Akhir Zaman Setiap Manusia, Maut Sebagai Nasihat ( Bagian 1 dan 2)

mayat
SETIAP manusia pasti akan bertemu dan menghadapi maut. Karena hidup di dunia ini hanyalah singgahan sementara. Di sinilah manusia berusaha mencari bekalnya untuk kehidupan kekal di akhirat kelak. Sehingga, ketika akhir zamannya telah ditentukan dan ia mulai meninggalkan dunia, bekal itulah yang akan menemani dirinya dikegelapan alam kubur.
Maut adalah Pemberi Nasihat Terbesar
Orang yang berakal adalah yang dapat mengambil pelajaran, sebab maut adalah pemberi nasihat terbaik. Sebagian ahli zuhud ditanya, “Apakah nasihat yang paling besar?” Jawabnya, “Merenungkan orang-orang mati.” Al-Qurthubi melukiskan maut dengan sangat baik, “Ketahuilah bahwa maut adalah hal yang menakutkan, perkara yang menyeramkan, cangkir yang rasanya menjijikkan. Sesungguhnya maut itu menghancurkan kelezatan, meutuskan kesenangan, dan mendatangkan hal-hal yang dibenci. Hal yang menghancurkan sendi-sendimu pastilah perkara yang menakutkan, sesuatu yang besar, dan harinya pastilah hari yang besar.”
Merenungkan Maut
Sebagaimana hidup merupakan tanda kekuasaan Allah, maka maut juga tanda kekuasaan Allah, tetapi jangan Anda katakana bahwa itu aneh. Allah berfirman, “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan,” (QS. al-Baqarah: 28).
Memikirkan ayat ini berarti memikirkan salah satu ciptaan dan keajaibannya yang menunjukkan kebesaran kekuasaan Allah. Diriwayatkan bahwa seorang Badui bepergian dengan naik unta, lalu tiba-tiba untanya terpuruk dan mati. Si Badui turun dari unta itu lalu mengelilinginya dan memikirkannya, “Kenapa kau tidak bangkit? Kenapa kau tidak berdiri? Anggota tubuhmu lengkap dan sehat. Ada apa denganmu? Apa yang menyebabkan kau seperti ini? Apa yang dapat membuatmu bangkit? Apa yang merobohkanmu? Apa yang membuatmu tidak bergerak?” Kemudian ia pergi sambil memikirkan hal itu dan merasa takjub.

Nasihat Orang-orang Bijak

ALLAH memberi nasihat tentang maut kepada Rasul-Nya, “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati,” (QS. az-Zumar: 42).
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Awsath, Abu Na’im dalam al-Hilyah, al-Hakim dalam Mustadraknya, dan lain-lain disebutkan bahwa sahabat Ali ibn Abi Thalib, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jibril mendatangiku dan berkata, ‘Hai Muhammad, hiduplah sesuka hatimu, sebab kau pasti mati. Cintailah ornag yang kau sukai, tapi pasti kau akan berpisah dengannya. Beramallah sesukamu, sebab pasti (amal)mu akan dibalas. Ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin ada pada ibadah malamnya, dan kehormatannya ada pada sikap tidak membebani orang lain’.”
Kami akan sampaikan beberapa nas dari Allah dan Rasul yang mengingat kematian. Ini adalah kebiasaan orang saleh, yakni mereka mengingatkan diri mereka dan orang lain akan kematian. Ali ibn Abi Thalib berkata, “Dunia berjalan ke belakang, dan akhirat berjalan ke depan. Keduanya memiliki pengikut. Jadilah pengikut akhirat dan jangan jadi pengikut dunia. Sebab, hari ini adalah amal dan bukan hisab, sedangkan besok adalah hisab dan tidak ada amal.” Diriwayatkan oleh Bukhari dalam shahihnya, bab “Harapan dan Optimisme”.
kuburan1
DI antara nasihat para ulama sebagaimana disebutkan dalam kitab at-Tadzkirah adalah sebagai berikut:
Wahai orang yang tertipu, renungkanlah kematian beserta sekarat, kesulitan dan kepahitannya. Sesungguhnya maut adalah janji yang paling jujur, dan hakim yang paling adil. Cukuplah maut menakutkan hati, membuat mata menangis, memisahkan kelompok-kelompok, menghancurkan kelezatan dan kenikmata hidup, serta memutuskan angan-angan dan harapan.
Apakah kau merenungkan, hai anak Adam, hari kejatuhanmu dan perpindahanmu dari tempat tinggalmu, saat kau pindah dari keluasan menuju kesempitan, saa temanmu mengkhianatimu, saat saudaramu meninggalkanmu, saat kau dipindahkan dari tempat tidur dan selimutmu ke dalam belahan bumi, lalu menutupimu dengan tanah? Hai penumpuk harta dan penghimpun gedung, demi Allah, kau tak memiliki harta lagi kecuali kafan yang menempel di badan. Bahkan, kafan itu pun akan hancur dan binasa, dan jasadmu akan jadi makanan tanah.
Imam Qurthubi menukil dari Yazid ar-Ruqasyi bahwa ia berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka dirimu, hai Yazid! Siapa yang shalat untukmu setelah kau mati? Siapa yang puasa untukmu setelah kau mati? Siapa yang dapat membuat Tuhamu ridha kepadamu setelah kau mati?” Kemudia ia berkata, “Hai manusia apakah kalian tak mengisi diri kalian sepanjang sisa hidup kalian? Siapakah yang kubur adalah penuntutnya, kubur adalah rumahnya, tanah adalah tempat tidurnya, cacing adalah temannya, dan bersama itu semua ia menanti kiamat, bagaimanakah keadaannya?”

IMAM Qurthubi berkata di bagian lain: 

Bayangkanlah, wahai orang yang tertipu, saat sakaratul maut mendatangimu, saat jeritan dan kesulitan maut menjemputmu! Ketika itu, seseorang berkata, “Sungguh si fulan telah berwasiat, hartanya sudah dihitung.” Yang lain berkata, “Sungguh si fulan lidahnya berat. Ia tak lagi mengenal tetangganya dan tak dapat berbicara dengan saudara-saudaranya.” Kau mendengar, tapi tak mampu menjawab.
Bayangkanlah dirimu, hai anak Adam, saat diangkat dari tempat tidurmu ke dipan tempat kau dimandikan, lalu kau dimandikan dan dikafani. Keluarga dan tetangga jadi takut kepadamu. Para kawan dan handai taulan menangisimu. Orang yang memandikamu berkata, “Mana istrinya?” Suamimu telah tiada! Mana anak-anaknya yang kini menjadi yatim? Kalian ditinggalkan oleh ayah kalian, dan kalian takkan melihatnya lagi setelah hari ini untuk selamanya!” Mereka menyenandungkan:
Wahai orang yang tertipu, kenapa kau bermain
Kau membuat angan-angan padahal kematianmu amat dekat
Kau tahu, ambisis adalah lautan tak bertepi yang perahunya adalah dunia, maka berhati-hatilah agar kau tak binasa
Kau tahu, maut membinasakanmu dengan cepan dan kau yakin rasanya tidak enak
Seakan kau telah berwasiat dank au lihat anak-anak yatim dan ibu mereka yang merasa kehilangan, meratap dan menangis
Mereka dilanda kesedihan kemudia mereka mencakar wajah
Sehingga terlihat oleh laki-laki setelah sebelumnya terhijab
Orang yang membawa kafan itu bergerak ke arahmu
Lalu tanah ditimbun ke tubuhmu, air mata pun tumpah berderai
[ Ensiklopedia Kiamat/Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]

No comments: