Renungan Diskusi Antivaksinasi

vaksin
MEMANG menarik mengikuti perkembangan diskusi provaksin antivaksin setahun terakhir ini. Mulai dari isu vaksin sebagai senjata biologis sampai isu vaksin sebagai sesuatu yang syubhat, pelaku diskusi pun beragam, mulai dari akademisi non-medis, sampai akun yang belum jelas keasliannya.
Tapi ada beberapa hal yang patut kita renungkan bersama:
1. Beberapa orang terjebak dengan mengubah diskusi provaksin-antivaksin menjadi diskusi baik-buruk. Padahal sebenarnya tidak demikian.
2. Banyak orang-orang baik yang menjadi antivaksin karena mereka keliru dalam mempercayai informasi yang beredar. Ada juga oknum yang menggeneralisasi bahwa semua provaksin adalah anti-sunnah yang mendukung konspirasi jahat. Yang seperti ini tidak perlu dibahas lebih lanjut
3. Sebenarnya musuh dari antivaksin dan provaksin adalah sama, yaitu penyakit. Dalam hal ini penyakit infeksi. Seandainya saja kelompok antivaksin lebih banyak menggunakan waktunya untuk memikirkan tentang ‘bagaimana cara terbaik mencegah penyakit’ dan bukan ‘bagaimana caranya agar saya bisa menunjukkan kelemahan vaksin’, mungkin kita akan lebih banyak mendapatkan diskusi yang bermanfaat. Sayangnya, kebanyakan diskusi masih seputar kelemahan vaksin, yang pasti akan ditemukan karena vaksin memang tidak sempurna 100%. Mungkin mereka lupa bahwa vaksin telah terbukti berperan mengeradikasi beberapa penyakit infeksi berbahaya melalui sejarah yang panjang.
4. Mari renungkan ayat berikut: “Hai orang-orang yang beriman,jika dating kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu,”(QS.Al-Hujarat: 6)
5. Mudah sekali menyebarkan suatu kabar yang sulit dimengerti orang banyak, terutama bagi orang-orang yang tidak terbiasa mempertanggungjawabkan kata-kata.
6. Jangan mudah percaya dan terpengaruhi isu yang tidak anda mengerti.
7. Memang benar bahwa kultur masyarakat islam adalah religius, kekuatan religius inilah yang mengikat masyarakat islam untuk bersatu.
8. Tidak dibutuhkan rekayasa genetik untuk merusak persatuan umat islam, cukup dengan membuat berita-berita yang membingungkan umat, maka akan muncul sebagian orang yang menyebarkannya tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya.
9. Marilah kita belajar untuk ikhlas menerima pendapat ahlinya.
[Sumber: Kontroversi Imunisasi/Karya: Siti Aisyah Ismail/Penerbit: Pustaka Al-Kautsar]
Widya Eka Nugraha

No comments: