Cerita Terbangunnya Kerajaan Mataram Islam

Awal mula dibangunnya Kerajaan Mataram. Inilah ceritannya yang bermula tentang pembunuhan Aryo Penangsang sampai didapatkannya Kerajaan Mataram Islam.
Sultan Hadiwijaya Pajang mengadakan sebuah sayembara bagi semua orang yang dapat membunuh Aryo Penangsang.
“Barangsiapa yang bisa membunuh Aryo Penangsang maka aku akan menyerahkan alas Mentau dan Pati”.


Mendengar kabar tersebut, Kyai Ageng Pamanahan dan Ki Ageng Penjawi segera mendaftarkan diri untuk melaksanakan perintah dari Sultan Hadiwijaya Pajang sambil mengajak putranya Danang Sutawijaya untuk ikut membunuh Aryo Penangsang. Namun Hadiwijaya merasa tidak tega akan Sutawiya karna Hadiwijaya tlah menggangap Sutawijaya sebagai anak angkatnya. Maka Hadiwijaya mengirimkan pasukan Pajang untuk mengawal Danang Sutawijaya dalam pertarungan ini. Dengan kesiapan para pasukan dan segala macam senjata maka pertarungan akan dilaksanakan. Pertarungan ini dilaksanakan di Tepi timur dan Barat Bengawan Sore. Aryo Penangsang berangkat dari sisi timur sedangkan Kyai Ageng Panambahan berangkat dari sisi barat. Namun dalam pertarungan ini penasihat dari Aryo Penangsan dan Sutawijaya ingat bahwa Bengawan Sore ini telah dimantrai oleh Sunan Kudus, guru besar dari Aryo Penangsang.
“Barangsiapa yang menyebrang sungai ini, maka mereka akan mendapatkan kekalahan pada pertarungannya”.
Mengetahui hal itu, akhirnya Kyai Ageng Pamanahan dan Aryo Penangsang beserta semua pasukannya menginap didekat Bengawan tersebut dan sama sekali tidak melakukan perlawanan karna mereka tidak mau mendapatkan kekalahan. Setiap harinya Kyai Ageng Pamanahan dan Ki Penjawi selalu melihat dan mengawasi aliran air tersebut. Suatu ketika mereka melihat tukang kuda atau biasa yang disebut Pekhatik yang menyebrang ke arahnya untuk mengambil rumput. Kyai Ageng Pamanahan dan Ki Ageng Penjawi menghampiri Pekhatik tersebut dan memotong kupingnya sambil menempelkan sebuah pesan tantangan dari Hadiwijaya untuk Aryo Penangsang. Lalu Pekhatik itu lari terbirit kesakitan dan langsung menghadap ke Aryo Penangsang. Melihat pembantunya berlumuran darah dan membaca pesan tantangan tersebut, Aryo Penangsang murka dan marah besar. Dengan emosi yang sangat besar Aryo Penangsang berteriak-teriak menantang Hadiwijaya. Dia tidak menyebrang sungai tersebut karna dia masih mengingat apa yang Sunan Kudus katakan. Maka diaturlah strategi yang amat sangat brilian. Sutawjaya menaiki kuda betina yang amat cantik dan telah dipotong ekornya sehingga menumbuhkan rasa birahi kuda jantan dari Aryo Penangsang.akhirnya kuda Aryo Penangsang pun menjadi tidak terkendali dan mengejar betina tersebut sehingga menyebabkan Aryo Penangsang menyebrangi Bengawan Sore tersebut.
Ketika Aryo Penangsang telah sampai ke bagian sisi barat Bengawan Sore. Sutawijaya dengan percaya dirinya menombakkan tombak Kyai Plered yang amat sakti ke bagian perut Aryo Penangsang. Di bagian sisi kiri perut Arya Penangsang telah tertombak dan sobek, namun yang masih diherankan adalah ketika Aryo Penangsang masih saja bisa bertahan dalam pertarungan ini. Ususnya berceceran dan terurai kemana saja. Aryo Penangsang masih sangat kuat, karna dia tidak mau usus berurainya terganggu, maka akhirnya dia melilitkan ususnya ke keris. Betapa besar kemarahan Aryo Penangsang terhadap Danang Sutawijaya, lalu dia mencekik leher Sutawijaya sampai kesusahan bernafas. Para pasukan dari Sutawijaya sangat tidak terima.
“Ketika kamu berperang dengan alat maka pilihlah alat apapun tuk membunuh musuh kamu sampai mati”.
Lalu Aryo Penangsang mengambil kerisnya untuk membunuh Sutawijaya. Tapi.. Apa yang terjadi? Aryo Penangsang tanpa sadar telah memutuskan tali ususnya sendiri dan disitulah Aryo Penangsang jatuh dan terlihat sudah tidak bernyawa lagi. Akhirnya pemenang dari Sayembara ini adalah Kyai Ageng Pamanahan, Ki Ageng Penjawi dan Danang Sutawijaya. Diberikanlah alas Mentau untuk Kyai Ageng Pamanahan dan Pati untuk Ki Ageng Penjawi.
Karna Kyai Ageng Pamanahan dan Sutawijaya telah berhasil memenangkan pertarungan dalam membunuh Aryo Penangsang maka alas Mentau ini menjadi hadiah tebesar bagi mereka berdua untuk membangun sebuah perkampungan. Tepatnya di “Wot Ngaleh” yang sekarang berada di lapangan Adisucipto. Tiba-tiba Sunan Kalijaga datang dan bertanyanya “Apa alasaan kalian untuk membangun kampung disini?”
Lalu Kyai Ageng Pamanahan membalas: “Kanjeng Sunan, tanah ini sangat datar dan amat luas maka dari itulah tanah ini sangat bagus untuk membuat sebuah perkampungan”.
“Jangan bangun perkampunganmu disini, carilah tempat disebelah barat dari kampungmu ini. Sebentar lagi saya akan kembali ke Demak, dan saya akan melemparkan 2 buah pohon Beringin dari Demak. Dimana jatuhnya pohon beringin tersebut, disitulah kamu boleh menbangun sebuah kampung”. Jawab Sunan Kalijaga.
Kyai Ageng Pamanahan dan Danang Sutawijaya segera mencarinya. Akhirnya ditemukanlah 2 buah pohon beringin tersebut. Datanglah kembali Sunan Kalijaga. Danang Sutawijaya ini menghampiri Kanjeng Sunan sambil berkata:
“Kanjeng Sunan, mengapa saya dan ayahanda harus mendirikan kampung disini?”.
“Le, aku sudah memilih tanah ini karna tanah disini datar, tebing-tebing sungainya juga dalam dan tinggi. Maka tanah disini tidak akan kebanjiran”. Jawab Sunan Kalijaga
Mendengar pernyataan tersebut, mereka langsung pergi ke tengah-tengah pohon beringin. Namun apa yang terjadi? Ternyata disana ada Pangeran Joyoprono yang merupakan kerabat dari Demak. Pangeran Joyoprono berada disana karna dia juga ingin membuat perkampungan. Terjadilah perebutan secara eyel-eyelan untuk mendapatkan wilayah itu.
“Aku dapat perintah dari Sunan Kalijaga untuk membangun kampung disini, Mas” kata Kyai Ageng Pamanahan.
“Tidak! Aku duluan yang datang disini, pokoknya harus aku yang mempunyai wilayah ini”. Berontak Pangeran Joyoprono.
“Tapi aku telah diperintahkan oleh Sunan Kalijaga, Mas”. Jawab Kyai Ageng Pamanahan.
“Hmm.. baiklah kalaupun memang ini perintah dari Sunan Kalijaga. Kamu boleh mengambil wilayah ini tetapi aku minta satu syarat saja”. Usul Joyoprono.
“Baiklah, apa syaratnya, Mas?”
“Gendongen aku sak kuatmu tekan endi. Nek kowe kuat. Iki alas dadi ngonmu”. Tantang Pangeran Joyoprono.
Mendengar hal itu, Kyai Ageng Pamanahan menyetujui syarat dari Pangeran Joyoprono. Lalu digendonglah Pangeran Joyoprono. Karna mereka sama-sama mempunyai kesaktian. Maka Pangeran Joyoprono mengunakan kesaktiannya untuk menambah beban berat dalam dirinya. Namun Kyai Ageng Pamanahan mengetahui siasat yang akan dilakukan oleh Joyoprono. Maka Kyai Ageng Pamanahan juga mengeluarkan jurus saktinya untuk memperkuat tubuhnya agar bisa mengendong Joyoprono. Sekitar 200 meter dia berjalan ke sisi timur. Akhirnya Pamanahan ini tidak kuat lagi dan menyerah untuk mengendong Joyoprono, dan disanalah Pangeran Joyoprono membangun kampungnya yang diberi nama dengan Kampung Joyopranan.
Kini Kyai Ageng Pemanahan telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Dia mendirikan suatu kerajaan yang bernama Kerajaan Mataram Islam.
Putri Kumala

No comments: