Kota Islami Versi Al-Farabi dan Profesor Amerika

Suasana pengajian berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Suasana pengajian berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
 Sebuah kota dapat dikatakan Islami dari nilai-nilai universal yang dianutnya.

“Menurut sejarah tidak ada kriteria yang bisa menjelaskan ciri-ciri kota Islami itu seperti apa. Hal tersebut muncul dari ide-ide para filusuf seperti Al-Farabi pada abad ke-10,” terang Associate Professor University of California, Riverside, Amerika Serikat Prof. Muhammad Ali saat acara  Public Expose Indeks Kota Islami di Gedung Dakwah Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Kamis (27/8).

Al-Farabi menulis dalam kitabnya, Mabadi Aroan Al Madinah al Fadilah bahwa ada prinsip-prinsip kota yang memiliki keutamaan.
Kota yang utama, ditulis Al-Farabi, harus dipimpin seperti Rasulullah SAW atau para filsuf yang memiliki kecerdasan, kekuatan mengayomi, sehat secara jasmani dan rohani.
Kota utama pun harus aman, damai, dan sejahtera. Menurutnya, hal itu berlandaskan dari Alquran dan hadis, tapi tidak ada kesepakatan bahwa kota itu berada dimana.

"Artinya ,kota Islami ini memiliki kesamaan dengan nilai-nilai universal, bisa dipakai untuk kota yang secara agama bukan Muslim, seperti Papua," ujar Muhammad Ali.
Menurutnya hal ini serupa dengan penilaian bahwa warga Amerika bisa dikatakan sebagai pengikut akidah Protestan. Hal ini disebabkan karena Protestan memiliki sifat individualistik yang artinya sangat mementingkan individu agar bisa maju dan bisa kompetisi.

"Yang kedua, budaya menabung, mereka itu bagian dari Protestan tanpa harus disebut Protestan," katanya.

Ia menjelaskan bahwa meski kota tersebut tidak memiliki label Islami tapi dapat menjaga nilai-nilai Islami seperti menjaga harta benda, menjaga kehidupan, menjaga akal, menjaga agama, menjaga keturunan, dan menjaga lingkungan sehingga warganya bersikap Islami.
Reporter : c 27 Redaktur : Indah Wulandari

No comments: