Kampung TurAceh

Komplek Makam Tengku Di Bitai dan Sultan Salahuddin ini sendiri terletak di tengah perkampungan desa Bitai dengan luas area 500 meter persegi “Kampung Turki” di Banda Aceh

ada 48 buah makam para guru, ustadz, juga petugas militer) Kekhilafahan Turki Utsmani yang pernah bertugas di Aceh
Perhatian baik-baik, apakah pemandangan ini berada di Turki? Salah. Ini adalah area pemakaman di Masjid Bitai, Banda Aceh.
Inilah fakta yang menunjukkan hubungan antara Banda Aceh dan Kekhilafahan Turki Utsmani. Sebab di tempat ini, banyak warga Turki (menurut catatan, ada 48 buah makam para guru, ustadz, juga petugas militer) Kekhilafahan Turki Utsmani yang pernah bertugas di Aceh.
Kita tahu bahwa untuk membantu melatih para rakyat Aceh mengusir penjajah, Turki Utsmani mengirimkan bantuan berupa materil dan non materil. Senjata lengkap dengn tentara dan pelatihnya. Ilmu lengkap dengan pengajarnya dan lain sebagainya.
Bitai adalah sebuah desa/kelurahan di Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh. Sebelum terjadi Gempa Bumi dan Tsunami pada samudra Hindia 26 Desember 2004, penduduknya berjumlah 1.580 jiwa. Dari hasil sensus pasca tsunami diketahui jumlah penduduknya sekarang berjumlah 421 jiwa (2005).
Menurut laman KabarIndonesia, Bitai adalah nama sebuah perkampungan yang ditempati para ulama Islam dari Pasai Pidie dan ulama itu berasal dari Negara Baitul Muqdis/Baital Maqdis (Palestina) dan saat kejayaan peradapan Islam, Palestina masuk dalam wilayah Kekaisaran Khalifah Turki Utsmani (dulunya dikenal Kekaisaran Rum).
Kerajaan Rum berhasil takluk, Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium (Bizantin, Byzantin, Byzantine) adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan Kekaisaran Romawi pada masa Zaman Pertengahan, berlokasi di sekitar ibukotanya di Konstantinopel atau Kekaisaran Kristen yang berhasil di taklukan oleh Kekaisaran Islam Khalifah Turki Utsmani.
Pasca kemenangan pasukan Islam atas pasukan Kristen di benua Eropa, nama Kota Konstantinopel diganti menjadi Istambul.
Alkisah, semula para ulama Turki ingin mengajarkan Islam di Aceh dan pasantren, Perkembangan Islam di Bitai selanjutnya sangat maju karena banyak orang luar Aceh yang belajar untuk memperdalam agama Islam.
Di samping mengembangkan agama Islam, para kepala Negara itu juga mengadakan kerja sama pada bidang ekonomi dan perdagangan serta menjalin hubungan yang baik pada masalah ketahanan negara.
Turki ikut berjasa membantu Aceh memberikan perlengkapan perang di masa Pemerintahan Sri Sultan Salahuddin (Sultan Aceh kedua yang mangkat pada tahun 1548 M, hanya memerintah 28 tahun tiga bulan).
Di masa pemerintahannya, Salahuddin bekerjasama dengan Negara-negara lain seperti Turki, tanah Melayu, Pakistan dan Arab Saudi.
Kala itu, banyak masyarakat Melayu yang beragama Islam juga orang Turki pindah dan menikah dengan orang Aceh yang tinggal di Bitai.
Bitay_Aceh
Orang Turki tersebut yang pertama kali datang di Bitai, Banda Aceh itu bernama Muthalib Ghazi bin Mustafa Ghaz
Orang Turki tersebut yang pertama kali datang di Bitai, Banda Aceh itu bernama Muthalib Ghazi bin Mustafa Ghazi atau lebih terkenal dengan nama Tengku Syieh Tuan Di Bitai. Nama Bitai diambil untuk mengenang asal orang Turki tersebut dari Palestina atau Bayt Al-Maqdis nama lain dari Yerussalem tempat Masjid Al-Aqsa berada yang kini di duduki oleh Zionis Israel.
Pada saat wafatnya Raja/Sultan Salahuddin, orang Turki yang merupakan sahabatnya, memberikan wasiat bahwa pada saat meninggal dunia mereka minta dimakamkan saling berdekatan yaitu di Komplek Situs Makan Tuanku Di Bitai, Banda Aceh.
Jumlah makam kuno di sekeliling makam Sultan Salahuddin secara keseluruhan ada lebih 48. Secara keseluruhan batu nisannya berbentuk segi delapan dan hiasannya bertuliskan kaligrafi dengan bahasa Arab. Segi delapan mewujudkan delapan sahabat dari Aceh, Turki dan Saudi Arabia. Pada bagian bawah nisan terdapat pola luas tumpal, puncak nisan cembung diatasnya terdapat lingkaran sisi delapan.
Keturunan Tengku Di Bitai juga di makamkan di sekeliling makam Sultan Salahuddin dalam situs tanah wakaf dan terdapat masjid kuno yang terbuat dari kayu dan sebagian di semen dindingnya.
Pasca Tsunami masjid kuno tersebut mengalami kerusakan parah dan akhirnya dibangun suatu masjid baru dengan motif ornamen Timur Tengah bergaya negara Turki dan ada juga sebuah museum tentang sejarah kedatangan Turki di Bitai Banda Aceh.
Komplek Makam Tengku Di Bitai dan Sultan Salahuddin ini sendiri terletak di tengah perkampungan desa Bitai dengan luas area 500 meter persegi.
Desa Bitai dewasa ini sudah dibangun kembali dengan bantuan organisasi Palang Merah Turki yang membantu pembangunan rumah-rumah penduduk yang hancur diterpa oleh gelombang tsunami 26 Desember 2004 lalu serta bantuan negara Turki yang di fasilitasi juga dari kedutaan besar Turki di Jakarta dan dibuat rumah sebanyak 350 buah bagi warga yang selamat dari Gempa Bumi dan Tsunami yang sangat hebat di abad 21 ini dan diresmikan langsung oleh Wakil Perdana Menteri Turki yang datang ke Bitai Banda Aceh serta disaksikan oleh Gubernur Aceh Irwandi Yusuf.*

No comments: