Dibawa Kemana Sejarah Meunasah Blang Buloeh ?

1369406108431811005
Foto l

Meunsah kecil itu tampak terkesan angker. Dekat mata memandang ke sisi-sisinya banyak terlihat rongsokan yang mulai dimakan usia. Meunasah ini yang didirikan pada tahun 22-08-1360 H yang terukir indah dengan bahsa arab pada sebuah pondasi jerjak meunasah yang mulai keropos yang tidak utuh lagi. Tragis!
Semakin memprihatinkan itu lah yang tampak di benak siapa saja yang menglihat, bagaimana tidak meunasah yang menjadi bangunan sejarah tempat terjadinya peperang terakhrir perjuangan Tengku Abdul Jalil dengan 18 pengikutnya melawan pendudukan tentara jepang di Aceh Utara dan sekitar berubah menjadi suram tidak terawat.
Inilah Meunasah (surau) letaknya di Gampong Blang Buloh Kecamtan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Sejarah yang mengukir peperangan berdarah antara perjuangan ulama muda Tgk Abdul Jalil dengan 18 pengikutnya tepatnya 10 November 1942.
Tengku Abdul Jalil adalah sosok yang keras yang tidak mau tunduk terhadap penjajahan jepang, kelahiran Keude Krueng, Aceh Utara. Seorang ulama yang sangat muda yang dengan beraninya menantang perlawanan jepan lewat syiar dakwah nya, yang membuat pasukan jepang kepanasan sehingga mencari beliau.
“kalau bukan sekarang kapan lagi berjuang, karna sesudah ini tidak ada lagi perang membela agama,” ungkap Tgk Adul Jalil yang membuat pengikutnya semangat berperang. disampaikan oleh Tgk Abdullah (53) imum gampong tersebut.
Tgk M Diah (76) warga setempat menunjukkan, posisi terjadinya peperangan terakhir sebelum Tgk berpulang kerahmatullah, posisi sebelah kiri dari jalan masuk ke pekarangan meunasah sekarang menjadi kuburan, dulunya ditumbuhi buah nanas yang dedaunannya menutupi persembunyian pehlawan Aceh untuk menunggu kedatangan jepang dengan pasukan dan perlengkapan perang.
Sebagai bukti pula atas inisiatif masyarakat sekitar, dibangunlah sebuah tegu posisi Tgk Abdul Jalil wafat dalam sebuah pertempuran melawan Serdadu Jepang, juga didapati kuburan massal 12 syuhada pengikutnya yang tidak terawat sedikitpun.
Apalah daya masyarakat tanpa ada kepedulian pemerintah, “Sudah beberapa kali masyarakat memohon, sekalipun tidak pernah dipublis oleh pemerintah dari Aceh Utara yang dulu masih menyatu dengan Lhokseumawe sampai dua pemerintahan itu berpisah! kata imum lah.
sekarang tempat itu di jadikan orang gampong setempat dan luar melepaskan khanduri kaoi (hajat) karna menurut warga tempat itu keramat, ulas Tgk Diah.
Sedikit yang tahu tentang peninggalan sejarah ini, semua melupakan sejarah tinggal hanya dalam ingatan orang yang sudah berusia lanjut, dimana si muda tidak mau tahu
bagaimana pengorbanan mereka ketika berjuang. banyak yang mengagung-agungkan kejaya tapi sedikit yang mau tahu sejarahnya.
Atas semangatnya pada akhir tahun 1973 didirikanlah satu yayasan mengatas namakan Tgk Abdul Jalil yang di bangun atas insiatif Anak beliau Cut Aminah. Yang sekarang dikelola Istri dari Almrhum Tgk Muhammad Thaib oleh Hj. Fauziah menantu dari Cut Aminah.
Disana anak-anak aceh yang tidak mampu, yatim-piatu, korban konflik mendalamai ilmu agama dan pengetahuan yang gurunya sendiri dari alumni yang telah sukses dalam pendidikannya. Tidak ada gaji untuk guru pengajian dan sekolah, dulu yayasan telah membantu mereka, saat inilah mereka membatu yayasan ini, ungkap Hj ziah. []

Yasir Muarief

No comments: