Beberapa Masalah mengenai Penentuan Waktu Kiamat

Tanda Kiamat
TELAH kita ketahui bahwasanya waktu kiamat itu tidak dapat diketahui, karena itu termasuk pada hal yang ghaib. Hanya Allah-lah yang mengetahuinya. Tapi, tak sedikit orang mulai banyak memprediksi datangnya kiamat. Seolah-olah mereka benar-benar mengetahui kedatangan kiamat itu. Dan yang paling fatal, ketika orang lain percaya terhadap apa yang dikatakan oleh mereka.
Ada pula sedikit masalah pada hadis-hadis yang diduga oleh sebagian orang bahwa hadis tersebut menentukan waktu kiamat. Sebagian hadis-hadis ini sebenarnya tidak shahih, dan dengan demikian dapat diabaikan dan tidak bertentangan dengan nas-nas yang qath’iy (pasti), baik dari tsubut (berasal dari Nabi SAW) maupun dilalah (indikasi yang dikandungnya). Sebagian lagi shahih, tetapi kandungan maknanya (dilalah) dalam menentukan waktu kiamat tidak jelas.
Di antara hadis-hadis batil yang menyalahi Al-Quran sebagaimana disebutkan oleh Ibn Qayyim adalah hadis mengenai umur dunia, “bahwa umur dunia adalah tujuh ribu tahun, dan kita dalam ribuan yang ketujuh.”
Ibn Qayyim berkata:
Hadis ini tergolong dusta yang sangat jelas, karena bila benar, maka setiap orang tahu bahwa waktu yang tersisa bagi kita adalah 251 tahun (maksudnya, pada saat beliau menulis karangannya). Padahal Allah berfirman, “Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat, ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sesugguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada sisi Tuhanku. Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya, selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kau benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’,” (QS. Al-A’raf: 187). [Ibn Qayyim, al-Manar al-Munif, h. 80]
Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar, penulis buku Ensiklopedia Kiamat berpendapat, di antara yang menunjukkan secara pasti bahwa hadis ini palsu adalah seribu tahun yang ke tujuh telah berlalu sejak empat ratus tahun yang lalu, sementara banyak tanda-tanda kiamat yang belum terjadi.
Di antara hadis-hadis shahih yang tidak menunjukkan penentuan hari kiamat adalah hadis riwayat Muslim bahwa Jabir ibn Abdullah berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda sebelum beliau meninggal, ‘Kalian bertanya kepadaku mengenai kiamat, padahal pengetahuan tentangnya ada pada Allah. Aku bersumpah atas nama Allah, tidak ada di atas bumi jiwa yang lahir pada hari ini yang pada tahun keseratus ia masih hidup’,” (Jami’ al-Ushul, X, h. 387, hadis no. 7890).
Dalam shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Abdullah ibn Umar RA berkata, “Suatu malam di akhir hayatnya, Rasulullah SAW shalat isya bersama kami. Setelah mengucap salam, beliau berkata, ‘Sesungguhnya pada seratus tahun ke depan tidak tersisa lagi di muka bumi ini seorang pun yang ada pada hari ini’,” (Jami’ al-Ushul, X, h. 388, hadis no. 7891).
Sesungguhnya dua hadis ini menunjukkan secara jelas bahwa Rasulullah SAW dalam sabdanya tidak memaksudkan terjadinya kiamat. Beliau hanya menunjukkan akhir kurun (satu abad) beliau. Artinya, setelah seratus tahun, semua yang hidup saat Rasulullah SAW bersabda akan meninggal. Inilah yang dipahami oleh Ibn Umar dan beliau menerangkannya kepada orang lain saat mereka berbeda pendapat mengenai makna sabda Rasulullah SAW tersebut.
Dalam Sunan at-Tirmidzi dan Sunan Abi Dawud, setelah Ibn Umar menuturkan hadis Nabi di atas, ia berkata, “Orang-orang terkejut dalam menanggapi sabda Rasulullah SAW itu. Mereka membicangkan kata, ‘sekitar seratus tahun’ dan Rasulullah bersabda, ‘tidak tersisa seorang pun di muka bumi,’ padahal maksudnya kaum beliau berakhir,” (Shahih al-Jami’, X, h. 388, hadis no. 7891).
Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Aisyah berkata, “Ada orang-orang Badui yang mendatangi Rasulullah SAW dan bertanya tentang hari kiamat, ‘Kapan kiamat terjadi?’ Beliau melihat orang yang termuda di antara mereka dan bersabda, ‘Bila ia hidup, ia belum tua ketika kiamat terjadi atas kalian’.” Hisyam berkata, “Maksudnya ketika mereka mati,” (Jami al-Ushul, X, h. 389, hadis no. 7892).
Dalam Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Anas ibn Malik RA berkata, “Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Kapan kiamat tiba?’ Rasulullah SAW diam sebentar, kemudian beliau melihat seorang anak kecil dari suku Azadsyanuah yang ada di hadapannya dan bersabda, ‘Bila anak ini diberi umur panjang, ia belum tua ketika terjadi kiamat.’ Anak itu seumur dan sebaya denganku pada saat itu,” (Jami al-Ushul, X, h. 389, hadis no. 7893).
Maksud kiamat dalam hadis di atas adalah kiamatnya orang yang diajak berdialog, yakni kematiannya, sebagaimana penafsiran Hisyam di atas. Kiamat setiap orang adalah kematiannya. Jawaban Rasulullah semacam ini dikenal dengan nama jawab al-hakim (jawaban orang bijaksana). Beliau memberi petunjuk kepada mereka agar mempersiapkan diri terhadap maut, sebab maut sangat dekat. []
Sumber: Ensiklopedia Kiamat/Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi

No comments: