Yusuf, “Meninggalkan Zina, Dapatkan yang Terbaik”

padang pasir
TELAH kita ketahui bahwasanya perbuatan zina itu ialah perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Kita pun mengerti bahwa perbuatan itu akan memberikan dampak buruk bagi dirinya sendiri dan juga keluarganya. Tapi, mengapa masih banyak orang yang melakukannya?
Jika perbuatan itu masih saja Anda lakukan, maka Anda harus mengingat kembali kisah tentang Nabi Yusuf AS. Masihkah ingat dengan kisah Nabi Yusuf yang digoda oleh Zulaikha? Ya, hampir saja keduanya melakukan perbuatan tercela, tapi atas pertolongan Allah kepada Nabi Yusuf, akhirnya perbuatan tersebut tidak sampai terjadi.
Allah SWT berfirman, “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tingga di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, ‘Marilah ke sini.’ Yusuf berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah, sesungguhnya tuanku telah memperlakukanku dengan baik.’ Sesungguhnya orang-orang yang dzalim tidak akan beruntung. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya. Demikianlah, agar Kami memalingkan kemungkaran dan kekejian darinya. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih,” (QS. Yusuf: 23-24).
Allah menyebutkan godaan istri Al-Aziz kepada Yusuf AS dan permintaannya kepada Yusuf sesuatu yang tidak pantas dengan keadaan dan kedudukannya. Yakni wanita itu berada di puncak kecantikan, kejelitaan, kedudukan dan amat masih muda. Ia menutup semua pintu untuk mereka berdua. Ia telah siap untuk menyerahkan dirinya, berhias dan mengenakan pakaiannya yang paling indah dan mewah. Padahal bersama semua ini, ia adalah seorang istri menteri.
Sedangkan Yusuf AS kala itu adalah seorang pemuda tampan, elok, muda, diinginkan (para wanita), masih perjaka dan tidak ada yang bisa menggantikannya. Ia jauh dari keluarga dan kampung halamannya. Sedangkan orang-orang yang tinggal di tengah-tengah keluarga dan sahabatnya tentu akan malu jika mereka mengetahui perbuatan kejinya, sehingga akan jatuhlah kehormatannya dalam pandangan mereka.
Tetapi, jika ia berada di negeri asing, maka kendala itu sirna. Apalagi wanita itu sendiri yang meminta, sehingga menjadi hilanglah kendala yang biasa menghinggapi laki-laki; permintaannya dan rasa takutnya untuk ditolak. Dan wanita itu berada dalam kekuasaan dan rumahnya sendiri, sehingga ia tahu persis kapan waktu yang tepat, dan di tempat mana yang tak ada seorang pun bisa melihat.
Namun, bersama itu semua, Yusuf AS justru menjaga diri dari perbuatan haram, dan Allah menjaganya dari perbuatan keji, karena dia adalah keturunan para nabi. Allah menjaganya dari tipu daya dan rencana jahat para wanita. Dan Allah pun menggantinya dengan memberinya kekuasaan di negeri Mesir, ia bebas pergi ke mana saja yang ia kehendaki di negeri Mesir itu, dan memberinya kerajaan. Lalu wanita itu (Zulaikha) datang kepadanya dengan merendahkan diri, meminta dan mengiba agar dinikahinya secara halal, maka Yusuf pun menikahinya. Ketika malam pertama, Yusuf berkata kepadanya, “Ini lebih baik daripada apa yang dulu engkau inginkan.” (Pernikahan Nabi Yusuf AS dengan Zulaikha ini terjadi setelah suami Zulaikha, Al-Aziz meninggal dunia. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/396. Ed. T.)
Dari kisah Nabi Yusuf AS dan Zulaikha tersebut, kita dapat mengambil hikmah bahwasanya ketika kita meninggalkan yang haram, maka Allah menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya.
Sebab keteguhannya meninggalkan perbuatan yang haram, Yusuf AS termasuk penghulu dari tujuh (golongan) para tokoh yang mulia dan bertakwa yang disebutkan dalan ash-Shahihain dari penutup para nabi. Dari sabda beliau SAW yang berasal dari Tuhan langit dan bumi,
“Ada tujuh (golongan) yang Allah menaungi mereka dalam naungan-Nya, pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, (yaitu): (Pertama), pemimpin yang adil, (kedua), laki-laki yang mengingat Allah secara menyendiri kemudian air matanya mengalir, (ketiga), laki-laki yang hatinya tertambat dengan masjid saat ia keluar darinya sampai ia kembali kepadanya, (keempat), dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, (kelima), laki-laki yang bersedekah dengan suatu sedekah, lalu dia menyembunyikan sedekahnya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, (keenam), pemuda yang tumbuh (dengan senantiasa) beribadah kepada Allah, dan (ketujuh), laki-laki yang diajak (berzina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, (tetapi) ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’.” []
Sumber: Kisah-kisah Nyata/Karya: Ibrahim bin Abdullah al-Hazimi/Penerbit: Darul Haq, Jakarta

No comments: