Israel, dan Kepercayaannya pada Talmud

rabbi yahudi
‘Nasib bangsa Yahudi akan menjadi salah satu perhatian ummat manusia pada abad ke 20 mendatang.’ Nietzsche
SEKARANG Zionisme Internasional telah meraih sukses besar dalam mewujudkan cita-citanya. Kelahiran Israel adalah hasil persekongkolan internasional terhadap hak bangsa Arab. Namun impian ‘Bangsa Pilihan Tuhan’ tetap merupakan tujuan yang lebih besar daripada negeri Israel di Palestina itu.
Dr. Nahem Golman mengatakan : “Bangsa Yahudi telah memilih Palestina bukan karena tambang yang dihasilkan dari Laut Mati bernilai 3 milyar dolar, bukan pula karena cadangan minyak yang ada di Palestina diperkirakan melebihi yang ada di Amerika Utara dan Selatan, tetapi pertama karena mereka berpegang pada ajaran Taurat, dan kedua karena Palestina adalah titik pusat yang paling vital bagi kekuatan dunia, dan merupakan pusat strategis kemiliteran yang bisa dijadikan tonggak untuk menguasai dunia.”
Kita telah memperpanjang pembicaraan tentang impian Yahudi dan keyakinan mereka. Ringkasnya, mereka berkeyakinan, bahwa Yahudi adalah bangsa superior (unggulan) pilihan Tuhan, dan bangsa lain adalah bangsa inferior (Gentiles) yang sengaja dicipta Tuhan untuk mengabdi kepada bangsa Yahudi. Di antara ajaran yang mereka pegang adalah menghalalkan segala cara, yang senantiasa berlawanan dengan moral agama mana pun, demi upaya mewujudkan cita-cita mereka.
Kalau kita simak sepanjang sejarah bangsa Yahudi, kegagalan dan kehinaan justru selalu mereka alami, sejak peristiwa penawanan mereka oleh Nebuchadnezzar II, kemudian digiring ke Babilonia. Nasib buruk selalu menimpanya, karena semua itu disebabkan oleh watak asli dan perilaku mereka yang sebenarnya. Itulah sebabnya, keramahan bangsa- bangsa di dunia berubah menjadi kebencian terhadap mereka.
Sebagaimana telah disinggung di muka, negara Israel dilahirkan dalam kondisi istimewa. Negara superpower yang tidak sepakat dalam satu masalah, menyepakati juga berdirinya negara Israel, karena negara itu punya kepentingan dengan Zionisme Internasional. Maka, para penguasa negara itu dikuasai oleh sikap pemikiran balas budi (moral obligation) dan belas kasihan, misalnya karena kekejaman Nazi Hitler kepada Yahudi.
Itulah sebabnya, bantuan Jerman kepada Israel masih tetap mengalir sebagai pembayaran ganti rugi atas kekejaman pasukan Nazi terhadap mereka.
Dalam ceramahnya yang disampaikan di Montreal , Canada tahun 1947, dan dimuat dalam harian The National Unity edisi 12 tahun 1953. Meskipun Israel mempunyai kekuatan fisik, namun sampai sekarang masih hidup dengan bantuan luar negeri, terutama dari negara yang dikendalikan oleh Pemerintah di balik layar. Seandainya bantuan itu dihentikan, maka Israel akan segera gulung tikar dalam waktu singkat. Itikad dan naluri ekspansionismenya merupakan sebab kehancuran bagi dirinya sendiri.
Kita tentu masih ingat peristiwa penyanderaan sejumlah atlet Israel oleh sekelompok gerilyawan Palestina pada Olimpiade Munich (München) tahun 1972. Para gerilyawan Palestina menuntut, agar pemerintah Israel membebaskan para tawanan Palestina dari penjara. Namun pasukan Israel justru membantai para atletnya sendiri yang disandera bersama dengan para penyandera mereka.
Hal ini dilakukan oleh Israel sebagai alasan untuk melegitimasi kekejaman pasukannya pada hari Sabtu, sebelum ‘Hari Ampunan’19, dengan menyerbu Libanon dan membantai ratusan penduduk sipil. Padahal, Sabtu adalah hari suci orang Yahudi. Namun membunuh orang non-Yahudi pada hari itu dianggapnya sebagai persembahan kurban kepada Tuhan. Menurut kepercayaannya, perbuatan itu lebih besar pahalanya daripada memperingati hari besar mereka.
Sebenarnya kepercayaan Yahudi kepada Talmud tidak ada legitimasi Israel di Palestina. Bangsa Yahudi tidaklah banyak, meskipun mereka berkumpul menjadi satu. Eksistensi negara Israel menggantungkan hidupnya dari bantuan dan belas kasihan negara lain. Kedua unsur itu merupakan indikator kuat bagi kerapuhan negara Zionis itu. Namun perlu dicatat, bahwa kehancuran akibat kerapuhan itu tidak akan terjadi begitu saja, mengingat adanya dukungan materi dan non-materi dari negara super power kepada Israel. Seandainya ia bisa memenuhi hidup tanpa bantuan pihak lain, Yahudi akan bisa bertahan lama. []
Sumber: Yahudi Menggenggam Dunia/ William G. Car/Pustaka Al-Kautsar

No comments: