Wacana Sunni-Syiah di Indonesia (2)

Pada November lalu dalam Harian Republika, Pak Ma’ruf Amin dari MUI mengeluarkan pernyataan tentang fatwa Syiah dari MUI Jawa Timur yang menyesatkan komunitas Islam Syiah di Sampang. Kemudian dijawab dengan tinjauan ilmiah oleh Ustadz Jalal yang dikenal tokoh IJABI (Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia). Keduanya dimuat dalam koran Harian Republika dan dapat search di internet.

Saya kira dialog demikian: Pak Ma’ruf dan Ustadz Jalal yang bersifat ilmiah dalam media
berbentuk tulisan atau dalam seminar terbuka harus terus dilakukan. Semakin sering berdialog akan makin ketahuan beda dan lemah tidaknya sebuah argumen yang menopang eksistensi sebuah aliran atau mazhab Islam. Kemudian dari sana pula masyarakat dapat menilai mana yang kuat dan memiliki sumber yang menyambung pada sumber Islam: Allah dan Rasul-Nya.
Perlu diketahui, eksistensi Islam Syiah sudah diakui oleh negara. IJABI sejak 1 Juli 2000 sudah resmi menjadi ormas. Presiden RI saat itu Gus Dur melalui Djohan Efendi (kalau tidak salah) yang menjabat Menteri Sekretaris Negara, meresmikannya di Gedung Merdeka Bandung. Sebelumnya muncul yayasan dan lembaga kajian yang khusus mengkaji mazhab Islam yang berbeda dengan mayoritas. Itu juga tidak dilarang oleh pemerintah. Buku-buku yang penulisnya dari tokoh-tokoh Islam Syiah, Islam Liberal, atau gerakan Islam dari Timur Tengah pun banyak beredar dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Semakin menambah khazanah Islam dan tinggal kesiapan umat Islam dalam menyikapinya dengan menimbangnya secara rasional, dewasa, dan elegan.
Saya juga sempat ikut serta dalam kegiatan mereka. Saya bahkan pernah ikut kajian mereka saat masa kuliah. Yang beda dengan yang umum atau yang berkembang di masyarakat, para pengikut mazhab Islam Syiah mengikuti Ahlulbait Rasulullah saw dalam kepemimpinan Islam (Imam Ali dan keturunannya yang kemudian disebut Imam-Imam Syiah) dan dalam hadis merujuk hadis Nabi yang diriwayatkan dari Ahlulbait dan sahabat terpilih. Juga menggunakan hadis-hadis dari muhadis Sunni seperti Bukhari, Muslim, Al-Hakim, Turmudzi, An-Nasai, Ahmad, Suyuthi, dan lainnya dalam menyampaikan argumen-argumen dalam menyampaikan doktrin-doktrin ushuluddin (aqidah) dan furuddin (fikih dan amaliah Islam).
Misalnya tentang kepemimpinan Imam Ali sebagai washi dan maula dirujuk dari ahli hadis Muslim dan Turmudzi. Dalil sumber Islam, yaitu Kitabullah dan Itrah Ahlulbait pun dirujuk dari Muslim, Al-Hakim, Turmidzi, Ahmad, Thabrani, Thahawi dan dishahihkan Syaikh Nashiruddin Albany dalam kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah.
Dalam Shahih Muslim juz II halaman 279 bab Fadhail Ali, telah diceritakan dari Zuhair bin Harb dan Shuja’ bin Makhlad dari Ulayyah yang berkata Zuhair berkata telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim dari Abu Hayyan dari Yazid bin Hayyan yang berkata: Aku, Husain bin Sabrah dan Umar bin Muslim pergi menemui Zaid bin Arqam. Setelah kami duduk bersamanya berkata Husain kepada Zaid: ‘Wahai Zaid sungguh engkau telah mendapat banyak kebaikan. Engkau telah melihat Rasulullah SAW, mendengarkan hadisnya, berperang bersamanya dan shalat di belakangnya. Sungguh engkau mendapat banyak kebaikan wahai Zaid. Coba ceritakan kepadaku apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW.
Berkata Zaid: “Hai anak saudaraku, aku sudah tua, ajalku hampir tiba, dan aku sudah lupa akan sebagian yang aku dapat dari Rasulullah SAW. Apa yang kuceritakan kepadamu terimalah,dan apa yang tidak kusampaikan janganlah kamu memaksaku untuk memberikannya.
Lalu Zaid berkata: ”Pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di hadapan kami di sebuah tempat yang bernama Ghadir Khum seraya berpidato, maka Beliau SAW memanjatkan puja dan puji atas Allah SWT, menyampaikan nasehat dan peringatan. Kemudian Beliau SAW bersabda: ‘Ketahuilah wahai manusia sesungguhnya aku hanya seorang manusia. Aku merasa bahwa utusan Tuhanku (malaikat maut) akan segera datang dan Aku akan memenuhi panggilan itu. Dan Aku tinggalkan padamu dua pusaka (Ats-Tsaqalain). Yang pertama Kitabullah (Al-Quran) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya,maka berpegang teguhlah dengan Kitabullah”.
Kemudian Beliau SAW melanjutkan: “Dan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku.”
Lalu Husain bertanya kepada Zaid: ”Hai Zaid siapa gerangan Ahlul Bait itu? Tidakkah istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait?”
Jawabnya: “Istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait di sini adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah wafat Nabi SAW.”
Husain bertanya: “Siapa mereka?”
Jawab Zaid: ”Mereka adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Ibnu Abbas.”
“Apakah mereka semua diharamkan menerima sedekah (zakat)?” tanya Husain.
“Ya,” jawabnya.
Hadis di atas terdapat dalam Shahih Muslim, perlu dinyatakan bahwa yang menjadi pesan Rasulullah SAW itu adalah sampai perkataan “kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku.” Sedangkan yang selanjutnya adalah percakapan Husain dan Zaid perihal Siapa Ahlul Bait. Yang menarik bahwa dalam Shahih Muslim di bab yang sama Fadhail Ali, Muslim juga meriwayatkan hadis Tsaqalain yang lain dari Zaid bin Arqam dengan tambahan percakapan yang menyatakan bahwa Istri-istri Nabi tidak termasuk Ahlul Bait, berikut kutipannya: “Kami berkata “Siapa Ahlul Bait? Apakah istri-istri Nabi? Kemudian Zaid menjawab ”Tidak, Demi Allah, seorang wanita (istri) hidup dengan suaminya dalam masa tertentu jika suaminya menceraikannya dia akan kembali ke orang tua dan kaumnya. Ahlul Bait Nabi adalah keturunannya yang diharamkan untuk menerima sedekah.”
Dalam kitab Mustadrak As-Shahihain Al Hakim, Juz III halaman 110, telah diceritakan dari Abu Bakar bin Ishaq dan Da’laj bin Ahmad Al Sijzi yang keduanya mendengar dari Muhammad bin Ayub yang mendengar dari Azraq bin Ali yang mendengar dari Hasan bin Ibrahim Al Kirmani yang mendengar dari Muhammad bin Salamah bin Kuhail dari Ayahnya dari Abu Tufail dari Ibnu Wathilah yang mendengar dari Zaid bin Arqam ra yang berkata: “Rasulullah SAW berhenti di suatu tempat di antara Mekkah dan Madinah di dekat pohon-pohon yang teduh dan orang-orang membersihkan tanah di bawah pohon-pohon tersebut. Kemudian Rasulullah SAW mendirikan shalat, setelah itu Beliau SAW berbicara kepada orang-orang. Beliau memuji dan mengagungkan Allah SWT, memberikan nasehat dan mengingatkan kami. Kemudian Beliau SAW berkata” Wahai manusia, Aku tinggalkan kepadamu dua hal atau perkara, yang apabila kamu mengikuti dan berpegang teguh pada keduanya maka kamu tidak akan tersesat yaitu Kitab Allah (Al Quranul Karim) dan Ahlul BaitKu, ItrahKu.”
Dalam Musnad Ahmad jilid V halaman 189, Abdullah meriwayatkan dari Ayahnya dari Ahmad Zubairi dari Syarik dari Rukayn dari Qasim bin Hishan dari Zaid bin Tsabit ra, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Aku meninggalkan dua khalifah bagimu, Kitabullah dan Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya datang ke telaga Al Haudh bersama-sama.”
Dalam Musnad Ahmad jilid V hal 181-182, terdapat riwayat dari Abdullah dari Ayahnya dari Aswad bin ‘Amir, dari Syarik dari Rukayn dari Qasim bin Hishan, dari Zaid bin Tsabit, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Sesungguhnya Aku meninggalkan dua khalifah bagimu Kitabullah, tali panjang yang terentang antara langit dan bumi atau diantara langit dan bumi dan Itrati Ahlul BaitKu. Dan Keduanya tidak akan terpisah sampai datang ke telaga Al Haudh.”
Dalam Sunan Turmidzi, jilid 5 halaman 662 – 663, disebutkan dari Ali bin Mundzir al-Kufi, telah bercerita kepada kami Muhammad bin Fudhail, telah bercerita kepada kami Al-A’masy, dari ‘Athiyyah, dari Abi Sa’id dan Al-A’masy, dari Habib bin Abi Tsabit, dari Zaid bin Arqam yang berkata, ‘Rasulullah saw telah bersabda, ‘Sesungguhnya aku tinggalkan padamu sesuatu yang jika kamu berpegang teguh kepadanya niscaya kamu tidak akan tersesat sepeninggalku, yang mana yang satunya lebih besar dari yang lainnya, yaitu Kitab Allah, yang merupakan tali penghubung antara langit dan bumi, dan ‘itrah Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan pernah berpisah sehingga datang menemuiku di telaga. Maka perhatikanlah aku dengan apa yang kamu laksanakan kepadaku dalam keduanya.”

AHMAD S

No comments: