Kisah Sunan Giri, dalam versi yang Rasional?

Sekitar tahun 1450, terjadi wabah penyakit di Kadipaten Blambangan (Banyuwangi). Bahkan wabah tersebut telah menjangkiti keluarga istana, termasuk puteri Adipati yang bernama Dewi Sekardhadhu.
Untuk mengatasi hal tersebut, penguasa Blambangan pada saat itu, Adipati Menak Sembuyu mendatangkan seorang Tabib yang bernama Maulana Ishaq.
Dengan keahliannya dalam bidang ilmu pengobatan, Maulana Ishaq berhasil mengatasi wabah tersebut, bahkan puteri Sang Adipati berhasil ia sembuhkan.
Sebagai tanda terima kasih kepada Sang Tabib, Adipati Blambangan menikahkan putrinya dengan Maulana Ishaq.
giri1
Keberhasilan Maulana Ishaq mengatasi wabah penyakit, membuat sebagian rakyat Blambangan berhutang budi, dan berharap agar kelak Maulana Ishaq menjadi Adipati berikutnya.
Keinginan rakyat Blambangan tersebut, dari hari ke hari semakin menggelora, namun di sisi lain muncul penolakan dari sebagian keluarga istana.
Pihak yang menolak, berkeinginan agar yang kelak menggantikan Sang Adipati adalah putera daerah, dan bukan orang luar (pendatang).
Perpecahan semakin meruncing, untuk mengatasi keadaan Maulana Ishaq mengalah. Untuk sementara ia pergi meninggalkan Blambangan, sekaligus berdakwah di daerah lain. Sementara istrinya Dewi Sekardhadhu yang sedang mengandung, untuk menghindari hal-hal yang tidak di-inginkan tetap tinggal di istana.
giri2
Tidak lama sepeninggal Maulana Ishaq, istrinya Dewi Sekardhadhu melahirkan seorang putera. Kelahiran cucu Sang Adipati mendapat sambutan yang meriah, Sang Bayi diberi nama “Muhammad Ainul Yaqin”, sebagaimana pesan dari ayahnya.
Dikalangan masyarakat timbul pemikiran agar “Muhammad Ainul Yaqin”, bisa diangkat menjadi Putera Mahkota. Namun Pihak yang tidak setuju, semakin kuat menolaknya. Alhasil situasi makin panas, sehingga Kadipaten Blambangan terancam terjadi perang saudara.
Melihat situasi yang semakin gawat, Sang Adipati atas kerelaan putrinya Dewi Sekardhadhu, menitipkan Sang Bayi, kepada kenalan keluarga mereka, yaitu seorang saudagar wanita yang bernama Nyai Ageng Pinatih.
Muhammad Ainul Yaqin, kemudian diangkat anak oleh Nyai Ageng Pinatih, dan diberi nama panggilan Joko Samudro. Ketika berusia sekitar 7 tahun, Joko Samudro dititipkn kepada seorang ulama, yang masih kerabat ayahnya yang bernama Sunan Ampel.
Di Padepokan Sunan Ampel inilah, Muhammad Ainul Yaqin, menimba berbagai ilmu pengetahuan, dan kelak ketika telah dewasa, ia dkenal sebagai Sunan Giri.

WaLlahu a’lamu bishshawab

Referensi :
1. Sunan Giri (wikipedia)
2. Berdirinya Giri Kedathon

Catatan Penambahan :
1. Munculnya cerita yang menyatakan kelahiran Sunan Giri telah membawa kutukan bagi rakyat Blambangan tentu sangat aneh dan mengada-ada. Bagaimana mungkin seorang bayi, anak dari Penyebar Islam bisa mendatangkan bencana bagi penduduk disekitarnya?
2. Kisah yang mengatakan bayi dari Dewi Sekardhadhu dilarung ke lautan oleh kakeknya, jelas tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang kakek begitu kejam, ingin membunuh cucunya sendiri, hanya karena ingin mempertahankan kekuasaannya?

No comments: