Akhir Zaman Setiap Manusia, Maut Sebagai Nasihat ( Bagian 3 dan 4)

kuburan
ABU Darda’, seorang sahabat besar, memberi nasihat, “Ada tiga hal yang membuatku tertawa, dan tiga hal yang membuatku menangis. Yang membuatku tertawa adalah orang yang mengharap dunia padahal maut mengintainya, orang yang melalikan yang tak dapat dilalaikan (maut), dan orang yang tertawa lepas padahal ia tak tahu apakah Allah ridha padanya atau murka.
Tiga hal yang membuatku menangis adalah berpisah dengan orang-orang yang tercinta, Muhammad SAW dan golongannya, kesulitan-kesulitan saat sakaratul maut, dan berdiri di hadapan Allah pada hari ketika yang tersembunyi menjadi jelas, kemudian tak tahu menuju surga atau neraka.”
Abu Darda’ (Dalam riwayat lain: Abu Dzar) berkata, “Kalian lahir untuk mati, kalian memakmurkan untuk kehancuran, kalian berambisi mengejar yang fana namun meninggalkan yang baka.”
Imam Qurthubi memberi nasihat dan peringatan:
Mana harta yang kau kumpulkan? Mana yang kau persiapkan untuk keadaan-keadaan yang sulit dan menakutkan? Pada saat maut menjemput, semua yang ada di tanganmu jadi kosong melompong. Kekayaan dan kemuliaanmu berubah menjadi kefakiran dan kehinaan. Bagaimanakah kau nanti jadinya, hai pembeli dosa-dosa yang terhempas dari keluarga dan rumahnya?
Jalan petunjuk telah nampak bagimu. Betapa sedikitnya perhatianmu untuk membawa bekal bagi perjalanan jauhmu dan situasimu yang sulit dan berat. Apakah kau tak tahu, wahai orang yang tertipu, bahwa pasti kau pergi menuju hari yang sangat berat keadaannya, dan hari itu ucapan seseorang jadi tidak berguna. Apa yang telah diperbuat oleh tangan dan kedua kaki, apa yang diucap oleh mulut dan diperbuat oleh anggota tubuhmu akan disodorkan kepadamu di hadapang Sang Raja Diraja. Jika Allah menyayangimu, maka kau ke surga, namun bila tidak, pasti ke neraka.
Wahai jiwa yang lalai dari keadaan-keadaan ini, sampai kapan kelalaian dan kelambananmu? Apa kau kira masalah ini kecil? Apa kau sangka hal ini remeh? Kau kira keadaan sekarang akan membantumu saat tiba hari kepergianmu, atau hartamu dapat menyelamatkanmu saat amal-amalmu menghancurkanmu atau rasa sesal cukup bagimu saat kakimu tergelincir (di atas shirath), atau kelompokmu akan megasihanimu di padang mahsyar? Sekali-kali tidak.
Demi Allah, buruk sekali persangkaanmu itu. Kau harus mengetahui, kau tak puas dengan hidup berkecukupan, tidak kenyang dari yang haram, tidak mendengar nasihat, dan tidak takut dengan ancaman. Kebiasaanmu adalah berkubang dengan hawa nafsu, dan terjerumus ke dalam kegelapan. Kau bangga dan takjub dengan harta yang kau timbun, dan tak ingat apa yang akan kau hadapi. Wahai yang tidur dalam kelalaian dan yang terjaga dalam keterpurukan, sampai kapankah kelalaian dan kelambananmu ini? Apa kau kira akan dibiarkan begitu saja dan tidak dihisab esok hari? Apa kau sangka maut menerima sogokan?
Sekali-kali tidak, demi Allah! Maut tak dapat ditolak dengan harta dan anak cucu. Tak berguna kecuali amal yang baik. Beruntunglah orang yang mendengar dan sadar, melaksanakan apa yang didakwahkan, menahan diri dari hawa nafsu, tahu bahwa orang yang beruntung adalah orang yang memelihara diri (dari dosa), dan tahu bahwa menusia tidak memiliki apa pun kecuali yang diusahakannya, dan usahanya itu akan diperlihatkan.
Berhati-hatilah terhadap orang-orang yang tidur ini! Jadikanlah amal sebagai bekal! Jangan kau khayalkan surga, sementara kau berkubang dalam dosa dan melakukan perbuatan orang-orang jahat! Selalulah merasa diawasi (muraqabah) Allah dalam kesunyian, jangan tertipu oleh angan-angan, dan berzuhudlah! Mereka mendengarkan syair:
Berbekallah untuk perjalanan ke tempat kembali
Berdirilah karena Allah dan beramallah dengan bakal yang terbaik
Jangan kau menumpuk harta dunia, sebab harta yang dikumpulkan akan sirna.
Apakah kau mau berada di samping orang-orang yang memiliki bekal, sedangkan kau sendiri tidak berbekal?
Penyair yang lain mengatakan:
Jika kau tak pergi dengan bekal takwa dan setelah mati bertemu dengan orang yang telah berbekal
Kau kan menyesal karena tidak seperti dirinya sebab dulu kau tidak waspada sebagaimana ia waspada.

Beberapa Nasihat dari Para Penyair

ADA banyak penyair yang mengingat dan memberi nasihat tentang maut. Di antaranya syair berikut:
Tiada satu pun dari yang kau lihat akan kekal keceriaan wajahnya
Tuhan kekal, sedang harta dan anakkan binasa
Sehari pun harta kekayaan Hurmuz tak membuatnya kekal
Kaum ’Ad juga melakukan hal yang sama, tapi mereka tetap tidak kekal
Begitu pula Sulaiman manakala angin bergerak mendatanginya manusia dan jin berdatangan kepadanya
Mana raja-raja yang para utusan dari segala penjuru mendatanginya karena kemuliannya?
Di sana terdapat telaga yang pasti didatangi
Suatu hari ia pasti datang, dan mereka pun datang.
Kita menjalani langkah yang telah ditentukan
Langkah yang telah ditentukan bagi seseorang pasti dijalaninya
Rizki kita tidaklah sama
Yang tidak didatangi rizki, didatanginya rizki itu
Yang kematiannya ditetapkan di suatu tempat, ia takkan mati di lain tempat.
Jika suatu malam kau menjadi pengikut suatu kaum ketahuilah bahwa kau akan dimintai pertanggungjawaban
Jika kau mengantar jenazah ke dalam kubur ingat, sungguh kau pun akan diusung.
Berbekallah dari dunia ini karena sesungguhnya kau tak tahu bila malam telah tiba, apakah kau akan hidup sampai fajar?
Betapa banyak pengantin wanita yang dihiasi untuk suaminya padahal roh mereka telah digenggam pada malam lailatul qadar
Betapa banyak anak kecil dharapkan panjang umur tapi roh mereka dimasukkan ke kegelapan kubur
Betapa banyak orang sehat mati tanpa sakit
Betapa banyak yang sakit malah hidup lebih lama
Betapa banyak pemuda bersantai ria setiap pagi dan sore padahal kain kafannya telah ditenun tanpa diketahuinya
Betapa banyak orang yang tinggal di istana pada pagi hari di sore harinya ia menjadi penghuni kubur
Maka jadilah orang yang ikhlas, dan lakukanlah selalu amal baik, semoga kau beroleh ganjaran dan pahala
Tetaplah takwa kepada Tuhan, sebab takwa dapat memberi rasa aman dari kengerian di padang mahsyar
Biarkan dunia menghampirimu dengan sia-sia
Bukankah akhir perjalanannya adalah perpindahan
Duniamu tiada lain laksana bayangan yang menaungimu, lalu lenyap tak terbekas
Setiap hari maut menebarkan kain kafan sementara kita lalai akan kewajiban
Jangan kau merasa damai dengan dunia dan keindahannya walaupun kau disandangkan pakaian dunia yang bagus!
Di manakah orang-orang tercinta dan para tetangga? Apa yang mereka perbuat?
Di manakah mereka yang dahulu menenangkan kita?
Maut memberi mereka minum dari gelas yang kotor, mereka menjadi korban kekayaan duniawi.
Berikanlah pada dirimu tobat yang diharapkannya sebelum kau mati dan mulutmu terkunci
Bersegeralah tobat wahai jiwa yang tertutup
Tobat adalah harta simpanan dan ganimah bagi orang yang kembali lagi berbuat baik.

kuburan
Pengaruh Mengingat Maut dalam Memperbaiki Jiwa


MENGINGAT maut sungguh berpengaruh besar dalam memperbaiki jiwa, sebab jiwa lebih mengutamakan dunia dan kelezatannya, serta berhasrat untuk kekal selama-lamanya di dunia. Terkadang jiwa cenderung pada dosa dan maksiat, serta malas beramal. Jika maut selalu berada dalam pikiran seorang hamba, ia akan menganggap kecil dunia dan membuatnya selalu berupaya memperbaiki diri.
Al-Baihaqi dalam Sya’b al-Imam, Ibn Hibban dalam shahihnya dan al-Bazzar dalam musnadnya meriwayatkan dengan sanad hasan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah oleh kalian mengingat penghancur kelezatan, yakni maut. Maut itu jika diingat dalam kesempitan hidup, ia akan melapangkannya, dan jika tidak diingat dalam keluasan hidup, ia akan menyempitkannya.”
Ibn al-Mubarak menyebutkan bahwa seorang shaleh berkata, “Lupa mengingat maut walau sesaat sungguh membuat hatiku rusak.”
Ad-Daqqaq berkata, “Siapa yang sering ingat mati akan dimuliakan karena tiga hal: segera dalam bertobat, hati yang kanah, dan giat beribadah. Siapa yang melupakan maut, biasanya melakukan tiga hal: memperlambat tobat, meninggalkan ridha Allah demi kecukupan dunia, dan malas beribadah.”
IMAM Qurthubi berkata, “Ketahuilah bahwa ingat mati menimbulkan hasrat menjauhi dunia yang fana, dan setiap menghadapkan diri ke negeri akhirat yang baka.”

Diriwayatkan bahwa seorang wanita mengadu kepada Aisyah mengenai hatinya yang keras. Aisyah menjawab, “Perbanyaklah ingat mati, niscaya itu akan melunakkan hatimu.” Wanita itu melakukan saran Aisyah, dan akhirnya lunaklah hatinya.
Imam Qurthubi berkata, “Ulama mengatakan bahwa ingat mati dapat menjauhi maksiat, melunakkan hati yang keras, menghapus kebanggaan terhadap dunia, dan meringankan musibah.”
Imam Qurthubi juga berkata:
Para ulama mengatakan bahwa tiada yang lebih bermanfaat bagi hati daripada ziarah kubur, terlebih bagi hati yang keras. Bagi yang berhati keras, obatnya ada tiga. Pertama mencabut hal-hal buruk yang menempel pada dirinya, dengan menghadiri majlis ilmu yang berisi nasihat, peringatan, kabar gembira, ancaman dan kisah orang-orang shaleh, sebab itu semua dapat melunakkan hati.
Kedua, ingat mati. Hendaknya banyak mengingat penghancur kelezatan, pemisah kelompok dan pembuat anak-anak jadi yatim. Ketiga, menyaksikan orang yang sedang sekarat. Sebab, melihat orang mati serta sekaratnya, serta membayangkan keadaan setelah kematian termasuk hal yang memutuskan kelezatan jiwa, mengusir kesenangan hati, membuat mata tidak tidur, membuat badan tidak beristirahat, memotivasi diri untuk beramal, dan menambah kesungguhan dan kerja keras dalam beramal.
Disebutkan dari Hasan al-Basri bahwa ia menjenguk orang sakit, lalu ia mendapatinya dalam keadaan sekarat. Beliau menyaksikan kesulitan sekarat dan betapa berat hal yang dihadapi orang itu. Beliau kembali ke keluarganya dengan wajah yang sungguh berbeda dengan saat beliau pergi. Mereka berkata, “Makanlah, semoga Allah memberi rahmat padamu!” Beliau menjawab, “Wahai keluargaku, waspadalah dengan makanan dan minuman kalian! Demi Allah, aku baru saja melihat kejadian mengerikan yang aku senantiasa beramal untuk menghadapinya sampai aku menemuinya.”
Abu Darda’ berkata, “Orang yang banyak ingat mati, rasa gembira dan irinya mengecil.” [ Ensiklopedia Kiamat/Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]

No comments: