Istana Labirin Bara Imambara

Istana Bra imambara, Lucknow, India
Istana Bra imambara, Lucknow, India
 
Lucknow, sebuah ibukota dari negara bagian India utara, Uttar Pradesh. Kota yang menjadi tempat tinggal para Nawab atau wakil para Sultan setelah runtuhnya Dinasti Mughal ini, dikenal dengan berbagai bangunan bersejarah era Islam di abad pertengahan.
Salah satu yang menjadi ikon bangunan bersejarah di kota ini adalah Komplek Bara Imambara atau dikenal juga Asafi Imambara. Bangunan monumental ini  diinisiasi oleh Nawab ke empat negara bagian Awadh, Asaf ud Daulah pada 1785.

Setelah kekuasaan Mughal India menyusut pada 1732, beberapa negara bagian di bawah kekuasaan Mughal membentuk negara-negara kecil yang dikuasai Nawab.
Para Nawab ini sebagai perwakilan penguasa di daerah tersebut, dan kawasan utara India menjadi kawasan penting kekuasaan para Nawab sebelum jatuh ke tangan penjajah Inggris pada awal abad ke-19. Komplek Bara Imambara merupakan salah satu proyek pembangunan terbesar dan arsitektur yang berbeda di Lucknow.

Komplek ini dibangun Nawab Asaf Ud Daulah sebagai proyek pemerintah setempat untuk membantu kemiskinan dan kelaparan, dengan menggalakkan beberapa proyek pembangunan monumental yang melibatkan banyak masyarakat.
Demi untuk proyek kemiskinan tersebut, diperkirakan Nawab Asaf ud Daulah menghabiskan biaya pembangunan Imambara lebih dari satu juta rupee atau sekitar Rp 209 juta.

Bahkan setelah selesai, Nawab kembali menghabiskan antara 400-500 ribu rupee per tahun untuk menyempurnakan dekorasinya. Arsitek komplek bangunan ini bernama Hafiz Kifayat Ullah, ia dikenal memiliki hubungan kerabat dengan perancang Taj Mahal di Agra. Ia membutuhkan waktu 14 tahun untuk menyelesaikan keseluruhan komplek Bara Imambara.
Komplek Bara Imambara ini terdiri dari empat bangunan penting, Bara Imambara atau Asfi Imambara, Rumi Darwaza atau benteng dengan dua gerbang masuk komplek, Masjid Asifi dan Shahi Baoli atau sumur tempat pemandian raja. Secara keseluruhan gaya arsitektur Bara Imambara merupakan perpaduan apik antara arsitektur Mughal Islam, Rajpur Hindu dan Gothik Eropa.

Seluruh bangunan terbuat dari batu bata dan plester dari kapur, tidak ada unsur kayu dan logam pada setiap bangunan ini di awal didirikannya. Akses masuk komplek melalui dua gerbang Rumi Darwaza yang mengarah ke sebuah halaman besar. Nama Rumi ini diambil dari kata Roma, mengenang kehebatan Turki Utsmani menaklukkan kota Konstantinopel ibukota Romawi Timur menjadi Istanbul.
Masjid dan istana Bara Imambara, Lucknow, India
Masjid dan istana Bara Imambara, Lucknow, India
 
Memasuki area komplek akan dijumpai dua bangunan lain, di sisi kanan akan dijumpai Masjid Asifi dan kiri bangunan sumur shahi Bawali. Sedangkan di bagian depan akan dijumpai bangunan monumen utama Bara Imambara.
Khusus untuk bangunan Bara Imambara, dikenal memiliki gaya konstruksi yang paling menonjol di komplek ini. Masyarakat sekitar menyebut bangunan ini Bhulbhulaya atau bangunan labirin.

Hal itu dikarenakan banyaknya lorong-lorong dan ruang-ruang yang saling berhubungan seperti labirin. Ada lebih dari 1.000 bagian lorong labirin pada bangunan ini, sebagian lorong berakhir buntu, sementara lainnya berakhir pada pintu masuk atau pintu keluar.
Terdapat delapan ruang berbeda di setiap tingkat dengan 489 pintu yang saling terhubung dan serupa satu sama lain. Ini belum termasuk sejumlah susunan tangga yang naik atau turun, serta balkon.

Lorong labirin ini dinilai cukup berbahaya bagi para pengunjung, karenanya pengelola bangunan menganjurkan adanya pemandu bila ingin memasuki bangunan ini. Bahkan ada cerita lain terkait beberapa lorong hingga menuju terowongan di bagian bawah tanah dan sengaja ditutup, karena sangat panjang hingga sampai ke sungai Gomti dan kota Delhi.
Hal unik lainnya adalah ruang aula utama Bara Imambara yang diperkirakan sebagai ruang dengan atap melengkung terbesar di dunia.

Luas ruang aula ini memiliki panjang 50 meter dan ketinggian langit-langit hingga 15 meter. Dengan ketinggian dan panjang ruangan tersebut, aula ini tidak memiliki balok atau kolom pilar penyangga yang menopang langit-langit ruang atap melengkung aula utama.
Salah satu yang membuat kontruksi ruangan ini unik adalah batu-batu bata yang disusun secara terikat satu sama lain, sehingga mampu menopang atap dan langit-langit secara stabil walaupun tanpa tiang penyangga.

Selain itu terdapat tangga menuju ke bagian paling atas bangunan Bara Imambara, dan dapat melihat pemandangan indah komplek ini. Dari atas bangunan Bara Imambara juga terlihat Sungai Gomti dan beberapa bangunan bersejarah era Nawab lainnya di Lucknow, seperti menara jam, Masjid Laxman Tila dan bangunan yang tidak kalah indahnya Chota Imambara yang juga peninggalan Nawab di Lucknow.
Selain bangunan Bara Imambara, di komplek ini terdapat tiga bangunan lain yang tidak kalah indahnya. Benteng dan pintu gerbang yang disebut dengan Rumi Darwaza. Pada bagian bangunan ini terdapat dua pintu gerbang yang mengarah pada bagian dalam komplek Bara Imambara.
Dari atas gerbang ini pun dapat dilihat keindahan komplek dan aliran sungai Gomti, namun kini akses tangga ke atas Rumi Darwaja termasuk ke bagian atas gerbang dan benteng di tutup untuk umum.

Di sisi kanan terdapat Masjid Asifi yang memiliki arsitektur indah khas Mughal. Masjid ini adalah daya tarik lain di komplek ini. Masjid Asifi ini menjadi monumen terakhir yang dibangun di komplek ini yang juga tanpa menggunakan kayu dan besi serta dengan susunan anak tangga yang menjulang tinggi hingga ke teras masjid.
Bangunan terakhir di komplek Bara Imambara adalah Shahi Baoli, sebuah sumur dengan sumber mata air jernih yang digunakan juga sebagai tempat pemandian.

Shahi Baoli juga berfungsi sebagai tempat penampungan air bagi masyarakat sekitar, terutama ketika wilayah ini dilanda kelaparan saat komplek ini akan dibangun. Bangunan awal Shahi Baoli terdiri dari tiga lantai namun kini satu lantai dibawah telah terendam oleh air.
Beberapa lantai tersebut berfungsi sebagai tempat pemandian dan tempat peristirahatan para tamu, dengan setiap ruang memiliki lorong yang saling terhubung.

Reporter : Amri Amrullah Redaktur : Indah Wulandari

No comments: