Sejarah Rahasia Iluminati: Keistimewaan Nama John, Joan, dan Giovani (Part 57)

Anti Pope Angelo Roncalli
Anti Pope Angelo Roncalli

Jaringan Albert Pike sungguh luas. Pike juga diketahui sebagai tangan kanannya Phileas Walder, seorang tokoh Gereja Lutheran yang juga tokoh Freemason berpengaruh, kelompok pemuja setan, dan sekaligus tukang sihir dari Swiss. Pike juga bekerja secara rahasia dengan Giusseppe Mazzini dari Italy (1805-1872) yang juga memiliki tingkat keanggotaan Freemasonry pada level 33rd, yang menjadi pimpinan Illuminati di tahun 1834, dan juga pendiri dari organisasi Mafia Italia di tahun 1860.

Tokoh lain di sekeliling Mazzini adalah Lord Henry Palmerston dari Inggris (1784-1865, Mason derajat 33rd) dan Jenderal Otto von Bismarck dari Jerman (1815-1898, Mason 33rd). Bersama mereka, Albert Pike  dengan Palladian Ritenya dijadikan kelompok payung (satu kelompok yang memayungi) seluruh kelompok Masonik dunia.

Sosok Albert Pike kemudian dinobatkan sebagai Grand Master Illuminati yang diserahi tugas untuk menyusun sebuah rancangan yang sistematis untuk menaklukkan dunia dan menghancurkan agama-agama. Dari tangan Albert Pike inilah lahir satu rencana besar yang akan meletuskan Perang Dunia I, II, dan III. Protocolat Zionis dipercaya juga melewati tangannya untuk disempurnakan setelah dipaparkan Rothschild kepada teman-temannya di tahun 1782.

Rencana besar penaklukan dunia dan penghancuran agama-agama kemudian kita kenal dengan istilah pembentukan The New World Order. Konsep ini pada abad ke-21 digaungkan kembali oleh Wakil Presiden AS Dick Cheney yang bersama-sama dengan Donald Rumsfeld dan bersama beberapa rekannya mencanangkan proyek masa depan bernama Project for the New American Century (1997) yang isi maupun esensinya sama sebangun dengan The New World Order.

Cheney yang dilahirkan di Nebraska, AS, pada tahun 1941, ini juga seorang pemilik perusahaan tentara bayaran dan bisnis perang bernama Halliburton. Perusahaan ini pada tahun 2003 mendapat kontrak raksasa dari pemerintahan Bush senilai lebih dari US$ 8 miliar untuk ‘membangun’ kembali Irak.

Pada tahun 1871, Pike menulis sebuah buku pegangan Freemasonry berjudul ‘Morals and Dogma of the Ancient and Accepted Scottish Rite of Freemasonry’. Ketika Mazzini meninggal dunia pada tanggal 11 Maret 1872, Pike memerintahkan seorang bankir Italia bernama Adriano Lemmi (1822-1896, seorang Mason derajat 33rd) untuk melancarkan kegiatan subversif di Eropa.

Lemmi mendukung gerakan revolusioner Giuseppe Garibaldi, juga Lenin dan Trotsky, dan juga Stalin. Seluruh kegiatan revolusioner yang terjadi di Inggris, Perancis, Jerman, dan sebagainya semuanya didanai oleh uangnya Rothschild.

Sepanjang tahun 1859 hingga 1871, Pike merancang sebuah rencana aksi untuk mengobarkan Perang Dunia I hingga III, juga sejumlah revolusi, hingga mencapai final, ini menurut rencana Pike, pada abad ke-20. Skenario Perang Dunia I, II, dan III untuk membentuk The New World Order tulisan Albert Pike ini sungguh luas dan panjang.

Bagi yang ingin mengetahui tentang cetak biru rencana Albert Pike dalam mengobarkan Perang Dunia I, II, dan III lebih dalam dan detil, bisa merujuk ke buku: “Yahudi Menggenggam Dunia” karya Admiral Inggris, William Guy Carr, yang terlibat langsung dalam Perang Dunia I, yang edisi Indonesianya diterbitkan oleh Pustaka Alkautsar (saat tulisan ini dibuat sudah mengalami cetakan ketujuh, Februari 2005), “Occult Theocracy” karya Lady Queensborough, dan “Quoted in Satan: Prince of This World” juga karya Admiral William Guy Carr.

Albert Pike sendiri meninggal pada tanggal 2 April 1891 dan dikuburkan di Pemakaman Umum di Oak Hill, AS.

ANGELO RONCALLI, POPE JOHN XXIII

Nama John memiliki tempat istimewa dalam Ordo Biarawan Sion. Para Grand Master ordo ini lazim memiliki gelar John (Inggris) yang sama artinya dengan Giovanni (Itali), Joan (Perancis, laki-laki) dan Jeanne (Perancis, perempuan). Nama ini sebetulnya berasal dari nama Yohannes Sang Pembaptis, yang sosoknya begitu dihormati setara dengan Maria Magdalena bagi kelompok Kabbalah.

Bahkan penghormatan kepada Yohannes Sang Pembaptis bagi mereka melebihi penghormatan kepada Yesus Kristus. Sebab itu, bagi mereka, Yohannes Sang Pembaptis adalah Yohannes Kristus, Yohannes Sang Raja. Bukannya Yesus. Tidak heran jika gereja mereka pun disebut Gereja Yohannes, dan jemaatnya disebut Jemaat Yohanit.

Lynn Picknett dan Olivia Prince dalam The Templar Revelation meringkas beberapa simpul tentang Tradisi Yohanit, antara lain:

    Tradisi ini mengistimewakan Injil Yohannes yang menurut mereka mengandung berbagai ajaran rahasia ‘Kristus’ kepada Yohanes Penginjil (‘Sang Murid Terkasih’),
    Ada kesamaran tentang hubungan Yohanes Penginjil (yang diyakini sebagai penulis Injil Keempat) dan Yohanes Pembaptis. Kesamaran ini terasa cukup jelas dalam gerakan Freemasonry aras utama (Scottish Rite),
    ‘Tradisi-tradisi rahasia’ yang telah diungkap di atas sangat bersifat gnostik,
    Meski mengaku sebagai representasi suatu bentuk kekristenan esoteris, yakni kelompok yang bertugas menjaga dan memelihara ‘ajaran-ajaran rahasia’ Yesus, tradisi-tradisi itu tidak begitu menghargai Yesus. Mereka menganggapnya sebagai manusia biasa, anak haram, dan bahkan mungkin orang yang menyedihkan karena terseret oleh impian kebesarannya sendiri. Bagi kaum Yohanit, istilah ‘Kristus’ tidak menandakan keilahian, tetapi dimengerti semata-mata sebagai panggilan penghormatan—bahkan, para pemimpin mereka pun disebut ‘Kristus’. Karenannya, ketika anggota kelompok semacam ini menyebut dirinya seorang ‘Kristen’, bisa jadi hal itu mengandung makna yang sama sekali lain.
    Tradisi itu pun menganggap Yesus sebagai seorang ahli dalam aliran misteri Osiris dari Mesir, dan rahasia-rahasia yang diwariskannya berasal dari kelompok inti Osirian tersebut.

Para tokoh Kabbalah berasal dari Jemaat Yohanit. Sebut saja misalnya para Ksatria dari Calabria yang menyusupkan Peter The Hermit (Peter si Pertapa, juga anggota Jemaat Gereja Yohanit) ke dalam lingkaran kekuasaan Paus Urbanus dan akhirnya memprovokasi Sang Paus untuk mengobarkan Perang Salib I. Godfroi de Bouillon diyakni juga merupakan anggota jemaat ini, demikian pula Hughues de Payens dan delapan Ksatria Templar lainnya yang menghadap King Baldwin I di istana Yerusalem.

“Sembilan Ksatria Templar yang pertama berasal dari budaya Languedoc, pusat kultus Maria Magdalena—dan tradisi okultis itu sendiri menyebutkan bahwa mereka mepelajari rahasia mereka dari ‘Kaum Yohanit di Timur’.  …Hughues de Payens dan delapan Ksatria Templar lainnya pergi ke Tanah Suci Yerusalem dengan satu tujuan yang pasti: mencari pengetahuan yang akan memberi mereka kekuasaan sembari mencari beberapa artefak yang bernilai tinggi, tidak hanya dalam pengertian ekonomis. Sebelum pergi mencari, Ksatria Templar tampaknya telah mengetahui keberadaan tradisi Yohanit. Lalu, dari mana mereka mengetahuinya, tidak seorang pun tahu dengan pasti,” demikian Picknett dan Prince.[1]

Michael Baigent, Leigh, dan Lincoln di dalam “The Holy Blood and The Holy Grail” (1982) menulis, “Menurut Dokumen Biara (The Priory Document), setiap Grand Master Biarawan Sion ketika menduduki jabatannya, dia mengambil nama Jean (John) – atau mereka lakukan itu karena ada empat orang perempuan bernama Jeanne (Joan). Karena itu para Grand Master Sion diduga terdiri dari orang-orang yang bernama Jean dan Jeanne, sejak tahun 1188 (Pisahnya Ordo Biara Sion dengan Ordo Templar) hingga kini. Penerusan kepemimpinan tersebut jelas ditujukan untuk menyiratkan sebuah kepausan yang bersifat esoteris dan hermetis yang berdasarkan pada John, bertentangan dengan yang eksoteris yang berdasar pada Peter.”[2]     (Rizki Ridyasmara)

[1] Lynn Picknett dan Olivia Prince; The Templar Revelation; hal. 638.
[2] Baigent, Leigh, dan Lincoln; The Holy Blood and The Holy Grail; hal.184.

No comments: