Teka-teki Perdana Menteri Aceh Bergelar Sri Udahna

Meuseuraya Mapesa di kompleks makam Perdana Menteri Kerajaan Aceh Darussalam Seri Udahna, di Gampong Ilie, Ulee Kareng. @Dok Mapesa
Meuseuraya Mapesa di kompleks makam Perdana Menteri Kerajaan Aceh Darussalam Seri Udahna, di Gampong Ilie, Ulee Kareng. @Dok Mapesa
Pada puncak nisan ini memuat inskripsi: Fi Zamani Sulthan 'Alauddin Ri'ayat Syah.

KOMPLEKS makam Al Wazir Seri Udahna berada di kebun milik Iskandar, Sekretaris Gampong Ilie, Ulee Kareng, Banda Aceh. Di kebun tersebut terdapat 10 makam, dua di antara makam tersebut sudah tidak lengkap.

Kompleks makam ini ditemukan pertengahan tahun 2014 lalu yang diyakini adalah salah satu tokoh yang hidup di masa Kerajaan Aceh Darussalam. Masyarakat Pecinta Sejarah Aceh (Mapesa) sepakat membersihkan kompleks makam ini yang kemudian mengetahui, salah satu nisan di sana adalah milik Perdana Menteri Seri Udahna.

Pertanyaannya adalah, siapa Perdana Menteri (Al Wazir) Seri Udahna ini?

Mizuar Mahdi, Sekretaris Mapesa mengutip keterangan Epigraf Taqiyuddin Muhammad usai menginskripsi makam tersebut mengatakan, "inilah pusara orang yang utama, berbahagia lagi diampuni, menteri (perdana menteri) dari seutama-utama para menteri yang digelar Seri Udahna. Sungguh ia telah merasakan kesusahan dengan sebab lalunya kefanaan dan ia telah pergi menuju kefanaan dari negeri bandar-bandar/para pedagang/orang-orang kaya (mengisyaratkan kemakmuran dan kemajuan negeri Aceh Darussalam pada masa itu)."

Di nisan tersebut juga terukir penanggalan meninggalnya Seri Udahna yaitu, "pada hari Jum’at, waktu ashar dua puluh (20) hari dari bulan Shafar tahun sembilan ratus enam puluh delapan (968) Hijriah atau 8 November 1560 M."

Selain itu, kata Mizuar, pada puncak nisan ini memuat inskripsi: Fi Zamani Sulthan 'Alauddin Ri'ayat Syah. "Artinya Al Wazir Sri Udahna tersebut menjabat pada zaman Sultan 'Alauddin Ri'ayat Syah," katanya.

Menurut Mizuar, Sultan Alauddin yang dimaksud adalah sultan yang mangkat pada 979 H atau 1572 M. Makam sultan tersebut berada di kompleks Kandang XII. "Kompleks keraton belakang barat Banda Aceh," ujarnya.

Belum diketahui secara detil bagaimana peranan Sri Udahna yang menjabat sebagai Perdana Menteri di masa pemerintahan Sultan 'Alauddin Ri'ayat Syah ini.

Sebelumnya diberitakan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banda Aceh, Fadhil, S.Sos, MM, menginginkan sejarah Aceh terus digali dan diteliti untuk mengungkap kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam.

"Kita ingin sejarah Aceh tidak dipandang sebagai sejarah dongeng oleh orang lain, maka dengan itu kita mesti mebuktikannya dengan situs-situs tinggalan sejarah khususnya  yang tersebar di kota Banda Aceh ini. Dengan itu kami mengharapkan peran dan bantuan masyarakat semua," ujarnya saat menghadiri meuseuraya (gotong royong) yang dilakukan Masyarakat Pecinta Sejarah Aceh (Mapesa) di kompleks makam Seri Udahna, Gampong Ilie, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Minggu, 1 Februari 2015.

Berdasarkan catatan sejarah, Seri Udahna adalah salah satu perdana menteri di Kerajaan Aceh Darussalam.

Ia mengatakan meuseuraya merupakan salah satu niat baik untuk menjaga sejarah Aceh. "Ini salah satu niat baik dengan melakukan ziarah dan membersihkan makam indatu kita yang telah memperjuangkan negeri ini," katanya.

Di sisi lain, Fadhil juga mengatakan berakhirnya bakti sosial membersihkan kompleks makam leluhur bukan berarti merawat sejarah Aceh juga berakhir. Ia menilai banyak langkah-langkah serius lainnya yang bisa dilakukan untuk mencari bukti-bukti baru kisah heroik sejarah indatu Aceh.

"Saya sebagai Kadisbudpar Banda Aceh mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ketua dan Anggota Masyarakat Peduli Sejarah Aceh, yang benar-benar terbukti peduli dengan sejarah budaya leluhurnya, karena masih banyak juga yang punya tanggungjawab tapi belum tentu merasa bertanggungjawab," ujarnya.

Fadhil mengatakan akan memasang pamplet peringatan untuk tidak mengganggu situs cagar budaya ini secepatnya.

"Sejarah di kompleks ini mudah-mudahan mengangkat harkat dan martabat gampong ini," katanya.[]
Editor: Boy Nashruddin Agus -

No comments: