6 Hari Perang Yarmuk

Secara umum, pasukan Muslimin kembali menunjukkan taring imannya, dimana senjata dan jumlah tidak pernah menjadi prinsip dalam pertempuran jihad 6 Hari Perang Yarmuk
Perang Yarmuk (ilustrasi)
PEPERANGAN Yarmuk terjadi pada tahun 13 H sebelum penaklukan Damaskus. Perang Yarmuk (Battle of Hieromyax) diakui oleh sejarawan Barat sebagai perang yang paling gemilang dalam sejarah.
Hari Pertama
Para mujahidin melaksanakan shalat subuh berjamaah dengan khusyu. Setelah berdoa, mereka kembali ke barisan dan posisinya masing-masing dengan semangat jihad yang berkobar dan wajah yang sangat mengharapkan pertolongan Allah, Penguasa Langit dan Bumi. Medan arena Yarmuk hening selama lebih satu jam, dimana belum ada pihak yang mengambil inisiatif untuk menyerang duluan. Tiba-tiba keluar seorang komandan Bizantium yang bernama Georgius menuju barisan Muslimin dan minta bertemu dengan Khalid. Ia berdialog dan bersyahadat di hadapan Khalid sebagaimana akan dikisahkan bab berikutnya.
Episode duel menjadi genderang pembuka Perang Yarmuk sebagaimana pertempuran sebelumnya. Beberapa jagoan Bizantium maju menghadapi jawara Muslimin. Beruntung, dengan pertolongan Allah jawara Muslimin berhasil menumbangkan begitu banyak jagoan-jagoan Bizantium.
Abdurrahman bin Abu Bakar menjadi jawara terbaik dengan kehebatannya membunuh lima jago perangnya Bizantium. Mahan mulai khawatir moral pasukannya menurun karena melihat kehebatan dan terampilnya personil Muslimin dalam bertempur. Ia lalu mengumumkan serangan umum saat matahari berada di puncak langit.
Mahan melakukan serangan terbatas sekedar untuk menjajal dan mengetahui kekuatan dan strategi pasukan Muslimin, dan jika memungkinkan, ia akan melakukan tekanan kuat pada bagian terlemah Muslimin. Majulah barisan infantri Bizantium yang berjalan perlahan-lahan menuju barisan Muslimin. Saat mereka berada dalam jarak jangkauan panah, Khalid memerintahkan untuk menghujani mereka dengan panah. Saat jarak kedua pasukan semakin kecil, Muslimin mulai menghunuskan pedangnya.
Bentrokan pun tak terhindarkan. Sayangnya banyak pasukan Bizantium tidak memiliki kemampuan tinggi dalam melakukan serangan sebagaimana gempuran Muslimin yang berpengalaman dalam kancah jihad sebelumnya.
Ada barisan yang bertempur sangat keras dan ada barisan front yang tidak terlalu intensif bergesekan antar pasukan. Saat matahari terbenam, pertempuran usai dan masing-masing kembali ke perkemahannya. Pasukan Bizantium menderita lebih banyak daripada Muslimin.
Para Muslimah dan mujahidah mulai menjalankan tugasnya untuk mengobati luka-luka Muslimin sambil memberi semangat jihad.
Mereka bersyukur berhasil memukul mundur musuh. Dan seperti malam sebelumnya, mereka kembali menghabiskan waktu malamnya untuk berdzikir dan merenungkan al-Qur’an sebelum tidur. Memasuki waktu tengah malam, beberapa pasukan Bizantium pergi ke medan perang untuk menghambil jasad-jasad pasukannya yang tewas. Malam itu berjalan dengan tenang tanpa pertikaian apapun.
Perang Yarmuk Hari Pertama
Hari Kedua
Mahan, melalui rapat dewan perang di malam hari, memutuskan untuk menyerang Muslimin di waktu fajar, saat pasukan Muslimin diperkirakan tidak siap tempur. Dalam kegelapan malam, beberapa jam lamanya Mahan mempersiapkan serangan. Taktik yang disusunnya yaitu menghantam pasukan tengah Muslimin dengan pasukan tengah, begitu pula pasukan sayap Muslimin dengan pasukan sayapnya, kemudian menggiring tekanan ke arah tengah.
Untuk mengamati jalannya pertempuran, ia membangun menara besar di belakang sayap kanan pasukan dan dijaga oleh 2.000 bodyguard dari Armenia.
Saat masuk waktu fajar, pasukan Bizantium langsung menyerbu Muslimin yang memang dalam kondisi tidak siap. Namun Khalid ra. Telah menyiapkan pasukan penjaga di garis depan sepanjang malam. Pasukan ini menahan singkat gempuran mendadak dari musuh, namun memberi waktu bagi pasukan utama untuk mempersiapkan diri. Matahari belum lagi memancarkan sinarnya saat benturan dua gunung sudah mengguncang bumi.
Bizantium melancarkan serangan untuk menjepit pasukan tengah, terjadi pertempuran yang seimbang dan tidak terlalu keras di bagian tengah.
Namun di sayap kanan, pasukan Bizantium di bawah komando Pangeran Qanater menghantam keras pasukan infantri sayap kanan Muslimin pimpinan Amru bin Ash sehingga tertekan mundur ke belakang. Amru berhasil memukul balik musuh, namun Qanater segera mengganti pasukannya yang masih segar.
Amru berhasil untuk kedua kalinya memukul lawan. Saat pasukan Qanater maju dengan kekuatan barunya (baris ketiga), pasukan Muslimin sudah letih sehingga tertekan dan mundur perlahan-lahan akibat desakan Bizantium.
Amru meminta bantuan dari 2.000 kavaleri MG (Mobile Guard).
Setelah berhasil menahan sesaat serangan musuh, mereka pun terpukul mundur. Beberapa pasukan infantri Amru lari ke belakang yang sudah begitu dekat dengan markas. Namun tiba-tiba saja mereka dihadang oleh para Muslimah dan mujahidah dengan tiang tenda tajam dan lemparan batu.
“Semoga Allah mengutuk mereka yang lari dari musuh!” teriak seorang Muslimah.
“Engkau bukan suamiku jika engkau tidak bisa menyelamatkan kami dari orang-orang kafir!” teriak yang lain.
Merasa malu mendapat celaan dan takut akan murka Allah, beberapa pasukan yang mundur, kembali maju ke depan. Amru bin Ash kemudian melancarkan counter attack yang kedua dengan infantri dan kavalerinya.
Pada bagian sayap kiri, pertempuran tidak kalah keras, pasukan Gregory bertemu dengan Yazid. Pasukan rantai Gregory bergerak lambat namun solid sehingga menekan pasukan Muslimin. Yazid mengerahkan kavaleri kudanya, namun tidak bisa membalas tekanan Bizantium. Beberapa barisan Muslimin pun mulai koyak sehingga ada yang lari ke belakang.
Tidak sedikit yang lari dari medan pertempuran. Seorang penunggang kuda dari satuan Yazid yang pertama tiba di belakang (markas) adalah Abu Sofyan. Ia disambut pasukan wanita yang dipimpin Hindun (istrinya) dan Khaulah. Mereka juga meneteng tiang tenda dan bebatuan.
“Mau kemana putra Harb? Kembalilah bertempur dan tunjukkan keberanianmu, dengan begitu semoga engkau mendapat ampunan Allah karena memiliki dosa melawan Rasulullah!” sergah Hindun sambil memukulkan tongkatnya ke kepala kuda suaminya, Abu Sofyan.
Pasukan wanita lainnya juga menyindir dan menyemangati kembali pasukan yang mundur sehingga kembali ke depan barisan. Bahkan ada beberapa mujahidah yang maju ke depan dengan kuda dan berhasil membunuh pasukan Bizantium dengan pedangnya.
Rencana Mahan berhasil, pasukan tengah terjepit dan tertekan ke belakang, begitu pula pasukan sayap Muslimin. Namun belum berhasil menceraiberaikan pasukan pimpinan Khalid ra. itu. Di pertengahan hari, Khalid ra. memutuskan menggunakan mobile guard-nya dan kavaleri cadangan untuk membalas tekanan musuh serta untuk menstabilkan situasi.
Khalid ra. bergerak ke sayap kanan bersama mobile guard dan kavaleri cadangan sayap kanan untuk menyerang sisi pasukan Qanater, pada saat yang sama, Amru bin Ash membalas serangan dari barisan depan. Diserbu dari dua arah terus menerus, membuat pasukan yang terdiri dari orang Slavia ini mundur ke tempat awalnya semula. Amru bin Ash kembali mengambil alih panggung sayap kanan dan menata ulang pasukannya untuk ronde berikutnya.
Khalid ra. kemudian bergerak ke arah sayap kiri, bersama Yazid membalas tekanan pasukan Gregory. Khalid ra. juga menggerakkan satu resimen kavaleri pimpinan Dhirar untuk menghantam barisan depan pimpinan Dairjan (bagian kanan dari barisan tengah) sehingga mundur ke belakang.
Khalid ra. lalu menerjang pasukan Gregory dengan mobile guard-nya, menyebabkan barisan Gregory mundur, namun bergerak lambat karena adanya rantai yang mengikat antar pasukannya.
Perang Yarmuk Hari Kedua, counter attack sayap kanan Counter attack sayap kiri. Situasi kritis justru melanda pasukan Bizantium, Dhirar berhasil menghancurkan barisan Dairjan bahkan membunuhnya. Saat matahari terbenam, pertempuran pasukan tengah sudah mereda, dan Bizantium kembali mundur seperti pada posisinya di pagi hari. Bizantium juga kembali mengalami kerugian besar seperti di hari pertama, ditambah moral pasukan yang mulai menurun. Di barisan Muslimin, hanya satuan Amru yang merasakan pertarungan terberat. Secara umum, pasukan Muslimin kembali menunjukkan taring imannya, dimana senjata dan jumlah tidak pernah menjadi prinsip dalam pertempuran jihad.
Para Muslimah pada malam harinya kembali mengobati luka-luka yang diderita para mujahidin. Semangat mereka berkobar karena para mujahidin berhasil memukul mundur pasukan musuh yang lebih besar jumlahnya. Di pihak Bizantium, mereka menderita kerugian besar dimana ribuan pasukannya tewas termasuk salah seorang jendral elite-nya, Dairjan. Mahan lantas menunjuk Qaren sebagai pengganti Dairjan.
Hari Ketiga
Setelah kegagalan rencana tempurnya yang terlalu ambisius serta kematian komandan seniornya, Mahan mencoba taktik yang lebih realistis.
Yakni menghantam daerah antara barisan tengah dan sisi kanan pasukan Muslimin yang nampak lemah berdasarkan pengalaman sebelumnya. Qanater memimpin penyerangan ini. Pertempuran pun dimulai dengan benturan antara Bizantium dengan Amru bin Ash dan Syurahbil.
Medan pertempuran terkeras dialami kembali oleh Amru. Jumlah pasukan musuh yang besar sementara pasukan Muslimin mulai keletihan karena tidak memiliki pasukan cadangan yang cukup untuk mengganti pasukan yang terlukan dan kecapaian. Beberapa front mulai koyak akibat serangan pasukan Qanater. Tak ayal sebagian Muslimin mundur lari ke belakang, dan lagi-lagi mereka berhadapan dengan para mujahidah, sehingga terpaksa mereka kembali lagi ke depan.
“Lebih mudah menghadapi orang-orang romawi daripada wanita kita!” celetuk seorang prajurit Muslimin.
Seorang mujahidah menghampiri Khalid dan menyarankannya untuk segera membantu pasukan Amru. Sang panglima Khalid ra. segeramengirimkan mobile guard-nya memukul sisi kanan pasukan Qanater yang merupakan pasukan tengah bagian kanan Bizantium. Pada saat yang sama Amru juga melancarkan serangan balasan kavalerinya dengan memukul sisi kiri Qanater. Sementara Syurahbil memukul balik dari garis depan.
Benturan keras terjadi antar kedua pihak. Qanater pun kelabakan digerus dari berbagai sisi sehingga ketika masuk waktu sore, ia terpaksa mundur kembali pada posisi awalnya seperti di pagi hari. Pertempuran usai saat matahari terbenam. Ribuan pasukan Bizantium tewas di hari ketiga, sedangkan pasukan Muslimin hanya kehilangan ratusan mujahid. Pada malam harinya, Khalid dan Abu Ubaidah berjalan mengunjungi setiap satuan tempurnya dengan memberi semangat terhadap mereka yang terluka.* (Bersambung)
Abu Fatah Grania Penulis Panglima Surga @nugrazee
Referensi; The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed, His Life and Campaigns, I. A. Akram, 1969, Pakistan

No comments: