Fakta Kebohongan Negara Sosialis–Komunis

pki komunisSEBELUM melakukan kudeta, negara-negara sosialis-komunis seolah mendukung demokrasi, seolah memperjuangkan nasib buruh dan petani, seolah menghormati kebebasan berpendapat, seolah sama rata sama rasa, seolah tidak anti agama, dan seolah kampiun Hak Asasi Manusia (HAM). Tapi apa ayang terjadi sesungguhnya?
Taufik Ismail dalam bukunya “Sesudah 50 Tahun Gagalnya Kudeta PKI (1965-2015)” mengurai fakta tentang kebohongan mereka di sejumlah negara sosialis-komunis. Inilah faktanya:
Pertama, menentang demokrasi. Ternyata tidak ada pemilihan umum bebas dan rahasia di negara sosialis-komunis. Memang betul ada pemilu, tetapi hanya diikuti satu partai, yaitu Partai Komunis secara tunggal. Calon anggota legislatif yang ikut berjumlah banyak, tetapi semuanya hanya satu partai, yaitu Partai Paru Arit.
Kedua, menentang nasib buruh. Di negara sosialis-komunis, buruh dilarang mogok. Sangat aneh dan tidak terbayangkan duta besar Marxixme-Leninisme ini. Bila akhirnya berkuasa, mereta ternyata lebih kejam dari pemerintah kapitalis, yaitu kaum buruh bangsa sendiri mereka ditindas dengan larangan mogok.
Ketiga, menentang nasib petani. Sebelum kudeta, petani dijanjikan akan diberi tanah. Di Rusia, tah petani malah dirampas, 6 juta petani dibantai oleh Stalin, karena mereka dianggap borjuis.
Keempat, menentang kebebasan berpendapat. Dinegara-negara non komunis, partai komunis dengan seluruh underbouw-nya menjadi kampiun kebebasan berpendapat, dan berteriak bila mereka dibatasi. Tetapi bila kudeta sukses, hak kebebasan pendapat bagi lawan-lawannya kemudian dicabut. Di negara sosialis-komunis, partai yang lain boleh ada, tetapi mereka bermukim di dalam penjara.
Kelima, menentang sama rata sama rasa. Semboyan yang selalu didengung-dengungkan ini sebelum mereka berkuasa. Sementara rakyat kecil yang kurang pangan ikut antrian panjang memegang mangkuk sup panas di musim salju, pimpinan partai berbelanja leluasa bisa membeli segala macam barang konsumsi di toko khusus. Ketika rakyat miskin tinggal di flat sempit, tokoh-tokoh partai mendapat villa dan bungalow ekstra untuk liburan di luar kota.
Keenam, menjadi anti agama. Inilah dusta terbesar Palu Arit. Anak-anak buah partai berbohong di seluruh dunia, bahwa mereka tidak anti agama, tetapi Lenin menginstruksikan: “Kita harus memerangi agama”. Lenin membunuh 28 Uskup, 1.200 pendeta dan 800.000 muslimin. Mereka meruntuhkan 9.000 gereja dan 30.000 masjid. Gereja habis 90%, masjid 99,015% di Uni Soviet.
Ketujuh, menentang kampiun Hak Asasi Manusia. Pengakuan atau klaim mereka, bukan saja pro HAM, tapi kampiun atau jagoan HAM. Lagi-lagi mereka berdusta. Selama 74 tahun (1917-1991), untuk mencapai tujuannya, Palu Arit membantai 120 juta manusia di 76 negara. Marxis –Leninis adalah penginjak-injak HAM terbengis dalam sejarah umat manusia. Inilah laporan Prof. Dr. R.J. Rummel selama 8 tahun.
Ideologi yang mengusung lambang Palu Arit ini akhirnya bangkrut total. Partai Komunis Rusia dibubarkan oleh Presiden Uni Soviet sendiri, Boris Yeltsin pada 26 Desember 1991. Yeltsin tak sangsup menyelesaikan masalah politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya di seluruh dunia.
Di Indonesia, Reformasi 1998 menjadi kesempatan longgar bagi KGB (Komunis Gaya Baru), organisasi tak berbentuk, reinkarnasi dari PKI yang sudah bubar, sosoknya menjelma dalam bentuk berbagai LSM untuk bergerak lagi. /Bersambung
(Desastian/Islampos)

No comments: