Bung Karno Sang Inisiator Pemugaran dan Pencarian Makam Imam Bukhari (Ahli Hadist)

Orang Indonesia Di Istimewakan Dimakam Imam Bukhari

1329611927554574616

Kebesaran nama mantan presiden Indonesia pertama Ir Soekarno tak

pernah lenyap dimakan jaman baik di negeri sendiri ataupun di luar

negeri, terutama di daerah Eropa Timur. Di bekas negara pecahan Uni

Soviet, yaitu negara Uzbekistan, nama Ir Soekarno sangat dihormati, jika

orang Indonesia (muslim) datang berkunjung ke Uzbekistan sempatkan

diri untuk mengunjungi Makam Imam Bukhari salah satu ahli hadits nabi

muhammad SAW maka akan diberi keistimewaan, orang Indonesia akandiizinkan masuk ke bagian dasar bangunan yang merupakan tempat

jasad Imam Bukhari disemayamkan.

Makam Imam Bukhari tertutup untuk umum, tetapi kalau ada orang

indonesia datang pintu makam akan dibukakan dan persilahkan masuk,

hal ini dikarenakan Ir Soekarno merupakan orang yang melakukan

pemugaran dan merenovasi tempat itu, sehingga semua orang Indonesia

diberi keistimewaan di tempat itu


Sejarah Ir Soekarno sebagai penemu makam Imam Bukhari

Di Tashkent tidak ada jalan bernama Bung Karno. Tapi bukan berarti

rakyat Uzbekistan ini tidak mengenal presiden pertama Republik

Indonesia itu.Tidak banyak yang tahu kalau Bung Karno adalah penemu makam Imam

Al Bukhari, seorang perawi hadist Nabi Muhammad SAW. Begini

ceritanya. Tahun 1961 pemimpin tertinggi Partai Komunis Uni Soviet

sekaligus penguasa tertinggi Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev

mengundang bung Karno ke Moskow. Kayaknya Khrushchev hendak

menunjukkan pada Amerika bahwa Indonesia berdiri di belakang Uni

Soviet.

Karena bukan orang lugu, Bung Karno tidak mau begitu saja datang ke


Moskow. Bung Karno tahu, kalau Indonesia terjebak, yang paling rugi

dan menderita adalah rakyat. Bung Karno tidak mau membawa Indonesia

ke dalam situasi yang tidak menguntungkan. Bung Karno juga tidak mau

Indonesia dipermainkan oleh negara mana pun.

Bung Karno mengajukan syarat. Kira-kira begini kata Bung Karno, “Saya

mau datang ke Moskow dengan satu syarat mutlak yang harus dipenuhi.

Tidak boleh tidak”. Khrushchev balik bertanya, “Apa syarat yang Paduka Presiden ajukan?”

Bung Karno menjawab, “Temukan makam Imam Al Bukhari. Saya sangat

ingin menziarahinya.”

jelas saja Khrushchev terheran-heran. Siapa lagi ini Imam Al Bukhari.

Dasar orang Indonesia, ada-ada saja. Mungkin begitu sungutnya dalam

hati. Tidak mau membuang waktu, Khrushchev segera memerintahkan

pasukan elitnya untuk menemukan makam dimaksud. Entah berapa lama

waktu yang dihabiskan anak buah Khrushchev untuk menemukan makam

itu, yang jelas hasilnya nihil.

Khrushchev kembali menghubungi Bung Karno. “Maaf Paduka Presiden,

kami tidak berhasil menemukan makam orang yang Paduka cari. Apa

Anda berkenan mengganti syarat Anda?” Bung Karno tersenyum sinis. “Kalau tidak ditemukan, ya sudah, saya lebih baik tidak usah datang ke negara Anda.”'

Kalimat singkat Bung Karno ini membuat kuping Khrushchev panas

memerah. Khrushchev balik kanan, memerintahkan orang-orang nomor

satunya langsung menangani masalah ini. Nah, akhirnya setelah bolak

balik sana sini, serta mengumpulkan informasi dari orang-orang tua

Muslim di sekitar Samarkand, anak buah Khrushchev menemukan makam

Imam kelahiran Bukhara tahun 810 Masehi itu. Makamnya dalam kondisi

rusak tak terawat.

Imam Al Bukhari yang memiliki pengaruh besar bagi umat Islam di

Indonesia itu dimakamkan di Samarkand tahun 870 M.

Khrushchev memerintahkan agar makam itu dibersihkan dan dipugar

secantik mungkin.

Selesai renovasi, Khrushchev menghubungi Bung Karno kembali. Intinya,

misi pencarian makam Imam Al Bukhari berhasil. Sambil tersenyum Bung

Karno mengatakan, “Baik, saya datang ke negara Anda.” Setelah dari

moskow, tanggal 12 Juni 1961 Bung Karno tiba di Samarkand. Sehari

sebelumnya puluhan ribu orang menyambut kehadiran Pemimpin Besar

Revolusi Indonesia ini di Kota Tashkent.

Quote :

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan

Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan sejarah (jasmerah)

#thegreatsoekarno
Arif Wicaksono Hendraningrat

No comments: