Duka Cita Rasulullah Jelang Isra Miraj

Peringatan Isra Miraj.
Peringatan Isra Miraj.
 Isra dan Miraj barangkali pantas disebut sebagai anugerah atau hadiah bagi Nabi Muhammad. Salah satu pendapat yang populer menyebutkan, peristiwa itu terjadi pada malam ke-27 bulan Rajab, tahun 10 H/621 M.

Menjelang peristiwa Isra Miraj nan agung itu, Nabi Muhammad mengalami tahun duka cita yang menyesakkan dada dan menggundahkan kalbu. KH. Zakky Mubarak menuturkan, peristiwa dukacita itu adalah wafatnya dua orang yang sangat dicintai dan dikasihi.

Pertama, peristiwa wafatnya Abu Thalib, seorang paman Nabi, yang memeliharanya sejak beliau berusia 8 tahun. Paman yang senantiasa melindungi dirinya dari berbagai tindakan jahat kaum musyrik Quraisy.

Selama Abu Thalib masih hidup, orang-orang musyrik tidak pernah berani menyakiti Nabi secara berlebihan. KH. Zakky Mubarak mengisahkan, Nabi menyatakan, “Orang-orang Quraisy tidak menggangguku yang menyakitkan, sampai tibanya akhir hayat pamanku Abu Thalib” (Khalid Muh. Khalid, hal, 95).

Meski Abu Thalib tak mau memeluk Islam hingga akhir hayat, ia mendukung dakwah Rasulullah. Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan Nabi untuk berdakwah menyampaikan kebenaran, beliau senantiasa mendapat perlindungan dari paman yang amat dicintainya itu.

Abu Thalib adalah seorang pemimpin Quraisy yang amat disegani, serta memiliki karisma yang kuat yang berpengaruh langsung terhadap seluruh lapisan masyarakatnya. Kepergiannya menyebabkan kalangan kafir Quraysi bebas melancarkan serangan kepada Muhammad dan pengikutnya.
Rasulullah adalah teladan dalam segala hal.
Rasulullah adalah teladan dalam segala hal.
Tidak begitu lama setelah wafatnya Abu Thalib, Rasulullah kembali mengalami duka cita. Istri tercintanya, Sayyidah Khadijah al-Kubra, wafat pada usia sekitar 65 tahun.

KH. Zakky Mubarak menuturkan, Khadijah adalah satu-satunya istri Nabi yang mendampingi perjalanan panjangnya dalam suka duka, sejak Nabi berusia 25 tahun. Sayyidah Khadijah adalah istri yang sangat setia, ia mengorbankan segala apa yang dimilikinya bagi kejayaan Nabi dan agamanya.

Khadijah al-Kubra memiliki andil yang sangat besar dalam mengantarkan Rasululullah dan agamanya ke gerbang kesuksesan dan kejayaan. Ketika Rasulullah begitu bimbang dan ketakutan selepas turunnya wahyu pertama, beliaulah yang menenangkan Muhammad. Pun ketika firman Allah lama tak turun menyapa beliau.

Betapa agungnya kasih sayang Nabi terhadap istrinya sehingga beliau mengatakan, “Allah tidak menggantikan bagiku seorang istri seperti Khadijah. Ia orang yang pertama kali beriman, ketika semua orang mendustakan agamaku. Ia seorang yang paling mengasihi dan mencintaiku, ketika orang-orang membenciku. Ia pula yang mengorbankan segala apa yang dimilikinya demi kebesaran agamaku”.

Dikisahkan  oleh KH. Zakky Mubarak, peristiwa wafatnya dua orang yang amat dicintai Nabi akhir zaman itu, menandai terjadinya permulaan dari “tahun dukacita”. Tahun kesedihan dan kesengsaraan yang dirasakan Nabi, keluarga dan para sahabatnya yang sangat setia.

Sebaliknya orang-orang kafir Quraisy bagaikan mendapat angin, mereka bisa bertindak seenaknya kepada Nabi karena dua orang yang melindunginya telah tiada. Hinaan, cemoohan dan cercaan silih berganti mereka timpakan kepada Nabi yang mulia itu, hari demi hari.
Reporter : c38 Redaktur : Agung Sasongko

No comments: