Negara Dipa dan Negara Daha,Cikal Bakal Kesultanan Banjarmasin


Kesultanan Banjarmasin atau Kesultanan Banjar,adalah kesultanan yang terletak di sebelah selatan dari Pulau Kalimantan,tepatnya di daerah yang kita kenal sebagai kota Banjarmasin.Kerajaan ini sudah berdiri sejak tahun 1502,runtuh pada tahun 1860 namun muncul kembali pada tahun 2010 semenjak diangkatnya Sultan Khairul Saleh sebagai Raja Muda Banjar.

Sejarah berdirinya kesultanan Banjarmasin,berawal dari kerajaan bercorak Hindu pertama di Kalimantan Selatan bernama Negara Dipa.Kerajaan ini terletak di daerah pedalaman Kalimantan Selatan yang disebut Hujung Tanah.

Negara Dipa didirikan oleh seorang saudagar dari negeri Keling bernama Ampu Jatmika beserta kedua anaknya,Lambu Mangkurat dan Mpu Mandastana.Yang menarik dari berdirinya Negara Dipa ini adalah,dalam konsepsi Hindu dianggap tidak mungkin seseorang dari kasta waisya (pedagang) dapat menjadi seorang raja.Sehingga Ampu Jatmika mengakalinya dengan membuat patung yang ia anggap merupakan visualisasi dari dirinya.Sehingga ia dengan ada nya patung ini ia merasa bahwa dirinya pantas untuk memimpin sebuah kerajaan.

Setelah beberapa tahun memerintah,Ampu Jatmika jatuh sakit dan akhirnya meninggal.Sebelum meninggal ia menyampaikan wasiat kepada kedua anaknya untuk mencari penerus penguasa kerajaan baru yang sah,sebab ia sadar bahwa kedua anaknya bukanlah keturunan raja sehingga tidak pantas untus memerintah Negara Dipa.

Menurut legenda setelah Ampu Jatmika meninggal,diyakini Lambu Mangkurat pun menemukan penguasa Negara Dipa yang baru ketika ia sedang bertapa di sungai.Ketika Lambu Mangkurat sedang bertapa tiba-tiba dari pusaran air keluar buih yang bersinar,lalu keluar seorang putri.Putri itu kemudian disembah,diangkat menjadi ratu di Negara Dipa,dan dinamakan Putri Junjung Buih yang berarti “ratu yang dimuliakan dan dihormati.

Setelah Putri Junjung Buih dipilih menjadi ratu di Negara Dipa,Lambu Mangkurat pun berniat untuk mencarikan calon suami bagi Ratu baru Negara Dipa.Ratu yang mengetahui niatan Lambu Mangkurat ini pun mengiyakan hal tersebu,namun sang Ratu mempunyai kriteria khusus bagi calon suaminya nanti,sang calon suami haruslah orang yang dapat bertapa seperti dirinya,yang mempunyai kekuatan hanya dengan didapat melalui proses bertapa.

Lambu Mangkurat pun yang mendengar syarat dari ratu nya ini pun bingung bagaimana ia dapat menemukan calon suami untuk sang ratu dengan syarat yang telah disebutkan.Namun pada suatu malam,Lambu Mangkurat bermimpi,di mimpinya ia mendapat petunjuk bahwa yang pantas untuk menjadi suami Putri Junjung Buih adalah Raden Putra atau Suryanata,raja di Majapahit yang dapat bertapa di puncak Gunung Majapahit.

Setelah mendapat petunjuk dari mimpinya,Lambu Mangkurat pun pergi untuk mencari Suryanata dan memohon kepada dirinya agar ia mau menikah dengan Putri Junjung Buih.Setelah bertemu dengan Lambu Mangkurat dan mendengar permohonanya untuk menikah dengan Putri Junjung Buih,Suryanata pun menyetujui untuk menikah dengan Putri Junjung Buih.Alasanya ia merasa adanya kecocokan dengan apa yang ada di dalam air (Putri Junjung Buih) dengan dirinya,Suryanata (Raja Matahari) penguasa di daratan,di atas bumi,dan di laut (yang di dalam air).

Setelah Putri Junjung Buih dan Suryanata menikah,mereka dinobatkan oleh Lambu Mangkurat sebagai sepasang Raja dan Ratu penguasa Negara Dipa.Tak lama setelah dinobatkan,Suryanata diberi gelar Pangeran Suryanata dan memperluas wilahah Negara Dipa yang mencakup Sukadana,Sambas,Batang Lawai,Kotawaringin,Pasir,Kuta,Karasikan,dan Berau.

Mengingat Suryanata berasal dari Majapahit yang notabene berpusat di Pulau Jawa,ia berpesan kepada Lambu Mangkurat agar adat istiadat Negara Dipa menggunakan adat Jawa Kerajaan Majapahit.Ia juga berpesan kepada Lambu Mangkurat dan anak-anaknya agar Negara Dipa aman dan sejahtera,rakyat dan anggota kerajaan dilarang berpakaian seperti negeri lain misalnya Kaling,Biajau,Bugis,Makassar,Melayu,dan Belanda.Pasalnya Suryanata percaya jika ada yang berpakaian seperti bangsa lain,kekacauan seperti huru-hara,kejahatan,dan banyak penyakit akan menimpa Negara Dipa.

Legenda mengenai berdirinya Negara Dipa melalui pernikahan Putri Junjung Buih dengan Suryanata,diyakini mengetengahkan sejumlah data mengenai asal usul Negara Dipa yang dipahami dengan pendekatan berupa ideologi dan religi.

Dalam lingkup ideologi,legenda ini mewakili adanya kepentingan penguasa.Artinya legenda mengenai pernikahan antara Putri Junjung Buih yang merupakan penguasa lokal dengan Suryanata yang berasal dari Majapahit,menyebabkan pelegitimasian masuknya pengaruh Majapahit ke Kalimantan Selatan dengan jalan yang sangat bai dan mempunyai akar yang sangat dalam.Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tatacara dalam budaya Jawa di Negara Dipa yang memberlakukan adat istiadat Jawa.

Dari segi religi,legenda ini mengungkapkan atau menghadirkan raja yang suci.Dalam kepercyaan orang Dayak Ngaju,dikatakan bahwa Tuhan diwujudkan ke dalam kedwtitunggalan yang menciptakan alam atas dan alam bawah beserta segenap isinya,seakan-akan unsur jantan dan betina,yaitu Bungai dan Jatta.

Konsep keyakinan ini kemudian dikaitkan dengan pernikahan Putri Junjung Buih dengan Suryanata yang mana menggambarkan bersatunya alam atas dan alam bawah.Jika dikaitkan dengan konsep mikrokosmos dan makrokosmos,bisa dibilang masyarakat Dayak Ngaju meyakini bahwa Putri Junjung Buih dan Suryanata adalah perpanjangan tangan Tuhan untuk menata dunia.

Secara ekonomi,Negara Dipa merupakan kerajaan yang cukup baik.Meningat kerajaan ini mempunyai komoditas dagang yang cukup banyak seperti intan,emas,batu-batuan perhiasan,damar,lilin,rotan,gaharu,dan sebagainya.

Selain itu Seiring berjalanya waktu,Negara Dipa mulai sering disinggahi pedagang dari berbagai daerah seperti Bugis,Aceh,Sumbawa,Jawa,Bali,Madua,Kaling,Johor,dan Tiongkok.Hal ini disebabkan selain mempunyai komoditas yang cukup banyak,Negara Dipa yang berlokasi di tepi sungai dan mempunyai dua pelabuhan yang memiliki kondisi strategis di Muara Rampiau dan Muara Bahan.

Pada masa kepemimpinan kerajaan Dipa dibawah kekuasaan Raden Sari Kaburungan pusat pemerintahan dipindahkan dari Candi Agung (Amuntai), pusat pemerintahan ke Muara Ulak dengan alasan untuk menghindari bencana sebab ibukota yang lama dianggap sudah kehilangan tuahnya.

Selain pemindahan pusat pemerintahan,nama Kerajaan Negara Dipa juga diubah menjadi Negara Daha.Hal ini menandai diawalinya era baru dari Kerajaan yang mana akan menjadi Kesulanan Banjarmasin ini.

Dibawah kekuasaan Raden Sari Kaburungan,didirikan pelabuhan di daerah Kuta Arya Terengana,yang berada di pertemuan Sungai Barito dan Sungai Negara.Pelabuhan baru ini mengakibatkan aktivitas perdagangan semakin ramai.

Setelah Raden Sari Kabarungan wafat,penguasa kerajaaan Negara Daha terus berganti,hingga saat Maharaja Sukarama memerintah.Saat Maharaja Sukarama memerintah,ia mewasiatkan tahta kekuasaan Negara Daha kepada cucunya,Pangeran Samudra.Ketiga anaknya,Pangeran Mangkubumi,Pangeran Tumenggung,dan Pangeran Bagalung yang mendengar hal ini tidak setuju dengan wasiat tersebut.Maka setelah Maharaja Sukarama wafat,Pangeran Tumenggung mengambil alih gelar raja Negara Daha secara paksa dari Raden Samudra.

Raden Samudra yang kalah kemudian melarikan diri ke daerah di hilir Sungai Barito.Ia meminta perlindungan keapda orang Dayak Ngaju yang mendiami daerah yang disebut Banjar Oloh Masih dengan pemimpinya Patih Masih yang kemudian mengakui Pangeran Samudra sebagai pemimpin yang sah dari kerajaan Daha.

Di kediaman Patih Masih,Pangeran Samudra berupaya untuk menyusun strategi merebut Negara Daha dari tangan pamanya,Pangeran Tumenggung.Selain bantuan dari Patih Masih,ia juga meminta bantuan kepada Paih Balit,Patih Balitung,Patih Muhur,dan Patih Kuin.Para patih ini merupakan pemimpin dari daerah sekitar dimana Pangeran Samudra melarikan diri.Dengan bantuan dari beberapa Patih ini kemudian Pangeran Samudra mendirikan suatu kerajaan baru di Banjarmasin,kerajaan itu dinamakan Kerajaan Banjarmasin.

Walaupun sudah mendapat bantuan dari berbagai bantuan dari beberapa patih,Pangeran Samudra merasa bahwa dirinya masih harus mengumpulkan kekuatan yang lebih banyak dan kuat.Maka dari itu ia mengirim utusan ke Kesultanan Demak dengan harapan Demak akan memberikan bantuan.

Kesultanan Demak mengiyakan permintaan Pangeran Samudra,namun dengan syarat Pangeran Samudra beserta seluruh pengikutnya harus masuk Islam.Pangeran Samudra yang mendengar hal ini lalu menyetujui persyaratan ini.Setelah menyetujui persyaratan tersebut Kesultanan Demak mengirimkan 1.000 pasukan beserta dua orang penghulu yang akan metahbiskan Pangeran Samudra sebagai seorang sultan.Setelah berganti gelar menjadi Sultan Suryanullah,ia kemudian merubah nama kerajaanya menjadi Kesultanan Banjarmasin.

Setelah berhasil mengumpulkan kekuatan baru,ia kemudian menyerang dan berhasil mengalahkan Negara Daha yang berada dibawah pimpinan Pangeran Tumenggung.Dengan kemenangan dari Sultan Suryanullah ini,menandai bahwa Kesultanan Banjarmasin adalah penguasa baru di tanah Kalimantan Selatan.

(Haydr Suhardy,Kesultanan Banjarmasin Pada Abad Ke-19)

No comments: