Sejarah Rahasia Iluminati: United State of Mason, Salib Templar Colombus (Bagian 61)

Santamaria_Nina_Pinta

 Dimuka kita sudah mengupas tentang kiprah Konspirasi Yahudi Internasional—apakah itu masih bernama Biarawan Sion, Ksatria Templar, maupun Freemasonry—di daratan Eropa. Padahal, kiprah Freemasonry di Amerika Serikat sebenarnya tidak kalah penting. Bahkan di Amerika Serikat inilah, Freemasonry berkembang-biak dengan amat bebas, amat cepat, dan aman. Amerika Serikat merupakan satu negara yang disengaja didirikan untuk dijadikan basis bagi kegiatan Konspirasi Yahudi Internasional.
Dimuka kita sudah mengupas tentang kiprah Konspirasi Yahudi Internasional—apakah itu masih bernama Biarawan Sion, Ksatria Templar, maupun Freemasonry—di daratan Eropa. Padahal, kiprah Freemasonry di Amerika Serikat sebenarnya tidak kalah penting. Bahkan di Amerika Serikat inilah, Freemasonry berkembang-biak dengan amat bebas, amat cepat, dan aman. Amerika Serikat merupakan satu negara yang disengaja didirikan untuk dijadikan basis bagi kegiatan Konspirasi Yahudi Internasional.

Pernyataan ini tidaklah berlebihan jika kita melihat sejarah negara itu, siapa yang mendirikan, untuk apa, dan bagaimana lambang-lambang negara yang merupakan dasar filosofi negara tersebut. Dan di abad ke-21, hal itu terbukti, Amerika Serikat telah menjadi semacam bumper utama bagi seluruh kegiatan kaum Zionis di seluruh dunia, terlebih khusus Zionis-Israel. Bagaimana semua ini berproses?

SALIB TEMPLAR COLUMBUS

René d’Anjou (René dari Anjou) adalah seorang Nautonnier atau Grand Master Biara Sion periode tahun 1418-1480. Ia meneruskan kepemimpinan ordo tersebut setelah Grand Master sebelumnya, Nicolas Flamel meninggal dunia pada tahun 1418. Sesuai dengan tradisi Biara Sion, maka sebelum meningal Flamel telah menunjuk René sebagai penggantinya.

Di masa kepemimpinan René, lahirlah seorang bayi dari pasangan Katolik berdarah Italia-Spanyol—Dominico Colombo dan Suzanna Fontanarossa—yang diberi nama Cristoforo Colombo di kota pelabuhan Genoa, Italia, pada tahun 1451. Oleh sejarah, nama Italia itu dieja ke dalam bahasa Inggris menjadi: Christopher Columbus.

Tentang sosok René, The Holy Blood and The Holy Grail (1982) mendeskripsikan sebagai, “…lebih suka berada di istana daripada di luar istana dan berpotensi menjadi sosok pahlawan. Ia adalah seorang lelaki yang hidupnya diperuntukan bagi masa mendatang, mengatisipasi pangeran-pangeran Italia di zaman pencerahan (Renaissance). Ia juga seorang yang rajin menulis, bukunya mencerahkan. Ia merangkai puisi dan alegori mistis… René juga mendalami tradisi esoteris, dan di istananya ada seorang ahli astrologi Yahudi, Kabalis, dan ahli fisika bernama Jean de Saint Rémy, kakek dari Nostradamus.”[1]

Pada tahun 1472, saat masih berusia 21 tahun, Columbus telah dipercaya untuk mengomandani satu ekspedisi kapal pribadi ke Tunisia dari Afrika Utara. Dalam periode inilah Columbus berhubungan baik dengan René d’Anjou.  Dalam The Holy Blood and the Holy Grail bahkan dikatakan bahwa René pernah menggaji Clolumbus, yang memiliki arti bahwa Colombus pernah menjadi salah satu ‘orang suruhan’ dari René d’Anjou. Columbus sendiri menikah di tahun 1478 Felipa Perestrello e Moniz, puteri seorang pelarian Ksatria Templar di Portugis bernama Bartolomeo Perestrello.

Antara Columbus dengan mertuanya itu terjalin hubungan yang kuat dan Colombus dipersilahkan mengakses peta dan buku harian mertunya itu. Walau tidak disebutkan secara jelas dalam sejarah, Columbus diyakini juga merupakan anggota dari Ksatria Kristus (Kinghts of Christ), sebuah ordo yang didirikan pelarian Templar di Portugis dan sekitarnya, seperti halnya Vasco da Gama yang senantiasa memakai kalung Salib Templar dalam berbagai gambar dirinya.

Bisa jadi, kedekatannya pada René telah membawa lelaki ini dikenal di kalangan para bangsawan dan pihak kerajaan sejumlah kerajaan Eropa. Pada tahun 1486, Columbus mengirim surat kepada Ratu Isabella I, Ratu dari Castile, Spanyol, memohon bantuan agar sudi kiranya mendanai satu ekspedisi untuk mencari jalur terpendek ke selatan guna mencari rempah-rempah dan emas, lewat jalur Barat yang tidakpernah dilalui pelaut mana pun. Tahun 1492, Ratu Isabella I baru menyetujuinya dan memberi Columbus tiga buah kapal laut yang diberi nama Nina, Pinta, dan Santa Maria, logistik, awak kapal, dan juga prosentasi pembagian kekayaan jika ekpedisi tersebut berhasil.

Pada tangal 3 Agustus 1492, ekspedisi ini berangkat dari Palos de la Frontera, Spanyol. Columbus naik di atas kapal Santa Maria dengan 40 lelaki dewasa sebagai awak kapal. Sedangkan kapal Nina dan Pinta diawaki sekitar 20 hingga 30 lelaki. Ratu Isabela dan Raja Ferdinand V melepas ekspedisi pertama Columbus ini di pelabuhan Palos de la Frontera.

Berlayarlah tiga buah kapal tersebut menuju suatu benua baru. Columbus berlayar di bawah bendera Salib Templar, yang tercetak besar-besar di layar utama di tiga buah kapalnya.

Sehari sebelum dilepas Ratu Isabella I dan King Ferdinand, secara kebetulan pada tanggal 2 Agustus 1492, lebih dari 300 ribu orang Yahudi diusir dari Spanyol. Keesokan harinya, beberapa orang Yahudi ikut dalam ekspedisi Columbus, di antaranya Louis Torres, Alonzo de la Calle, Marco,Gabriel Sanchez, dan Bernal. Di dalam istana King Ferdinand sendiri ada sejumlah ‘Marranos’ atau orang-orang Yahudi yang masuk Katolik (karena paksaan Dewan Inkuisisi) yang berpengaruh.

Mereka antara lain Luis de Santagel, saudagar Venesia yang bertugas sebagai pemungut pajak bagi kerajaan, Gabriel Sanchez yang mejadi bendahara kerajaan, dan Juan Cabrero yang menjadi penasehat kerajaan.

Sesaat setelah surat Columbus sampai di tangan Ratu Isabella, ketiga pejabat istana ini terus mengingatkan Sang Ratu bahwa kekayaan kerajaan akan cepat habis bila harta baru tidak ditemukan, dan Columbus akan menemukan harta banyak yang bisa memperkaya kerajaan. Setelah bujuk-rayu itu berjalan cukup lama, akhirnya Sang Ratu terpengaruh bahkan menggadaikan banyak perhiasannya untuk membiayai ekspedisi Columbus.

Pada tanggal 12 Oktober 1492, Columbus mendarat di Waiting Island, Bahama. Lalu ke pulau Kuba dan Hispaniola. Dan kembali ke Spanyol. Setahun kemudian, Oktober 1943 dengan 17 kapal Columbus kembali berlayar. Misinya kali ini adalah membangun tempat-tempat perdagangan dan koloni. Ikut dengannya beratus-ratus imigran Spanyol yang banyak di antaranya orang-orang ‘Marranos’ yang merasa tidak bebas menjalankan ritual keyakinan Yahudinya di Spanyol sehingga mereka memilih ‘tanah baru’.

Dalam ekspedisi kedua, Columbus ‘menemukan’ kepulauan Puerto Rico, Virgin Island, dan Antilla. Barulah pada pelayaran ketiga tahun 1498 Columbus mendarat di Amerika dan Trinidad. Dua orang sahabatnya Yahudi Columbus, Luis de Santagel dan Gariel Sanchez diberi hak-hak istimewa oleh Columbus di daerah koloninya. Namun Bernal mengkhianati Columbus dan menghasut pemberontakan hingga Columbus kembali ke Spanyol.

Benua baru ini pun tidak dinamakan Columbus, tetapi Amerika, yang diambil dari nama seorang pelaut Italia, Amerigo Vespucci, yang menyatakan bahwa benua baru yang ditemukan Columbus bukan Asia. Columbus meninggal pada tahun 1506 dalam keadaan miskin.

Sesungguhnya, Columbus bukanlah orang Eropah pertama yang menjejakkan kaki di Amerika. Pada tahun 1269, Ksatria Templar yang berpusat di Yerusalem diyakini telah melakukan hubungan komersial dengan bangsa Indian sebagai penduduk asli Amerika dengan mengimpor perak dari Meksiko.[2] Bisa jadi, perkenalannya pada benua Amerika inilah yang menyebabkan para Templar tersebut telah mengenal tumbuhan lidah buaya dan jagung yang tumbuh di Amerika, yang kemudian dipahatkan di Rosslyn Chapel.

Pada tahun 1446 saat kapel itu dibuat, kedua tanaman tersebut belum ada di Eropa. Jadi, sebenarnya para Templarlah, orang Eropa yang pertama kali menjejakkan kakinya di Amerika, bukan Columbus.

Setelah ditemukan, orang-orang Yahudi melakukan imigrasi besar-besaran ke Amerika Selatan, terutama Brazil. Louis Torres menetap di Kuba dan membuka perkebunan tembakau yang kemudian diekspor ke Eropa dan mancanegara sehingga sekarang ia dikenal sebagai ‘Bapak Tembakau’. Tak lama kemudian terjadi perang antara Brazil dengan Belanda. Peperangan ini membuat kaum Yahudi di Brazil tidak merasa aman dan mereka kemudian pindah ke Nieuw Amsterdam, sebuah koloni Belanda yang terletak di Amerika Utara.(Rizki Ridyasmara)

[1] Michael Baigent, Leigh, dan Lincoln; The Holy Blood and the Holy Grail; hal. 156.

[2] Baigent; Ibid; hal. 79.

No comments: