Kerajaan Sunda


Kerajaan ini biasa disebut “Kerajaan Padjajaran”. Pusat kerajaannya terletak di Bogor, Jawa Barat. Pemerintah kota Bogor membuat “Tugu Kujang” sebagai tanda adanya kerajaan ini di Bogor, serta untuk mengenang kerajaan tersebut. Kujang adalah senjata khas kerajaan padjajaran. Selain itu, di Bogor ada juga tugu patung harimau. Konon katanya raja yang memimpin kerajaan tersebut memiliki kesaktian berubah wujud menjadi harimau, begitupun dengan para pembesar kerajaannya. Rajanya juga bisa mengubah dirinya menjadi 7 wujud manusia yang sama seperti dia.

Sri Baduga Maharaja adalah raja yang terkenal dari kerajaan padjajaran. Dibawah kepemimpinannya kerajaan ini kerajaan ini terus berkembang maju dengan bercorak hindu. Menurut sejarah, kejayaan kerajaan ini dimulai sejak abad ke-7 sampai abad ke-16 dan berakhir setelah “Perang Bubat” (menurut buku; Sejarah, Kurikulum 2013 Kelas-X). Perang bubat adalah perang antara kerajaan padjajaran dan kerajaan majapahit yang berawal dari salah paham dan berakhir dengan kalahnya kerajaan padjajaran, meninggalnya raja dari kerajaan padjajaran, dan putri dari raja padjajaran mati bunuh diri.

Menurut orang sunda sendiri kerajaan ini karena adanya perbedaan antara Sri Baduga Maharaja dengan putra mahkota. Putra mahkota adalah salah satu anak dari Prabu Siliwangi yang bernama Raden Kian Santang. Raden Kian Santang adalah pemeluk agama islam, sedangkan ayahnya sebagai pemeluk agama budha. Awalnya perbedaan agama tidak menjadi masalah dan penghalang diantara keduanya, namun masalah mulai muncul ketika semua keluarga Kian Santang masuk islam (kecuali ayahnya). Prabu Siliwangi mulai tidak nyaman ketika anaknya terus membujuk dia untuk memeluk islam, ketika Prabu Siliwangi lari ke hutan anaknya terus mengejar, lalu Prabu Siliwangipun menghilang dan menghilangkan kerajaannya juga dengan mengubahnya sehingga terlihat seperti hutan.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sejarah ”Kerajaan Padjajaran”, diantaranya kita tidak boleh egois dengan pendapat sendiri dan harus mau mendengarkan (menerima) penjelasan dari pihak lain agar tidak timbul salah paham dan menimbulkan peperangan seperti kerajaan padjajaran dan kerajaan majapahit. Kita juga harus punya jiwa respect dan toleransi dan jangan menjadikan perbedaan menjadi suatu masalah.

Irawan

No comments: