Saat Rasulullah SAW Menghadapi Ajalnya

istri rasul di jannah
RASULULLAH SAW saat akan dicabut nyawa merasakan sakit yang luar biasa. Beliau yang sudah menjadi nabi dan kekasih Allah SWT saja merasakan sakit yang tidak dapat ditahan, bagaimana kita sebagai umatnya yang masih sangat jauh dari Allah SWT dan imannya masih naik turun? Agar lebih jelasnya, mari kita simak ketika Rasulullah dijemput oleh malaikat Izrail.
Berawal dari sakit yang dideritanya ketika beliau baru pulang menunaikan Haji wada. Penyakit ini yang menyebabkan beliau meninggal dunia. Semakin hari penyakitnya semakin parah dan memburuk. Dilihat dari ucapan dan pandangannya, ia memberikan isyarat akan meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Ketika demamnya semakin parah, ia merasa akan segera kembali ke alam akhirat. Maka beliau menitipkan pesan untuk umatnya.
Beliau membalut kepalanya dan kemudian menyuruh Fadhl bin Abba RA untuk mengumpulkan manusia di masjid. Ketika orang-orang telah berkumpul, beliau dipapah oleh Fadhl naik ke mimbar. Setelah memuji Allah beliau bersabda,
“Amma ba’du. Masa pergantian itu telah dekat, dan kalian tidak akan melihatku kembali di tempat ini. Maka siapa saja yang aku telah menjilid punggungnya, inilah punggungku, hendaklah ia membalasnya. Barang siapa aku ambil hartanya, inilah hartaku dan ambillah. Barangsiapa aku cela kehormatannya, maka hendaklah ia membalasnya.
Jangan sampai salah seorang dari kalian khawatir aku akan dengki padanya. Kedengkian bukan sifat dan karakterku.
Yang paling aku sukai dari kalian adalah yang berani mengambil kembali haknya yang mungkin telah aku rampas, atau memaafkan aku. Sehingga kelak aku menghadap Allah dalam keadaan tidak mendhalimi seseorang pun.”
Lalu Rasulullah SAW pulang ke rumah. Demam beliau semakin parah. Dengan susah payah beliau berusaha keluar masjid untuk shalat bersama sahabatnya. Hingga waktu itu setelah selesai shalat maghrib bersama sahabatnya pada hari Jum’at dan kemudian ia masuk ke rumahnya. Demamnya semakin tinggi. Para sahabat menyediakan kasur sebagai tempat beliau berbaring.
Saat tiba waktu melaksanakan shalat isya’ dan orang-orang telah berkumpul menunggu Rasulullah SAW keluar dari rumahnya untuk mengimami mereka padahal penyakit Rasul semakin parah saja. Beliau berusaha bangkit, namun tidak mampu. Akhirnya dengan sangat pelan Rasulullah SAW berusaha untuk mencoba bangkit kembali. Sebagian orang berseru, “Shalat…shalat”.
Rasulullah SAW menatap orang-orang yang telah siap shalat di sebelahnya dan berkata, “Apakah orang-orang sudah shalat?” “Belum. Mereka menunggumu, wahai Rasulullah,” jawab mereka. Saat itu panas badan beliau membuatnya tidak mampu bangkit. Beliau berkata, “Tuangkan air dalam sebuah bejana.” Mereka pun memenuhi permintaan beliau dengan menuangkan air dingin dan menaruhnya dekat beliau untuk mengompres seluruh badannya. Akhirnya suhu badan beliau turun. Ketika beliau merasa sedikit agak segar, beliau meminta bejana tadi disingkirkan dari tubuhnya.
Ketika mencoba bangkit dengan kedua tangannya, beliau jatuh pingsan. Begitu siuman, pertama kali yang beliau tanyakan adalah, “Apakah orang-orang sudah shalat?” Mereka menjawab, “Belum, wahai Rasulullah. Mereka menunggumu.” “Tuangkan air dalam bejana agar aku bisa membasuh,” pinta beliau. Mereka memenuhi permintaan Rasulullah SAW.






KETIKA beliau merasa sedikit enak, beliau hendak berdiri, namun jatuh pingsan lagi beberapa saat. Ketika siuman, pertama kali yang beliau tanyakan adalah, “Apakah orang-orang sudah shalat?” Mereka menjawab, “Belum. Mereka menunggumu, wahai Rasulullah.”

“Tuangkan air ke dalam bejana,” pinta beliau. Para sahabat segera memenuhi permintaan beliau. Lalu dengan air yang dingin itu tubuh beliau diguyur. Beliau mengisyaratkan dengan tangan (pertanda sudah cukup).
Beliau mencoba bangkit kembali, namun pingsan lagi. Keluarga yang menyaksikannya merasa terharu dan meneteskan air mata.

Sedangkan orang-orang masih menanti Rasul di dalam masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah. Ketika sadar, beliau kembali bertanya, “Apakah orang-orang sudah shalat?” “Belum. Mereka menunggumu, wahai Rasul,” jawab mereka. Rasulullah berharap mampu berdiri untuk melaksanakan shalat berjamaah bersama mereka. Namun penyakit yang ia alami telah membuatnya tak berdaya untuk bisa bangkit.

Ketika tak mungkin bangkit lagi, beliau menoleh ke arah sahabatnya sambil berkata, “Suruh Abu Bakar untuk mengimami mereka.” Abu Bakar pun menjadi Imam. Tangis kesedihan Abu Bakar yang menjadi imam membuat para makmum tak mampu mendengar lantunan ayat-ayat Al-Quran dengan jelas. Akhirnya shalat Isya’ selesai dilaksanakan.

Kemudian mereka berkumpul melaksanakan shalat Subuh dengan Abu Bakar yang menjadi Imamnya lagi. Begitupun dengan hari-hari berikutnya diimami oleh Abu Bakar.
Laporkan iklan?

Hari itu Rasul merasa akan meninggalkan mereka semua untuk kembali ke alam akhirat. Rasul tersenyum melihat mereka shalat. Senyuman itu berseri seperti bulan purnama. Lalu beliau memasang kembali tabir dan berbaring lagi di atas kasurnya. Mulailah sakaratul maut mendatangi beliau.

Aisyah berkata, “Aku menyaksikan Rasulullah hendak wafat. Ketika itu di dekatnya ada mangkuk berisi air. Beliau celupkan tangannya ke mangkuk itu lalu mengusap wajahnya sambil berkata, ‘Laa ilaaha illallaah, sesungguhnya dalam kematian ada fase yang menyakitkan’.”

Fatimah bertanya sambil menangis, “Begitu sakitkah wahai ayah?” Beliau menoleh ke putrinya itu dan menjawab, “Tidak ada lagi rasa sakit yang diderita bapakmu setelah ini.” Kemudian Fatimah mengusap wajah ayahnya dan mendoakan kesembuhannya. Tetapi beliau berkata, “Tidak. Aku malah mengharap segera bertemu Allah, bersama Jibril, Mikail dan Israfil.”

Seketika itu tubuhnya mulai melemah dan datanglah sakaratul maut. Beliau mengulang-ulang kalimat yang ia pesankan kepada orang-orang sepeninggalnya.

“Sesungguhnya Allah melaknat Yahudi, dan Nasrani. Mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid. Allah sangat murka sekali kepada suatu kaum yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.”

Sedangkan kalimat terakhir yang beliau ucapkan adalah “Shalat…shalat dan budak-budak kalian.” Lantas ruh meninggalkan jasadnya dan wafatlah Nabi Muhammad SAW dengan tanpa mendhalimi orang lain

Sumber: Misteri Malam Pertama di Alam Kubur/Jubair Tablig Syahid/Cable Book/Juni 2012.

No comments: