Bontekoe, Petualang Pelaut VOC yang Legendaris

13693901491593880235
(ilust mediasmarties.nl)
Bontekoe adalah seorang pelaut Belanda yang hidup di awal abad ke 16. Pada tahun 1618 dia berlayar dengan kapal VOC dengan tujuan ke Bantam (sekarang Banten). Di samudra Hindia, kapalnya mengalami kebakaran dan karam. Bersama sejumlah anak buah kapal lainnya, dia terapung-apung di atas perahu sekoci selama 13 hari. Akhirnya kapal ini terdampar di pulau Sumatera di kawasan Selat Sunda. Setelah mengalami petualangan yang mendebarkan di rimba belantara Sumatera, Bontekoe dan rekan-rekannya akhirnya dapat menyeberang ke Batavia dan melaporkan diri kepada Jan Pieterszoon Coen yang pada saat itu menjadi penguasa VOC.
Bontekoe mungkin tak pernah menjadi tenar dan legendaris namanya, kalau dia tidak menuliskan pengalaman yang mencekam ini dalam sebuah buku yang diberinya judul Journael ofte gedenckwaerdige beschrijvinge van de Oost-Indische reyse van Willem Ysbrantsz. Bontekoe van Hoorn, begrijpende veel wonderlijcke en gevaerlijcke saecken hem daer in wedervaren (Jurnal atau Kisah Tak Terlupakan dari Pelayaran ke Hindia Timur dari Willem Bontekoe asal kota Hoorn, berikut kejadian-kejadian yang menakjubkan dan berbahaya yang dialaminya) pada tahun 1646.
Kisah pengalaman terkatung-katung di lautan lepas dan juga petualangan setelah terdampar di pulau Sumatera mengingatkan saya akan novel ‘The Life of Pi’. Di atas perahu sekoci, Bontekoe juga mengalami kelaparan dan kehausan. Tak jarang dia terpaksa meminum air kencingnya sendiri. Untuk makanan, dia juga menangkap burung laut dan ikan terbang (flying fish). Persis seperti pada fiksi ‘The Life of Pi’. Mereka juga sudah putus asa kehabisan makanan, sehingga beberapa rekan Bontekoe berniat membunuh anak kapal untuk dimakan. Bontekoe memohon kepada mereka untuk menangguhkan niat selama 3 hari, dan beruntung mereka terdampar di pantai yang ditumbuhi dengan pohon kelapa, sehingga mereka dapat melepaskan dahaga dengan air kelapa. Pulau ini ternyata adalah pulau Sumatera.
1369390280434174565
(ilust historische kranten.nl)


Namun di daratan, mereka juga mengalami ancaman serangan dari penduduk asli dan tercatat sebelas rekan Bontekoe tewas dibunuh dan empat orang lainnya hilang. 57 awak kapal yang bertahan hidup akhirnya diselamatkan oleh armada kapal Belanda dibawah komando Frederik de Houtman. Mereka dibawa menghadap ke Jan Pieterszoon Coen dan selanjutnya Bontekoe diberi tugas baru untuk memimpin kapal yang menjaga perairan di China.
Kisah heroik inilah yang menjadi inspirasi terbitnya buku bacaan anak karangan Johan Fabricius berjudul De Scheepsjongens van Bontekoe (Anak-anak kapal dari Bontekoe) pada tahun 1923. Buku ini berkisah tentang pengalaman empat anak remaja bernama Hajo, Rolf, Padde, and Harmen. Seperti Bontekoe, mereka bekerja pada kapal yang kemudian terbakar dan membuat mereka terapung di atas sekoci. Keempat anak ini juga mengalami petualangan yang mencekam di rimba Sumatera dan Jawa.
1369390378897115549
(ilust historische kranten.nl)


Kebetulan saya dapat menemukan komik bersambung pada koran jadul “Het Vrije Volk” tahun 1958. Lukisan komik ini sangat bagus dan mengingatkan saya pada komik ‘Wiro, Anak Rimba’. Dalam komik ini, kita bisa melihat gambar suasana hutan Indonesia dengan segala macam margasatwanya, ada harimau, monyet, macan kumbang. Juga ada adegan perkenalan keempat remaja ini dengan seorang gadis penduduk asli yang diberi nama Dolimah. Gadis ini yang banyak membantu dan menyelamatkan mereka dari ancaman ditangkap dan dibunuh oleh penduduk setempat. Novel anak ini kemudian dituangkan dalam layar lebar dengan judul yang sama pada tahun 2007 dan memperoleh anugerah Golden Film. Bontekoe (makna harfiahnya ‘sapi belang’, koe = sapi, bonte = belang) sangat populer di negeri Belanda khususnya karena membawa kenangan indah (nostalgia) akan tanah Hindia Belanda dengan segala ke-eksotik-annya.

Gustaf K

No comments: