Arkeolog Temukan Bukti Perbudakan di Rio de Janeiro

Arkeolog Temukan Bukti Perbudakan di Rio de Janeiro

Tim arkeolog menemukan benda-benda seperti sisir, pipa rokok, patung kecil dan potongan keramik terkait sejarah perbudakan di Brasil. (BBC Indonesia)
Tim arkeolog Brasil menggali dan meneliti reruntuhan bekas pelabuhan di Kota Rio de Janeiro untuk mengungkap sejarah dan praktek perbudakan.
Tim arkeolog Brasil menggali dan meneliti reruntuhan bekas pelabuhan di Kota Rio de Janeiro untuk mengungkap sejarah dan praktek perbudakan ratusan ribu orang asal Afrika di negara itu pada abad ke-19.

Tiga tahun lalu, tim peneliti melakukan penggalian di situs Valongo Wharf di pinggiran Rio de Janeiro yang merupakan bekas pasar perbudakan pada awal 1800.

Peneliti memperkirakan hampir satu juta orang asal Afrika diperdagangkan di lokasi itu untuk dipaksa bekerja di areal perkebunan.

Selain menggali reruntuhan bekas pelabuhan, tim arkeolog menemukan artefak seperti rantai, belenggu, pipa rokok, dadu kayu, patung kecil, potongan keramik Cina hingga sisir.

Benda-benda itu ditemukan di bawah lokasi parkir mobil, alun-alun dan areal jalan kaki.

Tidak jauh dari pelabuhan itu, mereka menggali bekas kuburan para budak yang tewas mengenaskan antara 1770 dan 1830 setelah tiba di Brasil.

Belakangan, tim arkeolog dan didukung otoritas Brasil sedang memugar bekas gudang untuk nantinya dijadikan semacam laboratorium arkeologi tentang sejarah perbudakan di negara itu.

Laboratorium arkeologi

Pimpinan Institute Warisan Rio untuk dunia, Washington Fajardo, mengatakan laboratorium itu akan resmi dibuka untuk pengunjung pada akhir 2015.

Dia mengatakan, laboratorium itu bukanlah bangunan sebuah museum, tetapi semacam tempat agar masyarakat nanti dapat menyaksikan para arkeolog melakukan aktivitas penggalian dan penelitian.

"Kami ingin orang-orang dapat melihat benda-benda dan menyaksikan proses arkeologi sehingga mereka dapat memiliki pemahaman konkret tentang seperti apa pelabuhan budak dan apa yang terjadi di tempat itu," katanya.

Sejarawan Claudio Honorato mengatakan, pelestarian situs arkeologi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih utuh tentang sejarah perbudakan orang-orang asal Afrika di Brasil.

Catatan sejarah menunjukkan, lebih dari empat juta orang Afrika dijadikan budak di Brasil dalam tiga abad, dan 40% diantara mereka kemudian dipaksa bekerja di perkebunan kopi.

Walaupun perbudakan resmi dihapus pada 1831, tetapi praktek perdagangan gelap terus berlangsung di Brasil hingga akhirnya dihentikan sama sekali pada 1888.

Brasil disebut sebagai negara terakhir di kawasan benua Amerika Latin yang menghapuskan perbudakan.

bbc.co.uk/indonesia)

No comments: