Kisah Raja Muda dari Demak yang Menantang Portugis

Di umurnya yang masih 17 tahun, ia sudah diberi kepercayaan untuk memimpin invasi besar atas Malaka yang dikuasai Portugis.
Kisah Raja Muda dari Demak yang Menantang PortugisMasjid Agung Demak di waktu senja (Wisnu75/Fotokita.net)
Pernah pada suatu masa, salah satu Kesultanan di Nusantara, yakni Kesultanan Demak dipimpin oleh seorang pemuda bernama Adipati Unus. Dibawah kepemimpinanya, ia pernah melakukan sebuah penyerangan atas bangsa Portugis, padahal ketika itu umurnya masih 17 tahun.
Kesultanan Demak sendiri merupakan sebuah Kesultanan pertama yang berdiri di tanah Jawa. Kesultanan ini dulunya merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit yang notabene merupakan kerajaan Hindu – Buddha, namun daerah Demak sedari dulu telah dikenal banyak mendapat pengaruh dari pedagang Islam sehingga masyarakatnya kemudian banyak yang menganut agama Islam, bahkan pemimpinya yang bernama Raden Patah pun memeluk Islam sebagai agamanya.
Setelah Majapahit Runtuh, Kesultanan Demak berkembang menjadi kekuatan baru di Nusantara. Mereka melakukan ekspansi ke berbagai daerah di Nusantara dengan tujuan memajukan kesultanan mereka.
Dilihat dari sejarah keluarganya, Tome Pires mengatakan bahwa kakek dari Adipati Unus aslinya berasal dari Kalimantan dan mencari peruntungan di Malaka sebagai seorang buruh. Selama masa – masanya di Malaka ia kemudian jatuh cinta dengan seorang gadis Melayu yang kemudian ia nikahi.
Dari pernikahan ini kemudian lahirlah seorang anak laki – laki yang kelah menjadi ayah dari Pati Unus. Dalam catatanya tak disebutkan siapa nama dari Adipati Unus, namun disebutkan bahwa ayahnya saat dewasa berhasil menjadi seorang pedagang yang sukses, ia memiliki banyak jung dan juga berhasil memiliki wilayah kekuasaan di Pulau Bangka dan beberapa wilayah di Kalimantan.
Namun masa – masanya sebagai seorang penguasa tak bertahan lama, sebab  kemudian ia harus tunduk dibawah pemerintahan Kesultanan Demak yang dipimpin Raden Patah dan memiliki pengikut yang lebih banyak.
Setelah bergabung dengan Kesultanan Demak, ayahanda Pati Unus beserta pengikutnya menjadi bagian dari Kesultanan Demak. Bahkan Pati Unus kemudian dinikahkan dengan putri dari Kesultanan Demak yang merupakan anak dari Raden Patah sendiri.
Setelah dinikahkan dengan putri dari Raden Patah, Adipati Unus dipercaya untuk memimpin pasukan Kesultanan Demak dalam invasi ke Malaka.
Banyak yang mengatakan bahwa niatan dari Kesultanan Demak untuk menyerang ke Malaka pada 1513 adalah untuk mengusir bangsa Portugis dari tanah Nusantara. Namun menurut laporan dari J. de Barros, disebutkan bahwa niatan untuk menyerang Malaka sejatinya sudah dipersiapkan sejak lima tahun sebelumnya, sebelum bangsa Portugis datang ke Malaka. Jadi dapat dikatakan sejatinya penyerangan ke Malaka adalah sebuah ekspansi, bukan pengusiran bangsa Portugis.
Namun semenjak 1511, Portugis sudah lebih dahulu datang dan kemudian berhasil menguasai Malaka, maka Kesultanan Demak harus mengalahkan dan mengusir Portugis yang memiliki kekuatan cukup kuat dari tanah Malaka.
Berbekal kurang lebih seratus kapal dan beberapa ribu tentara yang berasal dari Semarang, Jepara, Rembang , dan Palembang, berangkatlah Adipati Unus menyerang Malaka yang berada dibawah kekuasaan Portugis.
Walau memiliki pasukan yang cukup besar, namun akhirnya pasukan Demak harus mengakui kekalahan dari Portugis yang bersenjatakan lebih lengkap dan canggih.Dari sekitar seratus kapal yang berangkat, hanya tujuh kapal yang dilaporkan berhasil pulang.
Meski gagal, keberanian Adipati Unus yang masih muda dalam menyerang Portugis yang kuat, terdengar beritanya ke penjuru pulau Jawa, ia bahkan diberikan gelar Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang menyebrang ke utara )
Untuk nasib dari Adipati Unus sendiri ada beberapa laporan yang menjelaskan secara berbeda. Ada yang mengatakan bahwa ia wafat saat pertempuran berlangsung, namun menurut Raffles, Adipati Unus berhasil selamat dan pulang ke Jawa, namun tak lama ia menderita penyakit paru – paru dan akhirnya wafat.
Sumber lain mengatakan ia berhasil pulang walau dengan tangan hampa keberanian sang pangeran muda melawan Portugis di kenang oleh warga di Pulau Jawa, sebab di usia yang masih muda ia dengan berani melawan bangsa Portugis yang pada masa itu dikena sebagai bangsa yang cukup kuat dan tangguh.
Di sisi lain, kegagalan Adipati Unus disambut dengan gembira oleh sebagian pihak di Jawa, khususnya mereka – mereka di pantai utara Jawa yang mempunyai relasi cukup baik dengan bangsa Portugis dalam bidang perdagangan.
Adipati Wira dari Tuban contohnya, ia diyakini walaupun seseorang yang muslim namun dianggap bukan seorang pengikut yang taat, sehingga disebutkan oleh Tome Pires ia lebih suka menjalin relasi dengan Portugis dibandingkan dengan Kesultanan Demak.
Sehingga pihak – pihak ini dirasa oleh Adipati harus disingkirkan karena dianggap ancaman bagi Kesultanan Demak. Oleh karena itu, dilancarkanlah ekspansi ke beberapa daerah di pantai Utara Jawa untuk menghalau meluasnya pengaruh Portugis di tanah Jawa.
Memang belum jelas bagaimana nasib Adipati Unus setelah kegagalanya menyerang Portugis. Tetapi satu hal yang pasti, kekuasaanya sebagai penguasa Kesultanan Demak berakhir dalam waktu yang singkat dan kemudian diserahkan kepada Sultan Trenggana.
(Haydr Suhardy

No comments: