Tangisan Sang Kepala Negara

Sebagaimana kita ketahui dalam Sejarah, Harun Ar-Rasyid adalah kalifah kelima dari kekhalifahan Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 803. Era pemerintahan Harun, yang dilanjutkan oleh Ma’mun Ar Rosyid dikenal sebagai Masa Keemasan Islam (The Golden Age of Islam), di mana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia.

Tahukah anda bahwa Harun Ar-Rasyid pernah menangis hanya karena mendengar sebuah kalimat. “Di Pundakmu segala urusan Bangsa dan Negara”. Kalimat itu meskipun ditulis berulang kali di media, atau diucapkan secara langsung oleh banyak orang sekalipun di hadapan seorang Kepala Negara, mungkin tidak akan berarti apa-apa. Tetapi kalimat itu ternyata telah membuat Khalifah Harun Ar Rosyid menangis tersedu-sedu.

Mengapa demikian? Apakah karena pemilihan kosa kata yang tepat, atau memiliki nilai sastra yang tinggi, atau karena telah dimuat dalam jurnal ilmiah internasional. Ternyata bukan. Lantas Mengapa ? Menurut Al-Buthi dalam Hikam Athoiyyah Syarah wa Ta’lil (2003) ternyata rahasianya terletak pada karena kalimat itu keluar dari lisan Fudhail bin Iyadh yang hatinya bersih. Bersih dari ambisi pangkat dan jabatan. Bersih dari keserakahan harta dunia. Bersih dari kekecewaan dan dendam politik. Bersih dari iri dengki dengan kuseksesan orang lain. Bersih dari kekhawatiran kehilangan jabatan, job dan penghasilan.

Oleh karena itulah, tidak aneh jika Harun Ar Rosyid di masa pemerintahannya dia mampu mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat, membangun kota Baghdad yang terletak di antara sungai eufrat dan tigris dengan bangunan-bangunan megah, membangun tempat-tempat peribadatan, membangun sarana pendidikan, kesenian, kesehatan, dan perdagangan, mendirikan Baitul Hikmah sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian, membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-

Alangkah indahnya jika negeri ini memliki seorang saja yang seperti Fudhail bin Iyadh yang membuat Presiden, Wakil Rakyat, Gubernur dan Bupati menangis. Jika seperti itu, Pemerintah akan bekerja dengan tenang tanpa khawatir dima’zulkan. Penegak hukum akan menjalankan tugasnya tanpa ragu. Investor akan berbondong-bondong menanamkan modalnya tanpa kekhawatiran keamanan. Sektor riil akan bergerak tanpa kekhawatiran stabilitas kurs rupiah dan suku bunga. Tokoh dan pemeluk agama akan beribadah dengan tenang tanpa kuatir dicurigai terlibat organisasi terlarang. Petani, peternak dan nelayan akan bekerja dengan giat tanpa takut harga turun saat panen. Para pekerja akan bekerja dengan semangat tanpa kuatir PHK, dipulangkan ke kampung halaman atau tidak mendapatkan uang pensiun. Anak-anak akan belajar dan bermain dengan riang tanpa harus merasa keberatan memikul muatan kurikulum dengan alasan indeks pendidikan dan masa depan. Rakyat semakin cerdas karena media memberikan informasi secara proporsional. Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghofur.

Ahem S

No comments: