Siapa Ibu Pertiwi Sebenarnya? Adakah Dia?

Wanita senantiasa dipuja dalam sastra dunia. Ia sosok manusia yang menjadi poros peradaban. Kartini, Cut Nyak Dien, dan Martha Christina Tiahahu adalah sederet wanita yang ada dalam lembaran sejarah bangsa ini. Feminim dan maskulinitas wanita yang sangat membangun negeri ini. Lebih jauh kemudian siapa wanita dalam nusantara yang lebih cerdas seperti Kartini dan tangguh seperti Cut Nyak Dien dan Tiahahu? Apakah dia? Apakah ia hanya sebuah hal yang tak penting untuk diingat karena tak pernah muncul di mimbar orasi atau bahkan menuliskan pena yang basah akan intelektual?

Kulihat Ibu Pertiwi, Sedang Bersusah Hati
Air Matamu Berlinang, Mas Intanmu Terkenang

Hutan Gunung Sawah Lautan, Simpanan Kekayaan
Kini Ibu Sedang Susah, Merintih dan Berdo’a

Lagu yang sangat mudah diingat namun seperti Pertiwi yang misterius komposer lagu ini pun sangat tak bisa diungkap sejarah. Namun banyak orang yang menganggap lagu ini menyerupai sebuah himne Kristen What a Friend We Have in Jesus yang awalnya ditulis oleh penyair asal Irlandia Joseph M. Scriven sebagai puisi pada tahun 1855.  Lagu tersebut dikenal sekitar tahun 1950an. Berawal dari lagu ini kita mengenal kata “pertiwi” namun apa sebenarnya pertiwi itu dan mengapa ada dalam lirik lagu tersebut.

Ibu Pertiwi berasal dari bahasa Sanskerta: pṛthvi atau juga pṛthivī, dewi dalam agama Hindu. pṛthvī, atau juga pṛthivī) adalah Dewi dalam agama Hindu dan juga “Ibu Bumi” (atau dalam bahasa Indonesia “Ibu Pertiwi”). Sebagai pṛthivī matā “Ibu Pertiwi” Ibu Pertiwi merupakan personifikasi nasional Indonesia, perwujudan tanah air Indonesia. namun apakah itu benar-benar hanya personifikasi ataukan benar-benar ada? Nampaknya sangat lucu ketika kita mempunyai ibu hanya mitos belaka. Atau memang kelucuan diri kita, kita ada pun nantinya hanya tahayul dan bahkan kita berpikir sekarang hanya tahayul. Pastilah kita punya ibu negeri namun apakah pertiwi?

“Jala Sutera” halaman 8-9 “Pada abad keempat tahun 350 masehi, tercatat nama Ratu Pertiwi (Ibu Pertiwi) yang menurunkan silsilah, raja Mulawarman di Kutai dan raja Purnawarman dari Tarumanegara, mengawali kerajaan-kerajaan di Nusantara ini.” Jika seperti ini yang tertulis, Pendiri Kerajaan Kutai adalah Kudungga yang merupakan seorang pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja), sedangkan raja pertama yang resmi berkuasa di Kerajaan Kutai adalah Aswawarman karena sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai dan diberi gelar “Wangsakarta”, yang artinya pembentuk keluarga. Maka bisa menjadi awal bahwa Ibu pertiwi adalah darah yang mengalir dari keluarga Aswawarman. Padahal Aswawarman Beristri Dewi Gari. Siapakah dewi gari dan apakah ia salah satu hulu dari bangsa ini yang berhasil meneteskan darah seperti Mulawarman. Bahkan raja-raja lainnya.


Ditulis Oleh Pangeran Wangsa Kerta Dari Kerajaan Indra Prahasta (Cirebon–Jawa Barat) Dalam Kitabnya “ Pusaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara ” Yang Dikarang Pada 1599 Caka (1673 Masehi) Dan Kitab “Nagarakretabhumi” Yang Dikarang 1600 Caka (1674 Masehi) Bahwa Kata Kalimantan Disebut Juga Bakulapura, Kerajaannya Disebut Kutanagara Atau Kutai Martapura. Pada Tahun 393 Masehi Atau 280 Caka Kerajaan Kutai Martapura Diperintah Oleh Sang Maharaja Aswawarman Menjadi Besar Dan Kuat Kemudian Dilanjutkan Oleh Putranya Yang Bernama Maharaja Sri Mulawarman Nala Dewa, Kerajaan Ini Sejaman Dengan Kerajaan Tarumanagara Di Jawa Barat, Radjanya Bernama Jayasinghawarman Gelar Maharesi Rajadhirajaguru Jayasinghawarman Gurudharmapurusa Dengan Ibu Kotanya Jayasingahapura Kemudian Menjadi Sundapura, Sang Aswawarman Beristri Dewi Gari Gelar Maharatu Sri Gari Putri Dari Maharaja Sri Kundungga. Perkawinan Atwangga Putra Mitrongga, Mereka Keturunan Wangsa Warga Sungga Dari Magada Yang Menetap Di Ratnadwiva (Kalimantan. Atwangga Menikahi Kakak Dari Permaisuri Dewawarman Yaitu Putri Dari Negeri Bharata Dan Melahirkan Anak Bernama Kundungga (Yang Menjadi Radja Di Kutai Martapura–Bakulapura-Ratnadwiva) Dan Adiknya Maharaja Radjendra Warman Membangun Kota Perak Gemilang Kaca Di Campa Kamboja Sekarang. Ketika memang itu bukan mitos kemudian seberapa jauh sejarah mencatat seorang wanita yang memiliki dan mengurus anak yang kelak menjadi raja. “ Jauh panggang dari api.” Menjadi adagium yang tepat ketika mengungkap hal-hal yang samar.


Sejarahpun abadi mencatat bahwa manusia tak pernah menghargai muasal dari dirinya dan dunia. Sampai yang melahirkan pun terlupakan dan tak banyak dicatat dalam prasasti. Walau ibu Indonesia tak seperti keanggunan Cleopatra menaklukan hati Mark Antony, bukan pula Ratu Victoria, si wanita bertangan besi, yang memiliki pengaruh luar biasa, memimpin kolonialisme Inggris di seluruh dunia sehingga Inggris menjadi Inggris Raya dengan daerah jajahan yang terbanyak di dunia pada abad ke 19 dan AD Ratu Wu Zetian dalam dinasti Han sebagai kaisar. Namun Ibu pertiwi ataupun Ibu Indonesia memiliki kekuatan sendiri menjadi pengasuh dan pendidik serta berhati lembut. Ibu pertiwi sebagai sosok ataupun personifikasi semata bahkan menjadi lambang bumi tetaplah menjadi sesuatu yang kita dalam masa ini menghargainya lebih. Para ibu bangsa dan bumi senantiasa memberi walau terinjak zaman.


marlina H

No comments: