KABBALA (SIHIR), BAGIAN DARI PERILAKU YAHUDI

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Setelah kita mengkaji tentang “Asal-Usul Yahudi” dari mulai zaman Nabi Ibrohim عليه السلام hingga Nabi Sulaiman عليه السلام, maka berikut ini akan kita bahas sekelumit dari apa yang menjadi kegiatan dan menjadi keyakinan ataupun perbuatan dari kaum Yahudi; yang tidaklah mustahil bahwa sayap kegiatannya serta gerakannya telah mulai menyusup kedalam kehidupan kaum Muslimin di Indonesia.
Disampaikannya materi ini adalah dengan harapan agar kaum Muslimin Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah, khususnya di Indonesia ini waspada dan hendaknya kita senantiasa bermohon kepada Allooh سبحانه وتعالى agar Allooh سبحانه وتعالى menjauhkan kita dari perkara-perkara yang jahat ini, yang dapat mendatangkan murka-Nya, baik di dunia maupun di Akherat nanti.
Termasuk yang harus kita ketahui tentang Yahudi adalah bagian dari kelanjutan, kekeliruan bahkan kesalahan fatal dari apa yang diyakini oleh orang-orang Yahudi Bani Isro’iil tersebut sesudah masa Nabi Sulaiman عليه السلام.
Pada kajian sebelum ini (silakan baca kembali “Asal-Usul Yahudi Bagian-4: Nabi Daawud, Nabi Sulaiman dan Bani Isro’iil” pada Blog ini), bahwa syaithoon dengan sedemikian halus dan liciknya meng-imla’-kan (memerintahkan) agar rajah-rajah, mantera-mantera sihir itu ditulis lalu diletakkan dibawah tempat ibadah Nabi Sulaiman عليه السلام. Dan setelah Nabi Sulaimanعليه السلام wafat, maka syaithoon (dengan menyerupakan diri sebagai manusia) lalu memberitahukan, membujuk dan mengajak agar orang-orang Yahudi Bani Isro’iil menggali serta mencari apa yang dipendam dibawah kursi Nabi Sulaiman عليه السلام. Setelah digali, maka ditemukanlah tulisan-tulisan sihir yang asal mulanya ditulis oleh Aashif bin Barkhiya atas perintah syaithoon, dan yang kemudian disebut sebagai Kabbala ini.
Seperti telah disampaikan juga pada pertemuan kita sebelumnya bahwa Kabbala merupakan bibit dari sihir, mistik (okultisme) dan mitos yang berkembang di kalangan Yahudi bahkan hingga hari ini. Bila anda membuka berbagai situs internet, maka dapat anda temukan bahwa telah didirikan pula lembaga pendidikan yang khusus mempelajari dan mendalami masalah sihir yakni Universitas Kabbala (The Kabbalah University) dimana kader-kader didikannya yang berjumlah ribuan orang itu telah tersebar di 72 negara. Bukankah bisa jadi 1 atau 2 orang lulusannya ada di Indonesia?! Jadi, sihir bukanlah perkara yang sepele, karena sihir ini diajarkan secara turun-temurun di kalangan Yahudi Bani Isro’iil, yang mana mereka itu telah menyimpang dari seruan tauhiid para Nabi utusan Allooh سبحانه وتعالى.
Adapun teknologi internet dengan mudahnya dapat diakses melalui Handphone yang masuk kedalam saku-saku baju kita, maka tidaklah mustahil bila ajaran sesat ini telah sampai dan berkembang serta “virus”-nya menulari kaum Muslimin di Indonesia. Oleh karena itu, perlu kiranya kita meng-imunisasi, terutama diri sendiri dan keluarga kita, agar pemahaman sesat ini (–yang bisa jadi oleh kaum Muslimin yang awam serta jaahil / tidak paham dalam perkara ‘Aqiidah dianggapnya hanyalah sebagai perkara biasa, bukan merupakan sesuatu yang berbahaya bagi dien-nya, bukan merupakan kesesatan, serta bukan merupakan bagian dari kemusyrikan –); kemudian mulai menyusup dan sedikit demi sedikit menjadi bagian dari gaya hidupnya. Na’uudzu billaahi min dzaalik.
Yahudi dan Paganisme
Paganisme adalah Berhala, pemahaman yang menganggap bahwa suatu benda adalah jelmaan Tuhan. Paganisme berasal dari Mesir Kuno. Tetapi pada umumnya di berbagai pelosok dunia, berhala menjadi sesembahan.
Yang menjadi sorotan kita dalam bahasan kali ini, adalah bahwa Yahudi Bani Isro’iil telah terpengaruh dengan kebudayaan tempat tinggal mereka ketika mereka itu sekian abad berada di Mesir. Sehingga generasi demi generasi Bani Isro’iil pun menjadi terwarnai, terpengaruh dan pada akhirnya menganut Paganisme, serta meninggalkan ajaran Tauhiid.
Pertama, perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al A’roof (7) ayat 138-140 berikut ini:
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْاْ عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَّهُمْ قَالُواْ يَا مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَـهاً كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ ﴿١٣٨﴾ إِنَّ هَـؤُلاء مُتَبَّرٌ مَّا هُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ ﴿١٣٩﴾ قَالَ أَغَيْرَ اللّهِ أَبْغِيكُمْ إِلَـهاً وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ ﴿١٤٠﴾
Artinya:
(138) Dan Kami seberangkan Bani Isro’iil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Isro’iil berkata: “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)”. Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang bodoh”.
(139) Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.
(140) Musa menjawab: “Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu yang selain daripada Allooh, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala ummat.
Pelajaran yang dapat diambil dari QS. Al A’roof (7) ayat 138 diatas adalah bahwa Bani Isro’iil berlaku tidak santun kepada Nabi-nya. Terhadap Nabi Musa عليه السلام, mereka memanggilnya hanya dengan sebutan, “Hai Musa”. Padahal Nabi Musa عليه السلام adalah Nabi utusan Allooh سبحانه وتعالى. Seorang Nabi dan pemimpin bagi mereka, namun mereka tidak memanggilnya dengan cara yang santun.
Pelajaran kedua dari ayat ini, adalah bahwa menurut Nabi Musa عليه السلام, orang Yahudi Bani Isro’iil itu adalah kaum yang jaahil (bodoh). Demikianlah hal ini disebutkan secara jelas di dalam Al Qur’an, dan tidaklah bisa ditutup-tutupi.
Jadi setibanya di seberang lautan (setelah Bani Isro’iil diselamatkan dari penindasan Fir’aun di Mesir), maka mereka sampai di suatu tempat yang penduduknya menyembah Berhala. Lalu Bani Isro’iil pun teringat kembali akan kebiasaan di Mesir dimana penyembahan Berhala marak dilakukan disana. Bani Isro’iil pun meminta kepada Nabi Musa agar mereka juga dibuatkan Berhala untuk disembah. Mereka meminta agar Allooh سبحانه وتعالى dijelmakan kedalam bentuk berhala. Hal ini menunjukkan kejaahilan (kebodohan) mereka.
Seharusnya Bani Isro’iil itu tahu untuk bersyukur kepada Allooh سبحانه وتعالى yang telah menyelamatkan mereka dari penindasan Fir’aun. Allooh سبحانه وتعالى pula lah yang telah mengutus Nabi Musa عليه السلام untuk membimbing Bani Isro’iil agar mereka menjadi manusia yang bermartabat. Namun nyatanya, orang-orang Yahudi Bani Isro’iil itu justru mencari tuhan selain Allooh سبحانه وتعالى dan meminta dibuatkan Berhala. Padahal Allooh سبحانه وتعالى itu sungguh tidaklah sama dengan Berhala.
Maka didalam QS. Al A’roof (7) ayat 140, Nabi Musa عليه السلام pun berkata kepada Bani Isro’iil, “Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu selain daripada Allooh, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala ummat.
Oleh karena itu, janganlah merasa heran bila orang-orang Yahudi itu dari zaman dahulu sampai zaman sekarang ini, mereka selalu berusaha untuk mengaktualisasikan tuhan dalam wujud materi. Maka tidaklah heran pula bila orang-orang Yahudi itu ingin mengatualisasikan tuhannya dalam bentuk Kabbala.
Kedua, ketika Nabi Musa عليه السلام sedang berada di Bukit Tursina (dataran tinggi Sinai), keinginan orang-orang Yahudi Bani Isro’iil untuk menjadikan Berhala sebagai tuhan yang disembah itu mereka wujudkan, yaitu dalam bentuk Al ‘Ijlu (patung anak lembu). Hal ini dijelaskan didalam QS. Thoohaa (20) ayat 80-91 berikut ini:
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ قَدْ أَنجَيْنَاكُم مِّنْ عَدُوِّكُمْ وَوَاعَدْنَاكُمْ جَانِبَ الطُّورِ الْأَيْمَنَ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى ﴿٨٠﴾ كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلَا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي وَمَن يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى ﴿٨١﴾ وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً ثُمَّ اهْتَدَى ﴿٨٢﴾ وَمَا أَعْجَلَكَ عَن قَوْمِكَ يَا مُوسَى ﴿٨٣﴾ قَالَ هُمْ أُولَاء عَلَى أَثَرِي وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى ﴿٨٤﴾ قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِن بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ ﴿٨٥﴾ فَرَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفاً قَالَ يَا قَوْمِ أَلَمْ يَعِدْكُمْ رَبُّكُمْ وَعْداً حَسَناً أَفَطَالَ عَلَيْكُمُ الْعَهْدُ أَمْ أَرَدتُّمْ أَن يَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبٌ مِّن رَّبِّكُمْ فَأَخْلَفْتُم مَّوْعِدِي ﴿٨٦﴾ قَالُوا مَا أَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنَا وَلَكِنَّا حُمِّلْنَا أَوْزَاراً مِّن زِينَةِ الْقَوْمِ فَقَذَفْنَاهَا فَكَذَلِكَ أَلْقَى السَّامِرِيُّ ﴿٨٧﴾ فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلاً جَسَداً لَهُ خُوَارٌ فَقَالُوا هَذَا إِلَهُكُمْ وَإِلَهُ مُوسَى فَنَسِيَ ﴿٨٨﴾ أَفَلَا يَرَوْنَ أَلَّا يَرْجِعُ إِلَيْهِمْ قَوْلاً وَلَا يَمْلِكُ لَهُمْ ضَرّاً وَلَا نَفْعاً ﴿٨٩﴾ وَلَقَدْ قَالَ لَهُمْ هَارُونُ مِن قَبْلُ يَا قَوْمِ إِنَّمَا فُتِنتُم بِهِ وَإِنَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمَنُ فَاتَّبِعُونِي وَأَطِيعُوا أَمْرِي ﴿٩٠﴾ قَالُوا لَن نَّبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوسَى ﴿٩١﴾
Artinya:
(80) Hai Bani Isro’iil, sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, dan Kami telah mengadakan perjanjian dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa.
(81) Makanlah di antara rizqi yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.
(82) Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shoolih, kemudian tetap di jalan yang benar.
(83) Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?
(84) Berkata Musa: “Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Robb-ku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)”.
(85) Allooh berfirman: “Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.
(86) Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: “Hai kaumku, bukankah Robb-mu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Robb-mu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?”
(87) Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya”,
(88) kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah tuhanmu dan tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa”.
(89) Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?
(90) Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Robb-mu ialah (Allooh) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan ta`atilah perintahku”.
(91) Mereka menjawab: “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami.
Dari ayat-ayat diatas dapatlah diambil pelajaran bahwa orang-orang Yahudi Bani Isro’iil memaksakan kehendak mereka untuk menyembah Berhala. Mereka bahkan berkata kepada Harun, “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini….”
Jadi meskipun telah disampaikan dakwah Tauhiid kepada mereka, namun orang-orang Yahudi Bani Isro’iil tetap berkeras untuk menyembah tuhannya sendiri dari benda yang tidak bisa mendatangkan manfaat ataupun mudhorot, yang berupa berhala patung anak lembu.
Ketiga, ketika orang-orang Yahudi Bani Isro’iil diperintahkan untuk membela diri dan berperang, maka mereka bersikap enggan, bahkan mereka berkata dengan adab yang buruk kepada Nabi Musa عليه السلام, “Hai Musa… pergilah kamu bersama Robb-mu, dan berperanglah kamu berdua. Sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja.”
Perhatikanlah betapa hal ini diberitakan oleh Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Maa’idah (5) ayat 20-26 sebagai berikut:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنبِيَاء وَجَعَلَكُم مُّلُوكاً وَآتَاكُم مَّا لَمْ يُؤْتِ أَحَداً مِّن الْعَالَمِينَ ﴿٢٠﴾ يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الأَرْضَ المُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ وَلاَ تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ ﴿٢١﴾ قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْماً جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا حَتَّىَ يَخْرُجُواْ مِنْهَا فَإِن يَخْرُجُواْ مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ ﴿٢٢﴾ قَالَ رَجُلاَنِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُواْ عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿٢٣﴾ قَالُواْ يَا مُوسَى إِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا أَبَداً مَّا دَامُواْ فِيهَا فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ ﴿٢٤﴾ قَالَ رَبِّ إِنِّي لا أَمْلِكُ إِلاَّ نَفْسِي وَأَخِي فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٥﴾ قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ أَرْبَعِينَ سَنَةً يَتِيهُونَ فِي الأَرْضِ فَلاَ تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٦﴾
Artinya:
(20) Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah ni`mat Allooh atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain”.
(21) Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allooh bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.
(22) Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.”
(23) Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allooh) yang Allooh telah memberi ni`mat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allooh hendaknya kamu bertawakkul, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.
(24) Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Robb-mu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”
(25) Berkata Musa: “Ya Robb-ku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu”
(26) Allooh berfirman: “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasiq itu.”
Demikianlah tabi’at orang-orang Yahudi Bani Isro’iil. Jangankan diatur oleh manusia biasa, bahkan diatur oleh Nabi-nya sendiri pun mereka itu membangkang. Oleh karena itu janganlah merasa heran apabila orang-orang Yahudi Bani Isro’iil sampai zaman sekarang itu adalah orang-orang yang pembangkang (terhadap Allooh سبحانه وتعالى).
Keempat, perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 153:
يَسْأَلُكَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَن تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتَاباً مِّنَ السَّمَاءِ فَقَدْ سَأَلُواْ مُوسَى أَكْبَرَ مِن ذَلِكَ فَقَالُواْ أَرِنَا اللّهِ جَهْرَةً فَأَخَذَتْهُمُ الصَّاعِقَةُ بِظُلْمِهِمْ ثُمَّ اتَّخَذُواْ الْعِجْلَ مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ فَعَفَوْنَا عَن ذَلِكَ وَآتَيْنَا مُوسَى سُلْطَاناً مُّبِيناً
Artinya:
Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: “Perlihatkanlah Allooh kepada kami dengan nyata”. Maka mereka disambar petir karena kedzolimannya, dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami ma`afkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata.”
Juga firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 54-55 berikut ini:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُواْ إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ﴿٥٤﴾ وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ ﴿٥٥﴾
Artinya:
(54) Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah mendzolimi dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sebagai sesembahanmu), maka bertaubatlah kepada Robb Pencipta-mu dan bunuhlah dirimu*]. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Robb Pencipta-mu; maka Allooh akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
(55) Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allooh dengan terang**]”, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya***].”
*] “Membunuh dirimu”, ada yang mengartikan: Orang-orang yang tidak menyembah patung anak lembu itu membunuh orang yang menyembahnya. Ada pula yang mengartikan: Orang-orang yang menyembah patung anak lembu itu saling bunuh-membunuh. Dan ada pula yang mengartikan: Mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertaubat.
**] Maksudnya adalah melihat Allooh سبحانه وتعالى dengan mata kepala secara nyata.
***] Karena permintaan semacam ini menunjukkan keingkaran dan ketakaburan mereka, oleh karena itu mereka disambar halilintar sebagai adzab dari Allooh سبحانه وتعالى.
Dari QS. Al Baqoroh (2) ayat 55 diatas, jelaslah bahwa orang-orang Yahudi Bani Isro’iil lagi-lagi meminta agar Allooh سبحانه وتعالى dapat dilihat secara indera-mata atau secara materi. Oleh karena itu, tidaklah heran apabila orang-orang Yahudi hingga zaman sekarang pun ingin menjelmakan tuhannya dalam bentuk Kabbala, karena sejak zaman dahulu tabi’at mereka adalah seperti itu didalam sejarahnya.
Kelima, perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Maa’idah (5) ayat 64:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُواْ بِمَا قَالُواْ بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيراً مِّنْهُم مَّا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ طُغْيَاناً وَكُفْراً وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلَّمَا أَوْقَدُواْ نَاراً لِّلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأَرْضِ فَسَاداً وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Artinya:
Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allooh terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila`nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allooh terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Robb-mu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan diantara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allooh memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allooh tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.”
Dalam ayat diatas ini dapatlah diambil pelajaran bahwa orang-orang Yahudi Bani Isro’iil itu selalu menyalakan api peperangan, dan senantiasa membuat berbagai kerusakan dan kehancuran di muka bumi. Oleh karena itu hendaknya kaum Muslimin waspada atas berbagai kerusakan yang disebarkan oleh orang-orang Yahudi; bahkan di zaman sekarang ini adalah dalam bentuk berbagai tayangan yang tidak patut di berbagai media massa seperti televisi, film-film di bioskop-bioskop, internet, game-game, playstation ataupun dalam bentuk penyebaran trend mode-mode pakaian yang terbuka aurotnya dan sebagainya. Kerusakan demi kerusakan yang mereka ciptakan tersebut insya Allooh akan kita bahas dalam kajian tersendiri nantinya.
Keenam, perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 79:
فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَـذَا مِنْ عِندِ اللّهِ لِيَشْتَرُواْ بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُونَ
Artinya:
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: “Ini dari Allooh”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.”
Rabbi-Rabbi (Pendeta-Pendeta) Yahudi melakukan meditasi, lalu mereka menulis Kitab yang mereka sebut sebagai “Zuhaar” (Cahaya), dimana Kitab itu menurut mereka adalah penjelas bagaimana caranya agar seseorang dapat sampai kepada tingkat ma’rifat. Padahal Kitab itu adalah tulisan tangan mereka sendiri, namun mereka katakan, “Ini dari Allooh”, yang demikian itu adalah kedustaan belaka yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sedikit.

Ketujuh, perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 111:
وَقَالُواْ لَن يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَن كَانَ هُوداً أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُواْ بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
Artinya:
Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar“.
Orang-orang Yahudi Bani Isro’iil mengklaim bahwa hanya merekalah yang akan masuk kedalam surga. Namun dalam ayat diatas, Allooh سبحانه وتعالى membantah klaim mereka tersebut dengan menyatakan bahwa, “Itu adalah angan-angan kosong mereka belaka.”
Sejarah pun membuktikan bahwa sejak zaman Nabi Ibrohim عليه السلام hingga Nabi ‘Isa عليه السلام diturunkan begitu banyak Nabi-Nabi di kalangan Bani Isro’iil, namun orang-orang Bani Isro’iil tidak menjadi lebih baik keimanannya, bahkan mereka menjadi semakin memburuk hingga sampai dengan membunuhi Nabi-Nabi mereka sendiri.
Ada fase-fase yang dilalui oleh orang-orang Yahudi, yaitu fase dimana mereka berasal dari para Qodhi; dimana bumi disekitar Palestina dibagi menjadi 12 wilayah. Setiap wilayah kabilah dipimpin oleh seorang pemimpin dari keturunan Nabi Ya’qub عليه السلام; dan ini berlangsung sekitar 4 abad lamanya. Pemimpin mereka yang terakhir adalah Samuel dari keturunan Bunyamin.
Masa kedua adalah masa raja-raja, dimana diantaranya kita kenal antara lain adalah Thalut (Saul), Nabi Daawud عليه السلام dan Nabi Sulaiman عليه السلام. Masa demi masa ini dijelaskan didalam Kitab “Diroosaat Fii Al Adyaan Al Yahudiyyah Wan Nashroniyyah” yang ditulis oleh Dr. Sa’uud bin ‘Abdil ‘Aziiz Al Kholaf.
Kaitan erat antara Yahudi-Paganisme dan Kabbala
Kabbala berasal dari bahasa Ibrani “Qabbala” yang berarti menerima, maksudnya adalah menerima doktrin okultisme (sihir) secara rahasia.
Sebagaimana telah kita bahas diatas bahwa orang-orang Yahudi sejak zaman dahulu selalu ingin menjelmakan tuhannya dalam bentuk berhala (materi), sehingga apabila dipelajari lebih lanjut maka Kabbala pun ternyata merupakan upaya mereka untuk mewujudkan hal tersebut.
Oleh karena itu Kabbala sebagaimana diuraikan oleh orang Barat sendiri yakni Lance S. Owens dalam tulisannya yang berjudul “Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection”, ia menulis sebagai berikut:
Pengalaman Kabbalistik menimbulkan beberapa pemahaman tentang Tuhan, yang kebanyakan menyimpang dari pandangan ortodoks. Prinsip paling inti dari kepercayaan Bani Isro’iil adalah persaksian bahwa “Tuhan kami satu”. Tetapi Kabbalah menyatakan bahwa sementara Tuhan ada dalam bentuk tertinggi sebagai suatu keesaan yang sepenuhnya tak terlukiskan — Kabbalah menamainya Ein Sof, yang tak berhingga — singularitas yang tak terpahami ini perlu menjelma menjadi banyak sekali bentuk ketuhanan: suatu pluralitas dari banyak Tuhan. Inilah yang oleh para pengikut Kabbalah dinamai Sefiroth, berbagai bejana atau wajah Tuhan. Para pengikut Kabbalah mencurahkan banyak meditasi dan spekulasi kepada misteri bagaimana Tuhan turun dari keesaan yang tak terpahami kepada pluralitas. Sudah tentu, citra Tuhan berwajah banyak ini memberi ruang untuk tuduhan sebagai politeistik, sebuah serangan yang dibantah para pengikut Kabbalah dengan penuh semangat, walau tak pernah sepenuhnya berhasil. Tidak hanya Tuhan itu plural dalam teosofi Kabbalistik, tetapi sejak pemunculan pertamanya yang halus dari keesaan yang tak terpahami, Tuhan telah memiliki dwi bentuk sebagai Lelaki dan Perempuan; sebentuk Ayah dan Ibu supernatural, Hokhmah dan Binah, merupakan bentuk-bentuk pemunculan Tuhan yang pertama. Para pengikut Kabbalah menggunakan metafor seksual yang terang-terangan untuk menjelaskan bagaimana persetubuhan dari Hokhmah dan Binah menghasilkan ciptaan yang lebih jauh.”
(Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194)
Jadi Tuhan itu oleh orang-orang Yahudi dijelmakan kedalam bentuk banyak berhala, yang dikatakan mereka sebagai berbagai bejana atau wajah Tuhan.
Sedangkan proses penciptaan menurut ajaran Kabbala pun adalah jauh berbeda dari yang diberitakan di dalam Taurat. Penciptaan menurut Kabbala berkaitan erat dengan gagasan Mesir Kuno tentang keberadaan kekal dari materi. Oleh karena itu proses penciptaan didalam ajaran Kabbala adalah dimulai dengan munculnya benda-benda yang disebut Sephirot yang artinya lingkaran-lingkaran atau orbit-orbit yang bersifat material maupun spiritual. Benda tersebut berjumlah 32. Sepuluh (10) yang pertama merepresentasikan massa bintang-bintang di angkasa. Demikian ini adalah sebagaimana diutarakan oleh seorang Freemason berkebangsaan Turki yakni Murat Ozgen Aifer dalam bukunya “Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?)” sebagai berikut:
Jelaslah bahwa Kabbalah disusun bertahun-tahun sebelum keberadaan Taurat. Bagian paling penting dari Kabbalah adalah sebuah teori tentang pembentukan alam semesta. Teori ini sangat berbeda dengan kisah penciptaan yang diterima oleh agama-agama ketuhanan. Menurut Kabbalah, pada awal penciptaan, muncullah benda-benda yang disebut Sefiroth, artinya “lingkaran-lingkaran” atau “orbit-orbit”,yang mengandung baik sifat material maupun spiritual. Benda-benda ini berjumlah 32. Sepuluh yang pertama merepresentasikan massa bintang-bintang di angkasa. Keistimewaan Kabbalah ini menunjukkan bahwa ia berhubungan erat dengan sistem kepercayaan astrologis kuno….
Jadi, Kabbalah jauh dari agama Yahudi dan berhubungan erat dengan agama-agama kuno yang misterius dari Timur.”
(Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?), Istanbul, 1992, hal. 298-299)

Sefiroth: Pohon Kehidupan Kabbala (Kabbalah Tree of Life)
Tuhan dalam pandangan kaum Kabbalis Yahudi adalah memiliki keesaan yang tidak bisa dilukiskan oleh mereka, yang mereka sebut sebagai Ein Sof. Oleh karena itu mereka kemudian mewujudkannya dalam materi “banyak bentuk tuhan” yang dimanifestasikan dalam sepuluh aspek Sephirot (Sefiroth).
Kesepuluh aspek Sephirot (Sefiroth) tersebut yakni:
  1. Kether Elyon : Mahkota tertinggi
  2. Chochmah : Kebijaksanaan
  3. Binah : Memahami
  4. Chesed / Daath : Cinta / Pengampunan
  5. Din / Gewurah (Geburah) : Kekuasaan / Keputusan
  6. Tiphareth (Tiferet) : Kasih Sayang
  7. Netzach / Netsakh : Keabadian / Kemenangan
  8. Hod : Keagungan
  9. Jesod : Fondasi
  10. Malchuth : Kerajaan (Sekhinah)
Perhatikanlah betapa orang-orang Yahudi dengan ajaran Kabbala-nya ini, telah menyimpang jauh dari seruan dakwah Tauhiid para Nabi mereka. Karena mereka tidak percaya bahwa Allooh سبحانه وتعالى adalah Pencipta seluruh alam semesta ini. Bintang-bintang dan semua benda-benda di langit, manusia dan seluruh makhluk itu pada hakekatnya adalah ciptaan Allooh سبحانه وتعالى. Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS Asy Syuuro (42) ayat 11:
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجاً يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
Artinya:
(Allooh) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Juga firman-Nya dalam QS. Al An’aam (6) ayat 95-99:
إِنَّ اللّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَى يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ذَلِكُمُ اللّهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ ﴿٩٥﴾ فَالِقُ الإِصْبَاحِ وَجَعَلَ اللَّيْلَ سَكَناً وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَاناً ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ ﴿٩٦﴾ وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُواْ بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ ﴿٩٧﴾ وَهُوَ الَّذِيَ أَنشَأَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ فَمُسْتَقَرٌّ وَمُسْتَوْدَعٌ قَدْ فَصَّلْنَا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَفْقَهُونَ ﴿٩٨﴾ وَهُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِراً نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبّاً مُّتَرَاكِباً وَمِنَ النَّخْلِ مِن طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِّنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهاً وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انظُرُواْ إِلِى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿٩٩﴾
Artinya:
(95) Sesungguhnya Allooh menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allooh, maka mengapa kamu masih berpaling?
(96) Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allooh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
(97) Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
(98) Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
(99) Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan,maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau,Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur,dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya.Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allooh) bagi orang-orang yang beriman.”
Lalu Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Al An’aam (6) ayat 102-103 bahwa:
ذَلِكُمُ اللّهُ رَبُّكُمْ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ ﴿١٠٢﴾ لاَّ تُدْرِكُهُ الأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ ﴿١٠٣﴾
Artinya:
(102) (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allooh Robb-mu; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.
(103) Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
Allooh سبحانه وتعالى lah Pencipta segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, kemudian dalam QS. Al An’aam (6) ayat 103 diatas, Allooh سبحانه وتعالى menegaskan bahwa Allooh سبحانه وتعالى itu tidak dapat dicapai dengan penglihatan mata manusia. Namun orang-orang Yahudi dengan ajaran Kabbala-nya berkeras untuk menjadikan agar tuhan itu dapat dilihat oleh indera mata mereka.
Bahkan akibat pengaruh dari paganisme Mesir Kuno yang meyakini bahwa materi itu selalu ada, dan menolak bahwa materi itu diciptakan oleh Allooh سبحانه وتعالى dari ketiadaan, maka dalam ajaran Kabbala ini pun mereka menyatakan bahwa manusia itu tidak diciptakan oleh Allooh سبحانه وتعالى, tetapi manusia itu lah yang bertanggungjawab untuk mengatur keberadaan mereka sendiri. Hal ini adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Lance S. Owens dalam tulisannya “Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection” sebagai berikut:
Citra Tuhan yang kompleks… juga dilukiskan oleh Kabbalah memiliki sebuah bentuk yang uniter, antropomorfik. Menurut sebuah resensi Kabbalistik, Tuhan adalah Adam Kadmon: Manusia purba atau bentuk pola dasar pertama manusia. Manusia berbagi dengan Tuhan, baik kilauan cahaya ketuhanan yang hakiki dan tak diciptakan, juga bentuk yang organik dan kompleks. Persamaan aneh tentang Adam sebagai Tuhan didukung oleh sebuah sandi Kabbalah: nilai numeris dari nama Adam dan Jehovah dalam bahasa Ibrani (Tetragrammaton, Yod he vavhe) adalah sama-sama 45. Jadi, dalam penafsiran Kabbalah, Jehovah sama dengan Adam: Adam adalah Tuhan. Dengan penegasan ini datanglah pernyataan bahwa semua manusia dalam perwujudan tertinggi menyerupai Tuhan.”
(Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of MormonThought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194)
Apabila diteliti lebih lanjut, maka ajaran Kabbala ini pada dasarnya adalah mengarahkan manusia kepada materialisme dan humanisme sekuler.
Didalam ajaran Kabbala, Iblis disebut sebagai Lucifer (Cahaya atau Pencerahan). Hal ini berkaitan dengan kepercayaan mereka bahwa kekuasaan itu berasal dari cahaya, api dan matahari yang merupakan perlambang Iblis.
Menurut David Livingstone (seorang sejarawan asal Kanada yang masuk Islam pada tahun 1992), ia menulis sebuah buku berjudul “Surrendering Islam”, dimana didalamnya ia menjelaskan bahwa tuhan dari Kabbala itu adalah Lucifer. Kabbala itu didasari oleh mitologi pagan kuno yang bermula dari kisah seorang dewa imajinatif yang menciptakan alam semesta, dan dewa perampas Lucifer yang kemudian mengalahkannya. Lucifer itu datang untuk menggantikannya memerintah alam semesta. Lucifer adalah keturunan dewa – dewi. Tetapi anak dewa ini juga mengawini ibunya sendiri. Anak dewa ini diidentifikasikan dengan Matahari sementara sang dewi dikenal dengan planet Venus, bintang yang pertama kali terlihat saat matahari terbit.
Pada dasarnya, dewa dan dewi itu dipandang sebagai dua aspek dari dewa tunggal.” Livingstone menulis, “Dengan demikian, nama lain untuk syaithoon adalah Prince of the Dawn (Pangeran Fajar) atau Son of the Dawn (Anak Fajar)”.”
Disinilah hikmahnya mengapa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjadikan waktu ketika matahari terbit dan terbenam adalah waktu terlarang untuk melakukan sholat, karena pada saat itu adalah matahari berada diantara kedua tanduk syaithoon. Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 3009, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar رضي الله عنهما, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إذا طلع حاجب الشمس فدعوا الصلاة حتى تبرز وإذا غاب حاجب الشمس فدعوا الصلاة حتى تغيب ولا تحينوا بصلاتكم طلوع الشمس ولا غروبها فإنها تطلع بين قرني شيطان أو الشيطان
Artinya:
Jika terbit penutup matahari maka tinggalkanlah sholat sehingga matahari tampak jelas, dan jika terbenam tepi matahari maka tinggalkanlah sholat sehingga matahari tenggelam seluruhnya. Dan janganlah kalian sholat pada saat terbit matahari atau terbenam, sebab matahari itu terbit diantara dua tanduk syaithoon.”
Lucifer, dilambangkan sebagai kejahatan, dikenal sebagai “Dewa yang sekarat” karena setiap musim dingin ia meninggal dan turun ke neraka dimana disana ia memerintah roh-roh orang mati. Kabbalisme adalah pemuja seks yang terikat dengan siklus musim. Hal ini berkaitan dengan perkawinan inses dewa dan dewi dalam rangka untuk menentukan kesuburan.
Lucifer menuntut pengorbanan nyawa manusia. Ia harus diredakan kemarahannya untuk mencegah kejahatannya dan langsung melawan musuhnya. Pengorbanan yang paling jahat adalah pembantaian terhadap anak-anak.
David Livingstone menjelaskan: “(Pengorbanan anak ini) menjadi dasar pemuja setan ini seperti yang disembah di zaman dahulu di seluruh dunia. Ritus-ritus kematian dan kebangkitan meniru seperti apa yang dialami dewa (Lucifer). Peserta ritual meminum minuman keras dan tarian diiringi musik untuk mencapai keadaan ekstasi, atau kerasukan Jin (syaithoon) dimana mereka percaya bahwa mereka dapat mencapai kemampuan supranatural seperti merubah wujud (transformasi), kepandaian meramal (clairvoyance) dan kekuatan sihir lainnya. Dalam keadaan ini, mereka akan menyembelih seorang anak dan memakan daging serta meminum darahnya dengan tujuan agar supaya dewa bisa ber-reinkarnasi kedalam tubuh mereka.”
Seorang pembelot Illuminati bernama Svali, memberikan kesaksian bahwa praktek-praktek pengorbanan anak-anak masih terus berlangsung hingga hari ini:
Illuminati adalah sebuah kelompok yang mempunyai kepercayaan terhadap “Pencerahan-Enlightement”. Yaitu faham Luciferian, mereka mengajarkan kepada para pengikutnya bahwa akar ajarannya adalah berasal dari kepercayaan mistik di zaman kuno semasa Babilonia, Mesir, dan Celtic Druidisme. Mereka mengambil apa yang “terbaik” menurut anggapannya dari praktek-praktek yang mendasari setiap ajaran tersebut, kemudian menggabungkan semuanya kedalam sebuah disiplin sihir yang betul-betul kuat. Banyak kelompok pemujaan ditingkat lokal memuja dewa-dewa masa lampau seperti “El”, “Baal”, dan “Ashtarte”, seperti juga “Isis dan Osiris” dan “Set”. “…. Saya (Svali) sungguh-sungguh mengetahui bahwa mereka ini mengajarkan dan mempraktekkan ajaran syaithoon yang jahat.” (http://www.savethemales.ca)
David Livingstone mengatakan bahwa ritual ini biasanya termasuk pesta pora seks dimana dalam “Pernikahan Kudus” itu seorang imam dan pendeta berkedok dewa dan dewi; mereka kerasukan Jin dan melakukan hubungan seks dimana anak yang dilahirkannya akan menjadi “anak dewa” yang kemudian akan memerintah sebagai raja.
Kemudian Livingstone mengatakan bahwa hal ini merupakan ritual dasar pemuja syaithoon yang sekarang mendominasi dunia:
Ini adalah kepercayaan rahasia yang sering disebut sebagai okultisme. Para pendukungnya telah memajukan rencana syaithoon untuk menciptakan Tatanan Dunia Baru (New World Order), dan penghapusan agama Islam..” (“Surrendering Islam”, hal. 11-13)
Betapa rusaknya ajaran Kabbala ini, karena sebagaimana dijelaskan oleh Livingstone maka seks (perzinaan, phedofilia, inses) dalam Kabbala itu digunakan untuk menurunkan martabat manusia dan menjadikan manusia seperti syaithoon. Dan ujung-ujungnya adalah mereka ingin menghapuskan Islam dari muka bumi serta membentuk suatu Tatanan Dunia Baru (New World Order) dibawah kekuasaan kelompok Illuminati dan mempercepat kedatangan Al Masiih Ad Dajjaal.
Kabbala adalah Doktrin Mistik Rahasia Yahudi dan Freemasonry
Menurut Kabbala, yang merupakan doktrin mistik rahasia orang-orang Yahudi dan organisasi Freemasonry, “Kejahatan dan bencana (adalah) faktor-faktor endemik dalam proses penciptaan. Tanpa kejahatan tidak mungkin ada yang baik, tanpa kerusakan, penciptaan tidak dapat terjadi …” – (Kabbalah: An Introduction to Jewish Mysticism, by Byron L. Sherwin, p. 72 72.)
Demikianlah pernyataan yang datang sendiri dari orang-orang Yahudi penganut ajaran Kabbala. Artinya, semua kekisruhan yang ada di bumi ini, kekacauan, peperangan dan segala kerusakan itu memang sengaja diciptakan oleh mereka, agar terlahir apa yang mereka sebut sebagai Era Baru, yakni suatu Tatanan Dunia Baru (New World Order) yang dipimpin oleh mereka. Oleh karena itu motto dari kelompok Illuminati adalah “Order out of Chaos (Orde Kekacauan)”.
Orang-orang Yahudi itu adalah perusak, hal ini pun adalah sebagaimana yang mereka katakan sendiri didalam buku “You Gentiles” halaman 155, yang ditulis oleh Maurice Samuel pada tahun 1924 sebagai berikut:
“Dalam segala hal, kami adalah perusak – bahkan dalam instrumen kehancuran yang kita kemudian mengubahnya menjadi suatu bentuk bantuan… [contoh kasus perang di Iraq—pent.] Kami orang Yahudi adalah perusak, yang akan tetap menjadi perusak untuk selama-lamanya. Tidak ada yang akan anda bisa lakukan dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kita. Kita selamanya akan merusak karena kita menginginkan dunia untuk diri kita sendiri..
Juga perhatikalah apa yang dikatakan oleh Marcus Ravage (penulis biografi Yahudi Rothschild) pada tahun 1928, dalam esainya yang berjudul “The Real Case Against the Jews” sebagai berikut:
“Anda belum mulai menghargai kedalaman sebenarnya dari kesalahan kita. Kami adalah penyusup. Kami adalah pengganggu. Kami adalah perusak prinsip-prinsip, korup, subversif . Kami telah mengambil alam dunia anda, cita-cita anda, takdir anda, dan bermain-main malapetaka dengan mereka. Kami berada dibalik peperangan, bukan hanya perang-perang besar yang terakhir, akan tetapi hampir di semua peperangan anda, bukan hanya revolusi Rusia akan tetapi di setiap revolusi besar lainnya dalam sejarah anda. Kami telah membawa perpecahan dan kebingungan serta frustrasi dalam kehidupan pribadi dan publik dunia. Kami masih terus akan melakukannya. Tidak seorang pun dapat memberitahu berapa lama lagi kami akan terus melakukannya.”- (The Century Magazine, January 1928, Vol. 115, No. 3, p. 346-350.)
Itulah berbagai pernyataan yang datang dari pihak mereka sendiri orang-orang Yahudi. Oleh karena itu, bisa jadi maraknya pelecehan terhadap Islam di Indonesia dan di berbagai belahan dunia ini adalah hasil kerja dari kaki-tangan Zionis yang berusaha untuk menghancurkan Islam.
Ciri-ciri dari gerakan mereka adalah menebarkan propaganda mengenai pergerakan universal, sekulerisme, pluralisme, dan sebagainya. Disamping itu tidak mustahil mereka pun menebarkan berbagai cara untuk melecehkan ajaran Islam melalui “tangan-tangan” mereka yang lain seperti gerakan sufisme, kebatinan, kejawen dan lain-lain.
Waspadai Kebangkitan Ordo Illuminati dan Ajaran Kabbala Yahudi di Indonesia
Bahkan saat ini di Indonesia telah disinyalir adanya berbagai usaha untuk menghidupkan ajaran Kabbala, sihir (okultisme), serta ajaran Teosofi dengan berbagai organisasinya yakni Freemasonry Indonesia dan Ordo Illuminati Indonesia (Illuminati Order of Indonesia atau Indonesian Thelemic Order of The Illuminati), yang milisnya bernamakan Mayapada Prana, yang berisi ajakan untuk menjadi anggota mereka yang mereka sebut dengan istilah “Persaudaraan Pencerahan” beserta paket tawaran mereka untuk mempelajari Sihir (Magic, Witchcraft, Sorcery), Kabbala, Berhala (Paganism), Setanisme (Satanism), Tarot, Liberal (Free Thinker), Teosofi, Religion & Beliefs, New Age Movement, Meditasi dan Spiritualitas.
Berhati-hatilah wahai kaum Muslimin, karena milis tersebut adalah mengajarkan kesesatan dan kekufuran. Hendaknya setiap Muslim memiliki daya tangkal atau “imunisasi” diri yang kuat terhadap ajaran yang jelas-jelas sesat tersebut. Dikhawatirkan terutama generasi muda kaum Muslimin yang tidak tahu apa-apa, belajar Islam-nya pun belum seberapa, membaca Al Qur’an-nya pun belum benar, sumber Hadits yang shohiih pun belum diketahuinya, global struktur dienul Islam-nya pun belum lah paham; lalu mereka membaca tentang ajakan milis tersebut, kemudian terpukau oleh gaya bahasanya yang tampak memikat, maka bisa saja mereka bergabung kedalamnya.
Beberapa waktu lalu, juga diberitakan di media massa bahwa di tanah air kita ini (Indonesia) bahkan telah dibangun sebuah monumen Menorah Yahudi terbesar di seluruh dunia, yakni di Minahasa, Sulawesi Utara.

Menorah (yang merupakan lambang suci peribadatan Yahudi) itu dibangun monumennya di kota Menado setinggi 62 kaki. Bendera-bendera Israel terlihat di pelataran ojek dekat tugu menorah raksasa itu. Langit-langit Menorah berbentuk Bintang Daawud yang sangat besar. Dan menyedihkannya menorah itu dibangun dengan dana dari kas Pemerintah Daerah setempat sebesar 150.000 dolar Amerika ! Na’uudzu billaahi min dzaalik.
Wahai kaum Muslimin, kita harus bersegera — sebelum terlambat — untuk meng-imunisasi terutama diri dan keluarga kita agar istiqomah diatas Al Islaam dan tidak tergiur dengan berbagai “hura-hura” yang marak dipropagandakan oleh musuh-musuh Allooh سبحانه وتعالى.
TANYA JAWAB
Pertanyaan:
Diatas dijelaskan bahwa salah satu musuh Islam yang dengan gencar dan licik serta didukung oleh segala fasilitas adalah Yahudi. Tetapi ada pula informasi lain bahwa kita ummat Islam dikepung oleh musuh lain yakni dari kelompok Syi’ah yang juga sudah beberapa lama masuk ke Indonesia. Meskipun gerakan mereka masih belum begitu nyata, karena mereka sangat pandai ber-Taqiyyah (berpura-pura) sebagai Islam. Maka bagaimanakah membedakan kedua musuh itu, ataukah ada kerjasama antara Yahudi dan Syi’ah?
Jawaban:
Benar sekali pertanyaan dan pernyataan anda. Dan itu penting sekali untuk kita sadari dan kita ketahui, yaitu bahwa gerakan Syi’ah di Indonesia sudah mulai “unjuk gigi”.
Sudah diberitakan oleh media massa bahwa Syi’ah di Indonesia menyatakan adanya sekitar 8.000 personil mereka melakukan upacara 10 ‘Asyuuro (10 Muharrom), yaitu peringatan terbunuhnya Husein di Karbala. Dan peringatan mereka itu diadakan di daerah Halim di Jakarta.
Benar pula apa yang ditanyakan diatas, dan hal ini menunjukkan bahwa tugas kita ini bertumpuk-tumpuk. Tidak hanya menghadapi Yahudi, juga menghadapi Syi’ah. Oleh karena itu sangatlah penting untuk disadari bahwa kita ini hendaknya mengupayakan bagaimana caranya untuk memantapkan ‘aqiidah Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah, sehingga kita ini tetap istiqomah dalam ber-‘aqidah. Dengan demikian akan menjadi kuat melawan berbagai “virus” apa pun yang berbahaya bagi keimanan kita. Mudah-mudahan Allooh سبحانه وتعالى memberikan ketahanan pada diri kita.
Benar, memang Syi’ah ini bukan lagi sekedar menggejala, melainkan ia sudah menyusup ke berbagai wilayah, baik melalui kampus-kampus perguruan tinggi, melalui majelis-majelis ta’lim, melalui bea-siswa, melalui bantuan-bantuan materi dan pada saat ini juga sedang dikader di kota Qum (Iran) sebanyak 6.000 orang dari Indonesia.
Kelak, bila mereka pulang ke Indonesia dari pengkaderan itu, maka akan semakin menjadi seperti apa keadaan kaum Muslimin di Indonesia ini?
Sebagai bukti, berikut ini lihatlah video youtube berjudul “SYIAH MEMBANTU AMERIKA menyerang AFGHANISTAN PROOF” dengan kode http atau URL-nya adalah: http://www.youtube.com/watch?v=UeUZkEkpomk
Ternyata Taliban di Afghanistan menjadi habis punah dibunuhi oleh serdadu Amerika itu adalah atas hasil kerjasama antara Syi’ah Iran dengan Amerika. Demikian pula di Iraq dan di Yaman, yang membunuhi Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah adalah kaum Syi’ah. Juga di Turki sudah mulai menghangat pertikaian di Parlemen dan Kementrian (Eksekutifnya) antara Ahlus Sunnah dan Syi’ah.
Itulah yang harus kita waspadai. Bahkan di Indonesia pun, Fatwa dari MUI sudah jelas-jelas menyatakan bahwa Syi’ah itu adalah sesat dan dilarang di tanah air kita ini. Tetapi fakta di lapangannya, Syi’ah ini tetap saja menjalar dan bertambah banyak kaum Muslimin yang terjerat olehnya.
Dengan tantangan yang semakin banyak ini, semestinya kaum Muslimin sadar bahwa hendaknya mereka itu bersatu ! Janganlah mudah bermusuh-musuhan hanya karena persoalan Furuu’ (Cabang) yang sebenarnya bukan tergolong bersifat perbedaan ‘Aqiidah. Hendaknya kita mengumpulkan energi, berusaha memperkokoh dan memperkuat barisan kaum Muslimin.
Mudah-mudahan dengan pengajian ini, kita berusaha agar bagaimana iman kita ini menjadi kokoh, lalu ilmu dien kita pun bertambah sehingga Ukhuwwah Islamiyyah pun diharapkan menjadi lebih erat dan pada akhirnya dienul Islam dapat tetap tegak di muka bumi ini.
Pertanyaan:
  1. Diatas dijelaskan bahwa Yahudi Bani Isro’iil adalah kaum yang bodoh. Sementara itu kita lihat bahwa di dunia ini mereka diakui sebagai orang yang cerdas-cerdas. Bagaimana yang dimaksud “bodoh” dalam ayat yang dijelaskan tadi?
  2. Di sepanjang jalan MT. Haryono, Jakarta, banyak terlihat pot-pot bunga yang berlambang Bintang Segi Enam (Bintang Daawud), apakah itu juga termasuk bagian dari gerakan Yahudi (Zionis)?
Jawaban:
1. Yang dimaksud “Jaahil (bodoh)” dalam ayat yang sudah kita bahas tadi itu adalah “bodoh dalam perkara ‘Aqiidah”. Ketika seseorang itu tidak paham tentang perkara dien (agama), maka ia tidak tahu mana jalan yang lurus menuju Allooh سبحانه وتعالى sehingga sepandai-pandai apapun ia dalam perkara duniawinya, setinggi-tinggi apapun ia dalam titel akademiknya, tetap saja ia “jaahil (bodoh)” dalam perkara ‘Aqiidah terhadap Allooh سبحانه وتعالى.
Jadi yang dimaksud dengan “Bodoh” atau “Cerdas” itu bukan perkara IQ saja, bukan sekedar urusan ilmu pengetahuan duniawi dan teknologi saja, dan bukan pula berkaitan dengan perkara peradaban saja; melainkan yang terpenting daripada itu adalah untuk perkara Kehidupan Setelah Mati. Apabila seseorang tidak tahu bahwa ia diciptakan di dunia ini untuk menyembah Allooh سبحانه وتعالى serta mentauhidkan-Nya, maka berarti ia “bodoh” dalam mengetahui dengan cara apa ia bisa selamat menuju Allooh سبحانه وتعالى untuk kehidupannya yang tidak hanya di dunia ini saja tetapi juga untuk kehidupannya di akherat nanti.
Jadi seorang yang “bodoh” dalam ayat diatas adalah seorang yang menolak jalan Allooh سبحانه وتعالى. Walaupun secara IQ ia tergolong jenius sekalipun.
Fir’aun yang mengaku dirinya paling tinggi, bahkan mengaku dirinya sebagai tuhan sekalipun, namun karena ia tidak mengakui jalan Allooh سبحانه وتعالى, maka perhatikanlah betapa ia dihinakan oleh Allooh سبحانه وتعالى dengan ditenggelamkan ke dasar lautan yang dalamnya tidak kurang dari 900 meter.
2. Tentang Bintang Daawud (The Star of David) yang terlihat di tempat-tempat tertentu di Jakarta ini, maka memang benar bahwa itu adalah salah satu dakwah Yahudi. Maka kaum Muslimin pun harus jeli. Jangan asal melihat suatu simbol dari sisi artistik (seni)-nya saja. Karena perlu diketahui bahwa Bintang Enam (Bintang Daawud) dan Bintang Lima (Pentagram) adalah simbol Yahudi dan simbol setanisme.

Bintang Enam (Bintang Daawud) sebagai simbol Yahudi dan Bintang Lima Pentagram simbol setanisme
Ironisnya UIN (Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati) Bandung, logonya menyerupai Bintang Enam (Bintang Daawud) dan juga Bintang Lima Pentagram.

Juga terminal airport di Iran (negara Syi’ah) pun bersimbolkan Bintang Daawud. Semua itu adalah berkaitan dengan program Yahudi (Zionis).

Foto satelit yang diambil dari Google Earth ini menampakkan Terminal Airport Iran yang ternyata bersimbolkan Bintang Daawud
Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Senin malam, 2 Shofar 1433 H - 26 Desember 2011M.

Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.M.Mpd

No comments: