Peristiwa Merah Putih di Manado

Pada tanggal 7 Maret 1946, pesawat terbang sekutu menyebarkan pamflet-pamflet di Minahasa untuk mempengaruhi masyarakat agar menggulingkan pemerintahan yang dipimpin Taulu - Lapian. Melihat situasi semakin genting, Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mendesak agar mereka dipersenjatai, yang akhirnya disetujui untuk diambil tanggal 10 Maret 1946 di Gudang Teling.

Tetapi ketika pasukan Indonesia sedang memuat senjata ke atas truk, tiba-tiba ditembaki dengan gencar dari segala arah, menghalang-halangi usaha mereka. Saat itu merupakan awal countra – coup yang dilakukan golongan Kasegert, bahkan para pemimpin militert terperdaya dan merekaq pun tak bias berbuat apa-apa karena semua pasukan tentara di Teling tidak lagi mentaati mereka, bahkan memihak Kapten Kaseger.

Para instruktur yang telah melatih PPI di Manado mendatangi pos-pos pemuda untuk melucuti mereka. Yang pertama kali menyerang adalah satuan-satuan KNIL di Girian yang telah dipengaruhi NICA dan Kasseger. Para pemuda PPI dan Tentara Pelajar pun segera merebut senjata-sernjata dari tangan polisi untuk memperkuat dirinya.

Pertempuran berkobar di beberapa tempat, tetapi karena kekuatan lawan jauh lebih kuat, serta pengkhianatan oleh segelintir bangsa Indonesia sendiri, akhirnya para pemimpin Indonesia berhasil ditawan Belanda, termasuk Taulu, Wuisan, Belwan, Bisman, Lapian,…46 anggota tentara dan pemuda dijatuhi hukuman penjara oleh Krijgsraad Belanda atas tuduhan memberontak di saat perang. Taulu dan Lapian masing-masing dijatuhi hukuman selama 20 tahun dan 6 tahun. Para kaki tangan Belanda naik pangkat dan Kasseger sendiri diangkat menjadi Komandan tentara Belanda di Sulawesi Utara, se4bagai upah telah mengembalikan tanah tumpah darahnya kepada Belanda untuk dijajah kembali.

Tetapi pengorbanan Taulu dan kawan-kawan tidak sia-sia. Mereka telah menyelamatkan perjuangan nasional di Sulawesi Utara sampai pada saat terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1950, karena para pemuda yang bergerak di bawah tanah dan melakukan serangan-serangan gerilya telah berhasil menggagalkan pemberontakan TWAPRO pada tanggal 17 Agustus 1949 dan pembentukan basis pertahanan di daerah ini bagi “Republik Indonesia Timur” pada bulan April 1950, yang didalangi Soumokil dan golongan-golongan separatis lain.

Pasukan-pasukan Tentara Republik Indonesia Sulawesi Utara yang kemudian dalam perkembangan organisasinya berbentuk pasukan PISO dan akhirnya menjadi Laskar Rakyat Republik Indonesia (LRRI) dengan gigih melanjutkan perjuangan mempertahankan Sulawesi Utara sebagai bagian dari Republik Indonesia menghadapi musuh-musuh, bukan saja tentara Belanda, tetapi juga dari golongan bangsa Indonesia yang akan menjadikan Sulawesi Utara bagian dari negara Belanda (gerakan TWAPRO), negara boneka Belanda “Negara Indonesia Timur”.

LRRI Sulawesi Utara dalam mempertahankannya sampai pada pengakuan kedaulatan Republik Indonesia dapat menguasai daerah-daerah pedalaman seperti Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, Gorontalo, dan lain-lain.

Wahyu Barata

No comments: