Gerakan Literasi Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq


A. PENDAHULUAN

Gerakan baca tulis (literasi) merupakan hal yang sangat mendasar untuk menciptakan kebiasaan brefikir yang akan membuat rasa ingin tau akan suatu hal menjadi besar dan untuk mewujudkan keinginan itu pun akan semakin besar pula, untuk itu gerakan baca tulis pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq ini menjadi salah satu contoh keinginan dalam hal mempertahankan keaslian Al-Qurr’an dengan menunjuk suatu tim yang di ketuai oleh Zaid bin Tsabit guna pengumpulan mushaf Al-Qur’an dan di simpan di rumah Hafshah. Maka disini saya akan sedikit membahas tentang gerakan baca tulis pada masa khalifah Abu Bakar Assidiq.

B. PEMBAHASAN

1. Definisi Literasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksudkan dengan literer adalah (sesuatu yang) berhubungan dengan tulis-menulis. Sekarang literasi atau literer memiliki definisi dan makna yang sangat luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Dalam bentukan kata yang lain transliterasi adalah menyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yangg satu ke abjad yang lain, yakni merubah bentuk tulisan ke bentuk tulisan yang lain yang semakna.

Menurut definisi dari UNESCO literasi merupakan kemampuan mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, menciptakan, mengkomunikasikan, dan kemampuan berhitung melalui materi-materi tertulis dan variannya, Koiichiro Matsuura (Director-General UNESCO) menjelaskan lebih dalam lagi bahwa literasi bukan hanya sekadar membaca dan menulis, tetapi mencakup bagaimana berkomunikasi dalam masyarakat, terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya.

Literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca, budaya literasi di maksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang di ikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. Membudayakan atau membiasakan untuk membaca, menulis itu perlu proses jika memang dalam suatu kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang belum ada atau belum terbentuk.

Ada banyak cara untuk membentuk budaya literasi diantaranya:

1. Pendekatan akses fasilitas baca (buku dan non buku).

2. Kemudahan akses untuk mendapatkan bahan bacaan

3. Murah atau tanpa biaya (gratis)

4. Menyenangkan dengan segala keramahan

5. Berkelanjutan atau kontinue atau istiqomah

Maka dengan berbagai cara di atas akan menambah rasa semangat untuk melek huruf dalam artian sadar akam pentingnya membaca dan menulis apa lagi dalam era moderen seperti ini. Dan tradisi baca tulis ini sudah ada sejak masa sebelum Rasulullah.

2. Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar berarti ‘ayah si gadis’, yaitu ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka’bah (artinya ‘hamba Ka’bah’), yang kemudian diubah oleh Rasulullah menjadi Abdullah (artinya ‘hamba Allah’). Sumber lain menyebutkan namanya adalah Abdullah bin Abu Quhafah (Abu Quhafah adalah kunya atau nama panggilan ayahnya). Abu Bakar As Sidiq dilahirkan ditahun yang sama dengan Nabi yaitu antara 571/572 Masehi di Mekkah. Abu Bakar As Sidiq menjadi khalifah dalam jangka waktu 2 tahun. Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah. Beliau dimakamkan di samping makam Rasullullah Saw. Selanjutnya posisi khalifah digantikan oleh Umar bin Khatab.

Abu Bakar termasuk seorang laki-laki yang pertama masuk Islam, selain seorang sahabat yang paling dekat dengan Rasulllah sebelum dan sesudah kenabiannya. Dia juga menemani Rasulullah ketika berhijrah kekota Madinah, dan mengikuti berbagai peperangan bersama Rasulullah. Dia digelari al-siddiq karena senantiasa membenarkan (shaddaqa) semua hal yang dibawa oleh Muhammad, atau karena dia tidak pernah berkata kecuali yang benar. Abu Bakar juga merupakan mertua Nabi saw. karena putrinya, Aisyah, dinikahi Nabi. Nabi pernah mengutusnya memimpin kaum Muslimin melakukan ibadah haji sebagai penggantinya pada tahun kesembilan Hijriyah. Selain itu, dia juga pernah mengganti kedudukan Nabi menjadi imam salat ketika Nabi sakit. Itulah antara lain yang mendoorng kaum Muslimin memilihnya sebagai khalifah setelah Rasulullah saw. wafat. Dialah khalifah pertama diantara para al-Khulafa’ al-Rashidun.

Sebelum masuk Islam, Abu Bakar adalah seorang pedagang. Setelah masuk Islam, dia begitu cepat menjadi anggota yang paling menonjol dalam jamaah Islam setelah Nabi. Dia terkenal karena keteguhan pendirian, kekuatan iman, kesetiaan, dan kebijakan pendapatnya. Kalaupun dia hanya satu ata dua kali diangkat sebagai panglima perang oleh Nabi-tidak seperti Ali bin Abi Thalib yang sangat lincah dalam memimpin peperangan-hal itu barangkali disebabkan Nabi menghendaki agar Abu Bakar mendampinginya untuk bertukar pendapat atau berunding.

Kebijakan dan keteguhannya tampak pada hari-hari yang sangat kritis sepeninggal Rasulullah saw. Ketika sebagian orang-antara lain Umar-tidak percayabahwa Nabi telah wafat, Abu Bakar membenarkannya. Abu Bakar pada saat itu menyampaikan khotbahnya yang sangat terkenal. Isinya antara lain, ”Ketahuilah siapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Dan barang siapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Mahahidup, tidak mati.” Abu Bakar mengingatkan mereka bahwa sesungguhnya dakwahnya hanyalah untuk Allah semata, untuk melaksanakan syariat-Nya. Sedangkan, Rasulullah adalah seorang manusia yang memberi peringatan dan kabar gembira. Kalaupun Rasulullah meninggal dunia, ajaran-ajaran yang dibawanya tidak akan mati.

Tatkala para Muhajirin dan Anshar bertikai mengenai pengganti Rasulullah-pertikaian itu hampir saja menyulut pembunuhan dan perpecahan di antara mereka- peran Abu Bakar sangat besar dalam meredakan kekhawatiran orang Anshar terhadap tindakan semena-mena kaum Muhajirin. Dia berhasil mendamaikan mereka agar tetap hidup bersatu, menyingkirkan perpecahan dan permusuhan demi tegaknya agama Islam.

Ketika sebagian kabilah bangsa Arab enggan mengeluarkan zakat, dua minggu setelah dirinya diangkat sebagai khalifah, Abu Bakar berpendapat bahwa orang yang tidak mau mengeluarkan zakat itu murtad. Karena, barang siapa mengingkari zakat sebagai rukun Islam, hal itu akan berlanjut kepada pengingkaran yang lebih besar. Oleh karena itu, Abu Bakar merencanakan peperangan terhadap mereka meskipun sebagian sahabat menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk itu, bahkan menakuti Abu Bakar bahwa jumlah musuh lebih banyak sehingga setan akan menungganginya sebagaimana layaknya dia menaiki tunggangan. “Demi Allah, jika mereka mencegahku untuk melakukan itu, aku akan tetap memerangi mereka. Aku akan meminta pertolongan kepada Allah. Kerena, sesungguhna Dia sebaik-baik penolong,” tekad Abu Bakar.

Betapa banyak golongan yang jumlahnya sedikit tetapi mereka mampu mengalahkan golongan yang jumlahnya banyak dengan izin Allah. Dan Allah akan beserta orang-orang yang sabar. (QS 2:249)

Ketika banyak orang yang kembali kepada kepercayaannya semula setelah Rasulullah saw. meninggal dunia, dan muncul beberapa orang yang mengaku sebagai nabi, dengan segera Abu Bakar mengirimkan pasukan perang untuk mengajak mereka kembali kejalan yang benar. Apabila mereka enggan menerima ajakan itiu, pasukan perang itu akan menyerang mereka dan tidak menerima siapa pun kecuali dia telah masu Islam. Dengan tidakan ini, khalifah yang selalu dikenal dengan sifat kasih sayang dan kelembutannya, kini menampakkan keberanian, kekrasan, kemauan yang dahsyat, agar kelemahan tidak merasuk kedalam jiwa kaum Muslim. Negara baru yang masih sangat muda usianya telah menghadapi kendala berat yanghampir melemahkan dan membunuhnya.

Dengan kebijakannya, Abu Bakar menyadari bahwa jka Islam hendak disebarkan di antara kabilah-kabilah bangsa Arab, dia harus mengerahkan pasukannya untuk membuka daerah baru. Karena itu, pada masa kekhalifahannya dimulailah ekspedisi pasukan Islam secara besar-besaran. Dia mengutus pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin al-Walid dan Mutsanna bin Haritsah ke Irak beserta Yazid bin Abu Sufyan, Syurahbil bin Hasanah, dan ‘Amr bin ‘Ash ke Syam.

Abu Bkar meninggal dunia pada saat berkecamuknya Perang Yarmuk yang berlangsung selama tiga bulan dengan kemenangan di tangan kaum Muslim atas bangsa Romawi. Ketika dia mengkhawatirkan kaum Muslim akan kembali bertikai dan bertengkar mengenai pengganti dirinya sebagai khalifah, maka sebelum wafat, dia telah menetapkan ‘Umar bin al-Khathab sebagai khalifah kaum Muslim setelah dirinya.

Selama hayat hingga masa-masa menjadi khalifah, Abu Bakar dapat dijadikan sebagai teladan dalam kesederhanaan, kerendahan hati, kehati-hatian, dan kelemah-lembutan pada saat dia kaya dan memiliki jabatan yang tinggi. Dengan sikap seperti itu, dia mendapat penghormatan dan kepercayaan kaum Muslim. Sejarah akan tetap mengenangnya karena dia juga menjadi “penyambung lidah” Nabi. Selain itu pada masa kekhalifahannya-tidak lebih dari dua tahun-dia mampu menegakkan tiang-tiang Islam, termasuk di luar Jazirah Arabia yang lebih luas. Dia dapat dikategorikan sebagai orang yang memulai babak baru dalam mendirikan imperium Arabia.

3. Persoalan yang Dihadapi oleh Masyarakat Muslim generasi Pertama

Persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Muslim generasi pertama kenangan akan ucapan dan perbuatan Nabi, kalau pun tidak lagi segar dalam ingatan, akan tetapi paling tidak ia bersumber dari hubungan personal; bahkan bagi orang Muslim generasi kedua pun masih ada perasaan bahwa mereka bertemu langsung dengan orang-orang yang mengenal nabi. Seiring dengan berlalunya waktu, hubungan personal langsung dengan generasi nabi terhenti. Karena itu para intelektual harus mulai berfikir, pertama, tentang bagaimana memlihara dan mencatat ucapan-ucapan dan sahabat-sahabatnya, sebgai pemdiri Islam; dan selanjutnya sesuai dengan perjalanan waktu, bagaimana memisahkan antara hadis nabi yang asli dengan yang palsu, karena satu dan lain hal sudah menjadi hukum Islam. Kedua, ada kebutuhan untuk menjelaskan Al-Qur’an dan terutama Sunnah beserta hadis-hadis nabi yang secara keseluruhan jumlahnya sangat banyak kepada orang-orang yang datang dari berbagai latar belakang yang sangat berbeda dengan latar belakang masyarakat Arab dimana nabi hidup.

4. Penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar

Pada masa Khalifah Abu Bakar , sedikitnyaada 70 penghafal Al-Qur’an yang mati syahid dalam peprangan meluruskan orang-orang yang murtad itu. Ketika itu Umar bin Khattab merasa cemas karena banyaknya penghafal Al-Qur’an yang wafat. Oleh karena itu Umar bin Khattab mengajukan usul kepada khalifah Abu Bakar agar mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu. Dengan berbagai pertimbangan Abu Bakar menerima usulan Umar, sehingga dibentuklah tim penulis Al-Qur’an yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Pilihan kepada Zaid bin Tsabit ini lantaran ia memiliki beberapa kelebihan: ia termasuk orang yang hafal Al-Qur’an, ia menjadi salah seorang sekretaris Nabi dalam penulisan wahyu, dan ia juga ikut menyaksikan pembacaan Al-Qur’an yang terakhir pada masahidup Nabi SAW. di samping itu, ia juga masih muda, memiliki akal yang cerdas, memegang teguh amanah, berakhlak mulia, serta teguh dalam menjalankan agama.

Zaid bin Tsabit mengumpulkan kepingan bahan yang dipergunakan untuk menulis Al-Qur’an dan mendatangi orang-orang yang hafal Al-Qur’an. Ia menulis Al-Qur’an. Ia menulis Al-Qur’an pada lembaran lalu menyerahkan kepada Abu Bakar. Setelah Abu Bakar wafat mushhaf tersebut diserahkan kepada Umar bin Khattab, dan setelah Umar bin Khattab wafat, mushhaf tersebut diserahkan kepada Hafshah untuk di simpan.

C. PENUTUP

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksudkan dengan literer adalah (sesuatu yang) berhubungan dengan tulis-menulis. Literasi merupakan kemampuan menulis dan membaca yang di ikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. Abu Bakar As Sidiq dilahirkan ditahun yang sama dengan Nabi yaitu antara 571/572 Masehi di Mekkah. Abu Bakar As Sidiq menjadi khalifah dalam jangka waktu 2 tahun. Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 di Madinah. Beliau dimakamkan di samping makam Rasullullah Saw. Selanjutnya posisi khalifah digantikan oleh Umar bin Khatab.

Pada saat awal pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq mengalami bebrapa permasalahan diantaranya kenangan akan ucapan dan perbuatan Nabi, yang membuat para kaum intelektual mulai berfikir mengenai, pertama, tentang bagaimana memlihara dan mencatat ucapan-ucapan dan sahabat-sahabatnya, sebagai pemdiri Islam; dan selanjutnya sesuai dengan perjalanan waktu, bagaimana memisahkan antara hadis nabi yang asli dengan yang palsu, karena satu dan lain hal sudah menjadi hukum Islam. Kedua, ada kebutuhan untuk menjelaskan Al-Qur’an dan terutama Sunnah beserta hadis-hadis nabi yang secara keseluruhan jumlahnya sangat banyak kepada orang-orang yang datang dari berbagai latar belakang yang sangat berbeda dengan latar belakang masyarakat Arab dimana nabi hidup. Yang kemudian muncul gagasan untuk menulis Al-Qur’an yang di ketuai oleh Zaid bin Tsabit dan mushafnya disimpan di rumah Hafshah.

D. Daftar Pustaka

1. http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=38

2. Amin, Husain Ahmad, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, Februari 2001.
3. Farhad Daftary (ed.), Tradisi-Tradisi Intelektual Islam, Jakarta: Erlangga, 2001.
4. Prof. Dr. Budihardjo, M.Ag.,pembahasan ilmu-ulmu al-qur’an, Yogyakarta: Lokus, 2012.

Endang Asmiatun

No comments: