TEUKU UMAR: SEORANG DERMAWAN DAN HUMORIS



TEUKU UMAR berkata, “Pergilah. Matamu adalah mataku, telingamu adalah telingaku”.

Teuku Umar dilahirkan 1854 (tanggal dan Tbulan tidak diketahui) di Meulaboh, tepatnya di Gampong Mesjid, sekarang Gampong Belak ang, Kecamatan Johan Pahlawan atau sekitar 100 meter dari Mesjid Nurul Huda sekarang, ia lahir dari seorang ayah yang bernama Teuku Cut Mahmud (kuburan di sekitar Keutapang Wangi Gampong Belakang) dan ibu Cut Meuhani (makam di Pasi Mesjid) kemudian karena abrasi di pindah ke Alue On.Beliau bukanlah berdarah Minang tetapi berasal dari sana dimana kakek buyut beliau yang bernama Teuku Laksamana Muda Nanta merupakan Panglima Angkatan Perang Aceh diAndalas Barat pada masa Sultan Iskandar Muda dan menjadi Gubernur Militer di Tanah Minang yang ditugaskan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1630.
 Pada Abad ke XVIII di Andalas terjadi revoluasi Paderi sehingga membuat keturunan Teuku Laksamana Muda Nanta di sana yang sudah hidup dua abad tidak nyaman sehingga mereka memutuskan pulang ke Aceh lewat sisi barat sehingga mendarat di Meulaboh, salah satu anak keturunannya adalah datok Machdum Sakti. Kemudian keturunan dari Machdum Sakti adalah Teuku Nanta Setia Raja /Teuku Nanta Tjik pernah berjasa kepada Sultan Alaidin Muhamad Syah saat istana sultan dikepung
oleh Panglima Polem sehingga tidak ada makanan dan minuman untuk tentara sultan, d a t a n g l a h s e o r a n g y a n g m e m b a n t u menyeludupkan makanan dan minuman sehingga pasukan sultan dapat memukul mundur Pamglima Polem, atas jasanya itu maka diberilah gelar Nanta Setia Raha dan diangkat menjadi Ulee Balang Pengiring Sultan (Ulee Balang Poteu di VI Mukim) kejadian ini sekitar tahun 1830. Jadi keliru kalau ada pihak yang mengatakan bahwa Teuku Umar seorang Minang yang benar adalah kakek buyut beliau adalah seorang Aceh yang ditugaskan Sultan Iskandar Muda abad ke 16 dan pulang ke Aceh anak turunan pada abad ke 18 kemudian menetapkan di Meulaboh sampai ke Banda Aceh atau Kuraraja, makanya Teuku Umar adalah seorang Teuku Umar, bukan Teuku Umar Sikumbang misalnya karena Orang nang memakai marga sedangkan beliau tidak. Teuku Umar sejak muda telah terjun aktif dalam kancah politik di Aceh, terutama sebagai pelopor bagi anak muda di pantai barat selatan Aceh untuk ikut serta dalam perang melawan Belanda dengan taktik pergi ke Aceh Besar dan pulang kembali ke wilayah barat selatan untuk
menceritakan keterlibatan mereka dalam perang melawan Belanda untuk mendorong pemuda
lainnya ikut berperang. JJ Smict seorang petugas militer di Meulaboh dalam sebuah suratnya, mengatakan bahwa Rakyat Aceh yang berasal dari bagian Aceh yang berada diluar kekuasan Belanda, melakukan siasat perjuangan seperti sebuah permainan dengan datang  bergerombolan ke Aceh Besar dan mengambil bagian di dalam perang tersebut. Setelah menggunakan semua amunisi, mereka kembali ke daerah masing-masing dan menceritakan kisah patriotik mereka kepada orang lain. Dengan demikian, mereka menjadi inspirasi bagi generasi baru untuk meneladani dan mengukir kisah perjuangan yang lebih hebat lagi dari pasukan sebelumnya. Dan pemuda yang menjadi pelopor gerakan ini adalah Teuku Umar.
Teuku Umar sejak muda juga dikenal m e m i l i k i b a k a t k e p e m i m p i n a n d a n
mempengaruhi orang dengan kemampuan y a n g l u a r b i a s a , b e l i a u m e n g g u n a k a n pendekatan kedermawanan dan komunikasi riang gembeira dengan pengikutnya dan pihak loyalis lainnya. Menurut JJ Smict Teuku Umar memiliki semua watak yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin Aceh. Jarang ada orang ahli kejiwaan Aceh seperti beliau ‐ beliau mampu menarik pengikutnya dengan sifat dermawan dan riang gembira. Teuku Umar mampu
memperoleh kerjasama mereka untuk masuk kedalam perang yang beliau pelpori. M e n u r u t J J S m i c t k e t i k a b e l i a u membutuhkan mata‐mata untuk meninjau perjalanannya, mata‐mata itu bahkan bersedia menyerahkan hidupnya tanpa berpikir panjang saat Teuku Umar berkata, “Pergilah. Matamu adalah mataku, telingamu adalah telingaku”. Beliau mampu meyakinkan orang lain melalui komunikasi dan kata-kata untuk mencapai tujuan utamanya, dengan para hulubalang beliau membangun komunikasi politik dengan memberikan pujian kepada pihak yang beliau segani, dan memanfaatkan orang‐orang untuk melakukan kegiatan peperangan. Di mata orang Aceh, beliau adalah teladan seorang ahli strategi dan politikus. Pada awal Februari 1899, Teuku Umar sudah berada di Woyla saat pasukan Belanda mengejarnya melalui Bubon. Teuku Umar dengan berani berjalan bersama pasukannya melewati daerah rawa yang luas di antara Woyla dan pantai dan setelah  mengelabui Belanda dengan cerdik tanpa diketahui, beliau telah tiba di Keude Lho Bubon pada 11 Februari 1899. Dari sana, ibukota Meulaboh bisa dicapai dalam tiga atau empat jam.
Te u k u U m a r m e m u t u s k a n u n t u k menyerang Belanda dengan pasukannya yang
kuat sebanyak delapan ratus orang walaupun pasukan bersenjatanya memiliki kurang dari
lima peluru per orang. Teuku Umar punya kenyakinan akan bisa berhasil dalam merebut
Meulaboh karena beliau tahu bahwa pasukan Belanda yang berbasis di Meulaboh tidak
memiliki personil yang cukup. Namun Teuku Umar tidak mengetahui bahwa Gubernur Aceh,
Jendral van Heutsz dan staf sudah memiliki misi dan strategi lain untuk menangkap beliau.
Gubernur Van Heuzt mengirim seorang opsir beser ta beberapa orang lainnya (sejumlah 18 dibawah pimpinan seorang sersan Eropa). Mereka diperintahkan untuk menunggu di dekat markas di tempat yang akan dilalui oleh pasukan Teuku Umar dan melakukan penyergapan. Keberhasilan opsir i n i , L e t n a n S a t u V e r b r u g h , d a l a m m e n y e l a m a t k a n m a r k a s B e l a n d a d a n menyelamatkan Aceh bagi Gubernur, sebuah peran penting dalam.
Tim penyergap ini membiarkan pasukan detasemen pertama Teuku Umar lewat (hanya
orang dalam yang dapat menilai betapa sulitnya menghentikan tim penyergap yang
sedang menunggu untuk tidak menembak. Oleh sebab itu: kejayaan bagi si komandan).
Lalu akhirnya, pasukan dalam jumlah kecil mendekat dan di bawah sinar bulan, komandan
dapat mengenali siluet Teuku Umar yang panjang dan kurus. Lalu ia menembak secara
b e r t u b i - t u b i d a n s u k s e s b e s a r, d a n menimbulkan keributan. D a n p e n g i k u t n y a y a n g s e t i a menyelamatkan jasad beliau sampai 18 tahun lamanya untuk tidak pernah dilihat oleh pasukan Belanda dan orang Belanda sendiri, Baru pada 1 November 1917 seorang Belanda melihat langsung kuburan tersebut.

Teuku Ahmad Dadek

No comments: