Pembebasan Jazirah dari Bangsa Yahudi

Ilustrasi
Ilustrasi
INILAH yang bakal terulang lagi, pertama pembebasan Jazirah Arab, kedua pembebasan Suriah di syam, kemudian ke Barat (Konstantinopel), kemudian ke Timur (mungkin India, dan negara-negara kafir di Asia Timur); sebuah tahapan yang realistis, sangat memungkinkan baik dari segi geografis maupun strategis.
Ibarat suatu formula atau rumus, maka apabila faktor dan variabel yang dimasukkan dalam formula tersebut sama, maka akan didapat hasil yang sama. Maksudnya, apabila dibuat kerja yang sama seperti kerjanya Rasulullah, maka akan didapat hasil yang sama seperti yang Allah karuniakan kepada Rasil-Nya. Formula (ad-Diin) sudah ada, tinggal kaum muslimin sendiri. Kalau istiqamah dalam formula ini, maka keberhasilan akan segera diraih. Tetapi, bila kaum muslimin mencoba mencari formula yang lain, maka jangan harap kemenangan akan didapat, bahkan justru kehinaan yang diperoleh.
Hal ini seakan merupakan pengulangan nubuat yang pernah dilakukan oleh para sahabat Nabi, ketika membebaskan Jazirah Arab kemudian Syam. Bagaimana Rasulullah memukul batu dalam penggalian parit untuk persiapan menghadapi pasukan Quraisy, Waqidi dalam kitabnya yang berjudul al-Maghazi menggambarkan, “Nabi kemudian mengambil pangkur dan memukul batu itu, dan keluarlah kilatan cahaya di atas kota itu mengarah ke selatan. Nabi memukulnya lagi dan keluarlah kilatan cahaya tapi mengarah ke Uhud dan melewatinya menuju ke utara. Dan, pukulan yang ketiga menghancurkan batu itu hingga berkeping-keping, dan kali ini cahayanya mengarah ke timur. Salman al-Farisi menyaksikan ketiga kilatan cahayanya mengarah ke timur. Salman al-Farisi menyaksikan ketiga kilatan cahaya itu dan tahu bahwa semua itu mengandung makna. Maka, ia bertanya kepada Nabi apa takwilnya.
Nabi menjawab, “Perhatikan cahaya-cahaya itu, hai Salman. Dengan cahaya yang pertama, aku dapat menyaksikan kastil-kastil di Yaman; dengan cahaya yang kedua, aku menyaksikan kastil-kastil di Syria (Suriah); dan dengan cahaya yang ketiga, aku menyaksikan istana kisra di Mada’in. Melalui yang pertama, Allah membukukan pintu bagiku menuju Yaman; melalui yang kedua, menuju Syria dan dunia Barat; dan melalui yang ketiga, ke arah Timur!”
Yaman akan mendukung sebagaimana dulu pada zaman Raja Negus yang menerima baik utusan Rasulullah yang dipimpin oleh Ja’far. Sebelumnya, Rasulullah menyarankan beberapa sahabatnya untuk hijrah ke Abyssinia di Yaman. Raja Yaman, Negus atau Najasi saat itu beragama Kristen. Ia menerima rombongan hijrah tersebut. Kebaikan Negus tumbuh karena sebagai penganut kristen, dia telah sering mendengar dan membaca nubuat tentang Nabi yang akan turun di Jazirah Arab. Hal inilah yang mendorong dia untuk menerima utusan Nabi sebagai tamu yang terhormat di negerinya. Kebaikan ini pula yang membuat tangan-tangan takdir menunjuki dan memilihnya untuk menjadi muslim, yang merupakan raja pertama di Jazirah Arab yang memeluk Islam di zaman Nabi Muhammmad saw. []
Sumber: Armageddon, Peperangan Akhir Zaman, tipsartikeldanpengetahuan /Karya: Ir. Wisnu Sasongko, M.T/Penerbit: Gema Insani

No comments: