan depag diberi tanda kurung Adam, patut kita renungi kembali. Betulkah tanda kurung itu?. Betulkah merujuk pada Adam (sejumlah manusia). Ataukah saat itu ada Jin, Malaikat, dan Adam?. Apakah pernyataan kami bentuk tubuhmu itu untuk bangsa manusia?. Apakah jin, malaikat tidak punya bentuk tubuh?.

Kemudian ayat ini berlanjut dengan kalimat : … Kemudian Kami katakan kepada Malaikat : …..

Jangan lupakan pula yang namanya mahluk yang diciptakan Allah, ada yang dijelaskan kepada manusia ada yang tidak. Merujuk bahwa pernyataan : Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (sekalian) sebagai merujuk hanya kepada Adam memang mempersepsikan rujukan pada manusia saja. Namun, melihat komunikasi pada ayat tersebut, tampak bahwa audiens di depan Allah pada saat itu bukan hanya Adam. Jadi, rasanya sih, kurang tepat juga kalau kata KUM itu merujuk hanya pada manusia saja.

Ini hanya sedikit catatan perbedaan saya setelah membaca buku beliau : Ternyata Adam Dilahirkan.

Ada beberapa subtema lainnya yang juga ingin saya kritisi lagi pada kesempatan lain. Namun, bagaimanapun sebagai buku yang memperluas wawasan, bumi sebagai rahim (tempat bertumbuhnya benih segala jenis kehidupan), pandangan beliau menarik dan luas. Membacanya dengan jernih dan hati-hati akan membuka wawasan dan cara pandang yang lebih luas. Insya Allah saya ingin memiliki semua buku beliau (ikutan promosi).

Betapa luas dan dalamnya setiap ayat, apalagi dalam pemahaman yang seperti disampaikan Agus Mustofa : “pahami secara holistik”.

Selebihnya, wallahu ‘alam.

Penciptaan Isa Seperti Penciptaan Adam

Yang menarik adalah penciptaan Isa seperti penciptaan Adam:

Ali ‘Imran 59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.

berarti hal ini juga sebaliknya penciptaan Adam seperti penciptaan Isa -?

Penciptaan manusia di dalam Al Quran disebutkan: dari tanah, dari saripati tanah, dari air mani. saya tidak hafal ayatnya -)

Apakah semua itu berbeda? Kalau berbeda maka ayat2 Al Quran bisa menjadi bertentangan.

Seperti surat Al Alaq Penciptaan manusia dari segumpal darah dan seterusnya…sehingga menjadi janin manusia sempurna atau selama dalam rahim penciptaan manusia memerlukan proses pertumbuhan dan perkembangan secara bertahap.

Bukankah Isa dan Adam manusia?

Segala sesuatu di alam ini kan berdasarkan sunatullah atau hukum yang telah ditetapkan Allah melalui suatu proses bertahap agar mencapai kesempurnaan dan keseimbangan.

Apakah Isa dan Adam langsung diciptakan dalam sekejap tanpa proses? Saya kira tidak.

Isa diciptakan Allah didalam rahim Maryam yang perawan. Yang melalui proses perkembangan/pertumbuhan dalam rahimnya sehingga mencapai kesempurnaan wujud manusia. Tapi di sini tanpa air mani karena adanya penciptaan oleh Allah, tapi dalam rahim tersebut bakal janin itu berkembang/berproses. Makanan atau saripati makanan yang diberikan oleh Maryam kepada janinnya berasal dari tanah (tumbuhan dan hewan) yang dimakan Maryam kemudian setelah dicerna Maryam menjadi saripati tanah yang kemudian diserap oleh janin untuk perkembangannya.

Kalau penciptaan Isa seperti hal tersebut di atas maka berdasarkan ayat:

QS Ali ‘Imran 59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.

maka Adam pun diciptakan seperti itu pula.

Melalui proses perkembangan dalam rahim. Tapi kemungkinannya rahim tersebut adalah meminjam rahim suatu makhluk yang belum bisa disebut manusia. Yang makhluk tersebut juga makan dari tanah sehingga janin cikal bakal manusia pertama tersebut juga berkembangan dalam proses bertahap dari segumpal darah, tulang, dibalut daging dan seterusnya hingga menjadi makhluk berbentuk lain “manusia sempurna”.

dan berdasarkan ayat:

QS 51. Adz Dzaariyaat 49. Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.

maka dalam rahim sesuatu makhluk yang belum bisa disebut sebagai manusia itu diciptakan pula Hawa atau cikal bakalnya adam belah dua. Jadi Adam dan Hawa adalah sejanin kakak beradik kembar pengantin.

Kira-kira begitu sehingga ayat-ayat Al Quran menjadi tidak bertentangan dan menjadi saling menjelaskan.

Wallahu A’lam bishawab.

@@

Menarik juga yang disampaikan oleh rekan Ibrahim pada komentar. Manusia dilahirkan dari manusia lain, melalui bahan dasar genetika. Adam dilahirkan dari tanah (saripati tanah). Isterinya Adam, diciptakan dari padanya. Tidak ada penjelasan di Al Qur’an bahwa isteri Adam diciptakan dari tulang rusuk.

QS 7. Al A’raaf 11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.

Kata lalu Kami bentuk tubuhmu menunjukkan satu proses. Kata Kami, menunjukkan ada substitusi lain dari Allah (para pembantuNya) yang membuat Adam tercipta.

Isa juga diciptakan dari “sesuatu” yang seperti Adam. Saya memahaminya sebagai bukan dari sperma dan ovum. Adam juga bukan dari sperma.

Dengan kata lain, manusia diciptakan bukan dari mahluk hidup menjadi mahluk hidup dan juga manusia dikembangbiakkan dari manusia lainnya.

Penjelasan tentang “kemungkinan”, menurut hemat saya adalah pilihan-pilihan jawaban yang sulit dicerna. Menerima informasi seperti yang diberitakan oleh ayat dan memahami yang diberitakan menjadi lebih mudah dari pada memahami dengan menggunakan kemungkinan jawaban. Kemungkinan adalah prasangkaan yang kebenarannya tidak bisa dihipotesiskan. Bisa benar bisa tidak. Toh burungpun dibentuk dari tanah, kemudian menjadi burung dengan ijinNya telah “dilakukan” oleh Nabi Isa. Jadi, kiranya mengasumsikan”dititipkan” pada mahluk hidup yang lain bisa menimbulkan persepsi yang tidak tegas urutan kebenarannya.

Wallahu A’lam bishawab.

Artikel Diatas merupakan artikel saja buat pengentahuan jangan diyakini karena semua didunia ini adalah ALLAH SWT,
cuma buat pegnetahuan bukan sebagai sesuatu yang dijadikan dalil, mohon dimengerti karena sesuatu bisa jadi msyirik musrik
mohon ampun kepada ALLAH SWT
YA ALLAH AMPUNKAN DOSA HAMBAMU INI
INGAT cuma buat ilmu ajah jangan jadikan sebagai dalil yang BEnar Dari ALLAH
Berpedomanlah Pada Al Quran dan Al Hadist

4 comments:

Anonymous said...

"Kata Kami, selalu merujuk ada institusi lain selain Allah (yang tentu saja ciptaanNya juga). Jadi, kalau Allah berkata Kami bentuk tubuhmu. Maka ada materi lain yang membangun pelaksanaan perintah membentuk tubuhm"...Hati-hati,ini sudah menyangkut syirik,mengganggap bahwa ada yang menyamai ALLAH . Untuk menghindari kekeliruan,ini saya ambil dari isi buku Pa Hartono Ahmad Jaiz, maaf saya Lupa judulnya dan sekali lagi maaf klo Bukan Pa hartono pengarangnya yang menyatakan kata “kami” dalam bahasa tersebut bukannya menyatakan banyak melainkan bentuk penghormatan,pengakuan akan kekuasaan dan kelebihan seseorang,

Anonymous said...

Saya setuju dengan comment di atas. Kata Kami bukan merujuk pada Allah dan pendamping lain. Tapi menurut ilmu dalam grammar bahasa Arab, yaitu ilmu Nahwu Syaraf(perlu diketahui, banyak orang jadi gila karena mempelajari Nahwu Syaraf karena rumit dan beratnya ilmu ini, jadi jangan dikira menafsirkan B. Arab apalagi yanf berhubungan dengan ayat Quran itu mudah dan seenakpusarnya sendiri), kata Kami bukan harus berarti banyak tapi bisa juga penghormatan, kekuasaan, dan kelebihan. Saya anjurkan agar anda lebih meningkatkan iman dan taqwa, agar bisa menghindari tafsir yang kurang. tentu jika ingin mengetahui pendalaman ayat Al Quran, lebih baik langsung belajar ilmu tafsir, grammar, dan agama Islam pada orang atau lembaga yang tepat.

Anonymous said...

Agus Mustofa itu Insinyur ya, kok dia berani ngomong soal agama seenak perute dewe? Agama bukan bidangnya, jadi mestinya dia tuh nulis buku tetang bangunan atau otomotif atau enginering lainnya, bukan buku agama terus dipahami sendiri.


Kala saya ketemu seseorang (seorang diri) terus saya bilang Assalamu'alaiKUM, itu maksudnya gimana saya mengucapkan salam sama dia satu orang apa berapa orang?

Payoye deh kalau orang g ngerti tapi sok tahu, ancur minah jadinya.

brillycinta.blogspot.com said...

Subhanalloh. Akhi Yasir, ana salut kepada antum. antum hebat bangetz. Segala pujian yang sempurna hanyalah bagi Alloh. Alloh telah memberi antum taufiq yang sangat banyak. Ana jadi kepengen bisa posting tulisan-tulisan kayak di blog milik akhi Yasir.
blog pribadi ana: brillycinta.blogspot.com
email ana:
brillycinta@gmail.com
Ana pengen jadi temen akhi Yasir.