[Misteri] 1000 Dinar, mengungkap jatidiri Leluhur Tanah Pasundan?

Di dalam naskah Carub Kandha Carang Seket, XVII – 13, di kisahkan ketika Syarif Abdullah hendak melamar Nyai Rara Santan, ia berucap kepada kakanda Rara Santan, Pangeran Cakrabuana (Haji Abdullah Iman). akan memberi 1000 Dinar sebagai Mas Kawin…
“he ya saderek Dul Iman , sun jaluk sukane mangkin iku saderek andika wadon kang sumeja sun panta garwi Sun asrah mas kawin sewu dinar katur ing sampeyan sewu dirham”
Yang artinya,
“Wahai Tuan Dul Iman, aku meminta kerelaan hati Tuan sekarang, adik perempuan Tuan itu akan kujadikan istri. Dan terimalah ini seribu Dinar sebagai tanda mas kawin . Dan ini seribu Dirham untuk Tuan pribadi.” (sumber)
Informasi tentang mata uang Dinar ini menjadi menarik, karena bisa dijadikan sarana untuk menemukan, asal muasal Syarif Abdullah, yang merupakan Leluhur Masyarakat Pasundan.
pasundan1
Misteri Syarif Abdullah dan Dinar Nusantara
Ada pendapat yang mengatakan Syarif Abdullah indentik dengan Bo Teri-Teri (Raja Champa, Vietnam).
Perlu dipahami, sampai saat ini, belum terkabar Kerajaan Champa (Vietnam), pernah memberlakukan mata uang Dinar.
Oleh karenanya, perlu dipertanyakan keabsyahan dari klaim tersebut…
Pendapat lain mengatakan, Syarif Abdullah yang juga merupakan ayah dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) berasal dari negeri Mesir.
Jika kita selusuri sejarah mesir, pada masa kehidupan Nyai Rara Santan, Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamluk Burji, dan belum ditemukan nama Syarif Abdullah sebagai penguasa di sana.
Berdasarkan catatan sejarah, yang menjadi penguasa Mesir saat itu bernama Az-Zahir Sayf ad-Din Jaqmaq (1438-1453) (Sumber)
pasundan2
Pendapat lainnya yang cukup kuat, Syarif Abdullah adalah Penguasa Jeumpa, yang pada saat itu berada dalam teritorial Kerajaan Pasai Aceh
Hal ini semakin diperkuat, dengan terdapatnya catatan tentang pemberlakuan uang Dinar, di Tanah Aceh pada sekitar masa itu.
Dalam buku Ying Yai Sheng Lan karya Ma Huan, sang juru tulis dan penterjemah Laksamana Muslim Cheng Ho dari Cina saat muhibah ke Sumatera Utara (1405 – 1433), disebutkan bahwa mata uang Samudera Pasai adalah Dinar emas dengan kadar 70 persen dan mata uang keueh dari timah (1 Dinar = 1.600 keueh).
Pasai telah mencetak Dinar pertamanya pada masa Sultan Muhammad (1297-1326) dengan satuan mas yang sepadan dengan 40 grains atau 2,6 gram (Sumber).
Keberadaan Syarif Abdullah di tanah rencong ini sangat logis, karena Dakwah Islam di wilayah ini telah ada sejak abad-1 Hijriyah.
Hal ini menyebabkan culture keislaman daerah ini, sudah sangat mengakar, dan wajar bisa memunculkan ulama-ulama yang handal.
WaLlahu a’lamu bishshawab

No comments: