Perang Yarmuk yang Menentukan

Heraclius pernah menerima surat dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam yang dibawa oleh Dihya bin Khalifah al-Kalbi Perang Yarmuk yang Menentukan

KALAH terus menerus digempur pasukan muslimin pimpinan Sang Pedang Allah, Khalid ra., Kekaisaran Bizantium mengerahkan pasukan besar-besaran yang menjadi klimaks benturan terbesar antar dua kekuatan pada bulan Agustus 636 M. Sejumlah 200.000 lebih pasukan Romawi dibantu suku Arab Kristen Ghasan, Yunani, Prancis, Armenia, Rusia, Slavic dan lainnya berhadapan dengan hanya 25.000 pasukan muslimin. (Versi lain menyebutkan jumlah kekuatan Muslimin yaitu 40.000 orang)
Heraclius menunjuk Theodorus Trithurius sebagai panglima tertinggi. Sementara Ghasan dipimpin Jabalah bin Aisham Dairjan, Armenia dipimpin rajanya, Mahan, dan Rusia dipimpin Buccinator (Qanateer). Gabungan seluruh pasukan Eropa dipimpin oleh Gregory (Gregorius) dan Dairjan (alWaqidi hal.106).
Para sejarawan menyebut perang Yarmuk yang terjadi di tepi Sungai Yarmuk sebagai salah satu perang menentukan di dunia. Perang ini juga menempatkan Khalid ra. sebagai seorang Panglima perang terbaik dan komandan kavaleri terbaik pada Zaman Pertengahan (Middle Ages).
Heraklius bertekad untuk mengusir kaum muslimin dari daerah jajahannya, namun ia sebenarnya sangsi apakah bisa atau tidak melawan arus Islam yang terus menebarkan pesonanya. Jauh bertahun-tahun sebelumnya, Heraclius pernah menerima surat dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam yang dibawa oleh Dihya bin Khalifah al-Kalbi.
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada Heraclius penguasa Romawi.
Salam sejahtera bagi orang yang mengikuti petunjuk. Masuk Islamlah, niscaya kamu selamat. Masuk Islamlah, niscaya Allah memberimu pahala dua kali lipat. Jika kamu berpaling, kamu akan menanggung dosa orang-orang Romawi.
Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang sama di antara kita, bahwa kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah, dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun; dan tidak (pula)sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai sembahan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka :
“Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”
Heraklius kemudian mengundang Abu Sofyan dan pedagang Quraisy lainnya yang kebetulan sedang berdagang di Syam untuk mendiskusikan tentang Muhammad. Setelah bertanya-tanya panjang lebar, Heraclius lalu berkomentar tentang Muhammad, “Jika apa yang telah kau katakan adalah benar maka ia akan dapat memiliki tempat kedua kakiku berdiri ini. Aku tahu bahwa ia akan diutus. Aku tidak menyangka ternyata ia dari bangsa kalian. Jika saja aku dapat memastikan bahwa aku akan bertemu dengannya niscaya aku memilih bertemu dengannya. Jika aku ada di sisinya, pasti aku cuci kedua kakinya.”
Persiapan perang sudah dilakukan sejak akhir tahun 635. Pada bulan Mei 636, kekuatan pasukan Bizantium dan sekutu sudah berkonsentrasi di Antiokia dan daerah Syiria Utara. Sementara di pihak muslimin, pasukan dibagi menjadi 4 satuan, satuan Amru bin Ash ra. di Palestina, satuan Syurahbil ra. di Yordania, satuan Yazed ra. di Caesarea (Sekarang Tel Aviv) dan yang terakhir satuan Abu Ubaidah ra. bersama Khalid ra. di Emessa.
Sebuah pertempuran yang menentukan nasib masa depan masing- masing panji. Benturan antara panji tauhid dan panji kebatilan. Panji kekufuran yang diusung Theod orus memiliki sebuah rencana strategi tempur sebagai berikut :
  1. Qanateer akan bergerak sepanjang jalur pantai menuju Beirut, kemudian mendekati Damaskus dari arah Barat dan mencegat pasukan Abu Ubaidah.
  2. Jabalah membawa pasukannya dari Aleppo (Halab), menuju Emessa (Hims) melalui Hama dan menggempur pasukan muslim di daerah Emessa. Pasukan ini yang kemungkinan pertama bertempur.
  3. Dairjan bergerak pada jalur antara pantai dan Aleppo kemudian mendekati Emessa dari arah barat. Berikutnya menyerang pasukan muslimin dari samping saat sedang bertempur dengan Jabalah.
  4. Gregory membantu menyerang ke Emessa dari arah Timur Laut dan menyerang dari sisi kanan bersamaan dengan serangan Dairjan.
  5. Mahan membantu pasukan Jabalah dari arah belakang dan menjadi pasukan cadangan.
Pada pertengahan Juni 636 M, parade tempur Bizantium bergerak dari Antiokia, namun tercium oleh intelijen muslimin yang tersebar di seluruh daratan Suriah. Khalid ra. segera meminta pasukan muslimin untuk mundur dan bergabung sehingga menjadi lebih kuat. Ia menyarankan pada Abu Ubaidah untuk mundur ke selatan meninggalkan daerah teritorinya menuju Jabbiya serta mengembalikkan Jizyah yang diberikan oleh rakyat yang baru dikuasai. Sebuah sikap belas kasih dan pemurah yang jarang dimiliki oleh para penakluk (alBaladuri hal.143).
Saat Jabalah tiba di Emessa, ia tidak menemukan seorang Muslimin di sana. Qanater pun memasuki Damaskus tanpa tersisa seorang pasukan Muslimin. Semua mundur ke selatan. Gerakan Muslimin begitu cepat sehingga tidak terdeteksi oleh musuh.
Pada pertengahan Juli 636 M, situasi mulai kritis, Abu Ubaidah sangat cemas memikirkan kondisi terburuk yang mungkin menimpa Muslimin mengingat begitu besarnya kekuatan yang dihimpun Bizantium. Melalui rapat dewan perang, berbagai pendapat dilontarakan para komandan Muslimin. Ada mengusulkan mundur kembali ke Arabia. Ada yang bersemangat untuk terus berperang dan yakin diberi kemenangan oleh Allah. Abu Ubaidah menoleh kepada Khalid yang diam sedari awal.
“Wahai Abu Sulaiman, apa pendapatmu?”
“Apa yang mereka kemukakan baik, aku punya pandangan berbeda namun tidak bertentangan dengan mereka.”
“Bicaralah, kami akan mengikutimu.”
“Wahai Jendral, ketahuilah, jika engkau tetap disini (Jabiya), engkau akan membantu musuh untuk menghancurkanmu. Di Caesarea tidak jauh dari Jabiya, ada 40.000 pasukan Romawi pimpinan Konstantin, putra Heraklius.
Aku menyarankanmu, untuk bergerak ke pedataran Yarmuk dan menempatkan Azra di belakangmu. Ini akan memudahkan Khalifah untuk mengirim pasukan bantuan, dan di daerah pedataran, memudahkan kita dalam mobilisasi kavaleri.” (Al‐Waqidi hal.109).
Pasukan muslimin bergerak menuju Yarmuk dan terjadi pertempuran kecil antar kavaleri (pasukan berkuda) kedua belah pihak. Khalid menjaga barisan belakang Muslimin yang melakukan mobilisasi ke selatan.
Setelah tiba di Yarmuk, Abu Ubaidah menetapkan garis markas pada bagian timur Yarmuk dan disinilah Abu Ubaidah bergabung dengan pasukan Amru bin Ash, Syurahbil dan Yazid. Beberapa hari berikutnya pasukan Jabalah datang dan membuat markas di sebelah utara Wadi ar-Raqad.
Heraklius memerintahkan Mahan, untuk tidak memulai perang sampai dilakukan negoisasi dan diperoleh kesepakatan damai. Mahan mengutus Gregory untuk bernegoisasi dengan pemimpin muslimin, Abu Ubaidah, namun gagal. Kelak Gregory masuk Islam setelah berdialog dengan Khalid ra. Dalam salah satu episode Perang Yarmuk. Terakhir, Jabalah yang berdarah Arab dikirim, namun tetap gagal.
Mahan kemudian mengirim Jabalah dengan sejumlah pasukan besar untuk menjajal kekuatan Muslimin sekaligus sebagai bentuk gertakkan terhadap Muslimin. Majulah Jabalah dengan kavalerinya mendekati barisan infantri Muslimin yang bersiap-siap bertahan. Tiba-tiba datanglah sang Pedang Allah dengan kavalerinya sehingga terjadi bentrokan yang berlangsung singkat, dimana Jabalah kembali mundur menghadap Mahan dan melaporkan bahwa pertempuran akan berlangsung sengit nantinya.*

PERSIAPAN Pasukan perang pun tak terhindarkan. Mahan membagi pasukannya dalam 4 satuan regular yang menyebar dari Yarmuk sampai daerah selatan perbukitan Jabiya sepanjang 12 mil (sekitar 20 km, sangat panjang).
Sayap kanan dipimpin oleh Gregory, sayap kiri oleh Qanateer dan pasukan tengah tersusun oleh satuan Dairjan dan pimpinan satuan Mahan sendiri. Pasukan kavaleri dibagi pada semua satuan, dimana pasukan infantri pada barisan depan dan pasukan kavaleri bagian belakang sebagai cadangan. Barisan terdepan terdiri dari pasukan Jabalah dengan kekuatan kuda dan untanya.
Khusus pasukan Gregory, ia menggunakan rantai yang mengikat antar pasukannya untuk meredam serangan kavaleri persis dengan taktik Hurmuz dalam Perang Rantai di Irak Persia sebelumnya. Sejumlah 30.000 pasukan Bizantium dipimpin Gregory dimana rantai-rantainya mengikat tiap 10 orang.
Khalid ra. sang penakluk Iraq, memimpin rapat dewan perang. Ia membagi pasukannya menjadi satuan infantri dan kavaleri. Jumlah kavalerinya hanya seperempat dari seluruh pasukan. Kemudian ia membagi seluruhnya menjadi 36 resimen infantri dan 4 resimen kavaleri serta pasukan khusus dinamis (mobile guard) sebagai cadangan.
Pasukan tengah dipimpin Abu Ubaidah (bagian kiri) dan Syurahbil (bagian .kanan). Sayap kiri dipimpin Yazid dan sayap kanan dipimpin Amru bin Ash, sehingga terbagi menjadi 4 batalion.
Barisan sayap kanan dan kiri membawahi 1 resimen kavaleri yang Dipersiapkan sebagai counter-attack atas tekanan Bizantium. Di belakang barisan tengah disiapkan 1 resimen kavaleri cadangan dan mobile guard di bawah komando Khalid ra. langsung. Jika Khalid ra. sibuk memimpin pertempuran,maka mobile guard dipimpin Dhirar.
Tiap-tiap batalion terdiri dari 9 resimen infantri. Pembagian resimen dibagi berdasarkan kesukuan, sehingga member motivasi khusus bagi tiap-tiap resimen untuk menunjukkan kemampuannya.
Jika barisan Bizantium terdiri dari sekitar 30 baris sepanjang 20 KM, sementara muslimin hanya sekitar 4 baris pasukan memanjang mengimbangi panjangnya pasukan musuh, cukup signifikan perbedaan kekuatan pasukan antar kedua belah pihak.
Selama satu bulan lamanya tidak terjadi pertempuran antara kedua belah pihak selain hanya saling menunggu. Pasukan Muslimin tidak mau gegabah melakukan serangan karena jumlahnya musuh yang terlampau besar.
Sementara pihak Bizantium juga belum memiliki keberanian besar untuk lebih dulu menyerang Muslimin. Masa senggang ini justru membantu kekuatan Abu Ubdaiah dengan datangnya 6.000 pasukan baru yang datang dari Yaman.
Ratusan sahabat Rasul juga tidak mau ketinggalan dalam ajang perang hidup mati yang menentukan nasib Islam ke depan. Terdapat di dalam pasukan baru tersebut seperti Zubair bin Awwam, Abu Sufyan dan istrinya, Hindun.
Akhirnya, pada pekan ketiga Agustus 636 M, Perang Yarmuk mengguncang Timur Tengah, goncangan yang bergetar sampai pedataran Eropa, Afrika, bahkan Asia pada dekade berikutnya. Perang yang direkam oleh seluruh sejarawan dan menjadi salah satu referensi strategi perang bagi Jendral-jendral saat ini.
Menjelang perang bergema, Mahan kembali mengundang muslimin untuk negoisasi, dan Abu Ubaidah mengutus Khalid ra.
“Kami mengetahui, bahwa yang mendorong kalian keluar dari negeri kalian tak lain hanyalah kelaparan dan kesulitan. Jika kalian setuju, saya beri masing-masing kalian 10 dinar lengkap dengan pakaian dan makanan, asalkan kalian pulang kembali ke negeri kalian. Di tahun yang akan datang saya kirimkan sebanyak itu pula…!” tawar Mahan.
“Sebenarnya, yang mendorong kami keluar dari negeri kami, bukan karena lapar seperti yang anda sebutkan tadi, tetapi kami adalah satu bangsa yang biasa minum darah. Dan kami tahu benar, bahwa tak ada darah yang lebih manis dan lebih baik dari darah orang-orang Romawi, karena itulah kami datang!” jawab Khalid ra. menteror lawan. (Ibnu Katsir, 7/14)
Selama satu hari penuh kedua belah pihak kembali mengatur posisi dan formasi. Masing-masing pihak berupaya membangun semangat dan doa mengharap kemenangan dari Allah. Para mujahidin memanjatkan impian untuk memperolah mati syahid atau kemuliaan. Sementara pasukan Kristen juga tidak ketinggalan meminta pertolongan pada patung Yesusnya. Mereka jugabersumpah untuk bertempur sampai mati dan tidak lari pertempuran.
Khalid berinisiatif untuk meminta amanah kepada Abu Ubaidah sebagai pimpinan umum Muslimin dalam Perang Yarmuk, “Wahai Jendral, mintalah kepada semua pimpinan resimen untuk mengikuti semua perintahku.”
Dengan senang hati Abu Ubaidah memberinya kesempatan untuk kembali menjadi Pedang Allah yang terhunus kepada orang-orang kafir.
Semua pimpinan Muslimin pun merasa puas dan lega dipimpin Khalid yang sampai saat itu belum pernah terkalahkan di medan perang.
Konsolidasi terus dilakukan sepanjang hari. Setiap detiknya berjalan dengan degup dan kegalauan. Abu Ubaidah dan Khalid terus melakukan kontrol dan menyemangati setiap mujahid yang dilewatinya.
“Genggam tiang tenda ditanganmu dan kumpulkan bebatuan,” ucap Abu Ubaidah kepada para wanita yang bertugas di bagian belakang barisan,”jika kita menang, maka itu sebuah kebaikan. Namun jika kalian melihat ada pasukan yang lari dari medan perang, serang wajahnya dengan tiang tenda dan lemparlah dengan batu. Tahan anaknya dan katakan padanya agar berperanglah demi istrinya, anaknya dan demi Islam!” (Al‐Waqidi, hal.129)
Seorang pasukan muda berseloroh ketika Khalid lewat di depannya, “Betapa besarnya pasukan Romawi dan betapa kecilnya kita.” Khalid berbalik dan menatap mata sang pemuda, “Begitu kecilnya Romawi dan begitu besarnya kita! Kekuatan pasukan perang bukan berdasarkan jumlah pasukan, tapi karena pertolongan Allah. Kita menjadi lemah kalau ditinggalkan Allah!” (At‐Thabari, 2/594).
Mereka lantas saling mengingatkan sebuah firman Allah, “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al‐Baqarah : 249).
Malam harinya dijalani Muslimin dengan bertaqarub kepada Allah. Mereka berdoa mengharapkan hidup mulia atau mati syahid. Sebagian besar melakukan pembacaan dan perenungan surat al-Anfal yang banyak berisi tentang jihad, sehingga semakin bergemuruhlah semangat mujahidin dalam berjuang di jalan Allah. Esok harinya, Perang Yarmuk dimulai.*
Abu Fatah Grania, penilis buku Panglima Surga. @nugrazee

No comments: