Siapakah Abraha yang menyerbu Makkah ingin menghancurkan Ka’bah?

Abraha adalah penguasa Kristen di kerajaan selatan Arabia yang didirikan oleh orang Ethiopia, yang berdasarkan tradisi, namanya dihubungkan dengan interpretasi surah 105 Qur’an, di mana digambarkan Allah menghancurkan Tentara Bergajah. Meskipun dia tidak disebutkan dalam teks Qur’an, namanya disebutkan dalam literatur komentar terhadap Qur’an. Bukti epigraf, tulisan-tulisan sejarawan militer Bizantium Procopius, sebagaimana juga sumber-sumber gerejawi memberikan pernyataan yang independen tentang adanya tokoh Abraha ini, tetapi kaitannya dengan surah Qur’an tersebut terbatas pada sumber-sumber muslim; terutama teks-teks sejarah dan tafsir.

Gambaran standar Islam tentang Abraha dapat ditemukan pada halaman-halaman awal buku Sira Ibnu Ishaq, sebuah buku biografi Nabi yang paling banyak dikutip. Gambaran pada Ibnu Ishaq diulangi atau diringkaskan pada banyak tafsir yang ditulis belakangan (Thabari, Tafsir, xxx, 299-303; Tusi, Tibyan, x, 409-411; Razi, Tafsir, xxxii, 96). Dibaca sebagai perluasan komentar terhadap surah 105, kisah Abraha membentuk bagian besar sejarah Yaman pada generasi yang dekat dengan kelahiran Muhammad.

Pada segmen paling awal, Abraha secara jelas diposisikan sebagai pertanda akan hadirnya “seorang nabi yang akan membawa kebenaran dan keadilan di antara orang yang beriman dan kebaikan” (Ibnu Ishaq, Guillaume, 6). Seiring dengan semakin jelasnya perannya dalam kisah ini,  Abraha ditampilkan sebagai perebut kekuasaan di daerah Yaman yang dikontrol oleh Abbisinia (Ethiopia) dengan cara kup dan dengan cara cerdas kemudian melunakkan ancaman pembalasan penguasa Abissinia, Negus (An-Najasi). Untuk membujuk Negus, Abraha membangun sebuah gereja besar di San’a dan bersumpah akan mengalihkan peziarah Arab ke tempat suci baru ini. Tetapi marah karena perilaku seorang penduduk Mekkah dari Banu Kinanah yang melecehkan gereja ini—menurut beberapa penafsir (Razi dan Qurtubi), dengan cara buang air besar di dalamnya—supaya tidak bisa digunakan sebagai tempat ziarah, Abraha kemudian bersumpah membalas dendam pada tempat suci Mekkah dan bergerak menuju Ka’bah dengan memimpin sebuah pasukan besar.

Kekalahan Abraha melibatkan binatang-binatang yang ajaib, termasuk seekor gajah perang Ethiopia yang berlutut di depan Ka’bah dan menolak untuk bertempur dan sekelompok burung yang melemparkan batu kepada tentaranya. Ada banyak varian untuk narasi ini, beberapa diantaranya menyebutkan bahwa alasan tambahan mengapa Abraha menyerbu Mekkah adalah hancurnya gereja Kristen di Etiopia karena api untuk memasak yang ditinggalkan secara ceroboh oleh beberapa pedagang Arab (Muqatil, Tafsir, iv, 847;  Qummi, Tafsir, ii, 442-443;  Ibn Al-Jawzi, Zad, ix, 232;  Qurtubi, Jami’, xx, 192-195)

Serbuan Abraha ke Mekkah menjadi lebih penting dalam sumber-sumber Muslim karena menjadi titik penghitungan kronologis kelahiran Muhammad. Penanggalan sebelum Islam dalam Sejarah Mekkah dikaitkan dengan Tahun Gajah (Aam Al-Fiil) dan tanggal-tanggal penting dalam kehidupan Muhammad dikoordinasikan dengan tahun ini.

Meskipun invasi Abraha dan kelahiran Muhammad sering diberi penanggalan kira-kira tahun 570 M, para penafsir mencatat adanya ketidaksepakatan dalam hal ini. Qurtubi (Jami’ , xx, 194) menyajikan sumber yang menyamakan Tahun Gajah sama dengan tahun kelahiran Muhammad, juga sumber yang menyatakan bahwa serbuan Abraha terjadi 23 atau 40 tahun sebelumnya. Sarjana-sarjana Barat juga lama mempertanyakan akurasi dan keandalan kronologi waktu ini. Sarjana lebih awal, seperti T. Noldeke, H. Lammens dan R. Blachere, menunjukkan inkonsistensi antara sumber-sumber awal Arab dan kontradiksinya dengan bukti dari sumber di luar tradisi-Islam. Tulisan-tulisan yang lebih baru seperti dari L. Conrad dan U. Rubin, telah menyelidiki signifikansi simbolik dan topologis tanggal-tanggal dan periodisasi kehidupan Muhammad dalam biografi-biografi  tradisional tentang beliau.

Sumber: Jane Dammen McAuliffe, Abraha, dalam Brill Encyclopedia of the Qur’an Vol 1 (2001).

No comments: