Ada Konspirasi Yahudi di Balik Revolusi Prancis

170785_revolusi-perancis-1789_663_382
NEGARA-negara yang diberi peringatan tentang adanya ancaman bahaya Konspirasi ternyata tidak menanggapi sepenuhnya, dan tidak mengambil langkah apa-apa untuk menanggulangi. Maka pemerintah Bavaria beberapa kali menulis surat kepada ratu Prancis, Marie Antoinette, yang isinya mengingatkan ratu tentang adanya bahaya Konspirasi yang telah membuat rancangan khusus untuk menguasai Prancis lewat Perkumpulan Free Masonry Prancis.
Akan tetapi, ratu Marie Antoinette, putri Raja Francois I dari kerajaan Austria itu tidak bisa mempercayai peringatan itu. Karena peringatan itu terus datang bertubi-tubi, maka ratu Marie Antoinette kemudian membalas surat-surat yang datang dari pemerintah Bavaria itu. Dengan panjang lebar ratu membantah peringatan itu, yang diantaranya ia mengatakan, “Tentang masalah yang berhubungan dengan Prancis, keprihatinan Anda terlalu dibesar besarkan mengenai kegiatan Free Masonry itu. Aku percaya, gerakan itu di Prancis merupakan gerakan yang terkecil diantara yang ada di seluruh Eropa”.
Dalam lembaran sejarah terdapat bukti-bukti yang menunjukkan kesalahan besar yang telah dilakukan oleh ratu Marie Antoinette. Kesalahan ini mengakibatkan ia sendiri dan suaminya Raja Louis XVI mengakhiri riwayatnya di atas tiang maut Guilotin, dan mayoritas sejarawan sepakat menyatakan, bahwa Marie Antoinette adalah seorang ratu yang bergaya hidup mewah dan boros, serta mempengaruhi gaya hidup seluruh kerabat sentana istana kerajaan Prancis.
Selain itu, Marie Antoinette juga dicatat dalam sejarah sebagai playgirl kelas elit, yang mengkhianati suaminya bersama teman-teman karibnya. Padahal deskripsi busuk seperti itu tidak lain adalah hasil gosip Palsemo dan para Propagandis revolusi dalam rangka mengangkat tuduhan palsu ke atas permukaan publik, sehingga mereka akan bertambah benci kepada ratu. Dengan demikian, tangan-tangan tersembunyi akan mudah menuntut keluarga kerajaan di depan pengadilan.
Beberapa sejarawan menulis betapa tabah ratu Marie Antoinette dan suaminya menghadapi maut di atas pisau alat pembunuh sadis Guilotin. Isu gosip populer yang pernah tercatat dalam sejarah ratu Marie Antoinette adalah tentang skandal ‘Kalung Permata Ratu’, yang dijadikan alat untuk mencoreng wajah sang ratu. Adam Weiz Howight dan Mondelhen pernah merancang suatu sketsa gagasan seperti berikut :
“Masalah isu krisis ekonomi telah menjadi buah bibir masyarakat luas. Pada saat kas kerajaan Prancis kosong, dan pemerintah terpaksa pinjam dari para pemilik modal Yahudi Internasional, maka terbukalah kesempatan untuk membuat gosip yang menggemparkan Tangan Terselubung. pihak Konspirasi membuat surat palsu atas nama ratu, untuk memerintahkan seorang perajin membuat kalung dari batu mulia kelas wahid, mirip permata dalam dongeng. Batu permata itu seharga seperempat juta Franc, suatu harga yang amat tinggi saat itu.”
Setelah perajin permata itu selesai mengerjakan instruksi palsu itu, ia membawanya ke istana kerajaan. Alangkah terkejutnya baginda ratu dan menolak mentah-mentah surat palsu atas nama ratu itu. Di luar kepalsuan itu, berita tentang kalung permata tersebut telah menjadi berita populer di seluruh Prancis, karena Palsemo telah menyebarluaskan secara besar-besaran. Tidak pelak lagi, Marie Antoinette telah menjadi tumbal gosip, dan nama sang ratu jatuh sedemikian parahnya akibat tuduhan pemborosan, kebejatan dan tuduhan busuk lain yang ditujukan kepadanya.
Ketika ketegangan gosip telah mencapai titik runcing, Palsemo bermaksud membuat pukulan yang mematikan terhadap Marie Antoinette. Palsemo mencetak selebaran dalam jumlah yang besar, yang isinya menghasut dan memperuncing kebencian terhadap sang ratu. Dikatakan, bahwa sang ratu telah diberi hadiah berupa kalung itu dari seorang pacar gelapnya, sebagai tanda mata setelah keduanya dengan diam-diam terlibat dalam skandal seks.
Bukan hanya itu. Nama baik Marie Antoinette dilucuti habis-habisan di mata umum, dengan munculnya surat palsu lagi atas nama ratu, yang ditujukan kepada seorang bangsawan Prancis, yaitu seorang Kardinal bernama De Rohand. Dalam surat itu disebutkan, bahwa ratu minta agar sang Kardinal menemuinya pada tengah malam di sebuah tempat peristirahatan di taman Palais Royal, untuk membicarakan masalah isu kalung permata di atas.
SEMENTARA itu, seorang dayang kerajaan yang telah dipersiapkan oleh Konspirasi menemui Kardinal di tempat yang telah ditentukan itu dengan berpakaian menyamar seperti ratu layaknya di tengah malam itu. Ketika itulah fitnah berbau gosip itu disebarluaskan untuk menjatuhkan nama baik sekaligus juga mencemarkan nama baik tokoh gereja. Sejarah telah mengungkap, bagaimana kalung permata hasil fitnahan itu dipindah dan disembunyikan di London. Diduga permata mahal yang terdapat pada kalung itu disimpan oleh jutawan Yahudi di London bernama Elyason.
Di London masih terdapat bukti-bukti yang menguatkan keterlibatan tokoh-tokoh Yahudi Inggris dengan persekongkolan yang merancang meletusnya Revolusi Prancis. Bukti-bukti itu merupakan rahasia selama beberapa tahun lamanya, dan terbongkar oleh Lady Queensburgh, permaisuri Lord Queensburgh. Dalam bukunya yang berjudul ‘Pemerintahan Gereja Terselubung’, Lady Queensburgh mencatat bukti-bukti yang pernah ditemukan dalam sebuah manuskrip lama yang berjudul ‘Permusuhan terhadap Unsur Semitik’, ditulis oleh seorang Yahudi Benjamin Gold Smidt pada tahun 1849.
Berkat wawasannya yang luas, Lady Queensburgh berhasil mempelajari manuskrip tersebut dan menganalisanya, yang pada akhirnya mendapat buktibukti kuat yang menunjukkan, bahwa Benjamin Gold Smidt dan saudaranya Abraham Gold Smidt serta kawannya Sir Moshe Montifor, yang ketiganya adalah pemilik modal keuangan di Inggris, merupakan anggota jaringan Konspirasi Yahudi di seluruh Eropa yang telah merancang revolusi Prancis itu.

Juga terdapat bukti lain yang menguatkan pernyataan Lady Queensburgh di atas manuskrip yang lama, yaitu seorang konglomerat Yahudi berasal dari kota Berlin Jerman, bernama David Erend Lander dan seorang konglomerat Yahudi lainnya bernama Henzegerber adalah anggota jaringan Konspirasi yang bekerja di bawah pimpinan langsung Rothschild. Demikianlah tabir-tabir itu terungkap oleh kita, sehingga para tokoh di balik tabir itu tampak dengan jelas. Dan itulah para anggota kekuatan Konspirasi.
Kita tidak banyak membicarakan masalah sarana yang dipakai oleh para tokoh Yahudi itu dalam kegiatan mereka untuk menjatuhkan ekonomi pemerintah kerajaan Prancis. Kita bisa melihat data-data sejarah, lalu menganalisanya untuk mengambil kesimpulan dari sarana-sarana yang dipakai oleh kekuatan Konspirasi, seperti yang terjadi di Rusia, Spanyol dan Amerika. Tentang sarana yang dipakai Konspirasi berkenaan dengan situasi revolusi Prancis, seorang sejarawan Inggris bernama Sir Walter Scott mengatakan,
“Para pemilik modal itu memperlakukan pemerintah kerajaan Prancis seperti rentenir yang siap mewarisi harta kekayaan milik yang berhutang dengan boros dan mewah. Mereka mengulurkan hutang besar-besaran dengan satu tangan, dan tangan lainnya menerima bunga hutang tersebut yang berlipat ganda jumlahnya. Maka tidak mengherankan kalau kas negara menjadi kosong dalam waktu singkat. Sebagai akibatnya, para pemberi hutang itu mendapat fasilitas dan hak-hak istimewa di negeri itu, sebagai jaminan timbal balik atas hutang-hutang tersebut. Dengan begitu lengkaplah jeratan yang mengikat leher pemerintah Prancis”.
Setelah Prancis mengalami krisis ekonomi yang parah, yang mendorong pemerintah terus mencari pinjaman dengan bunga sangat tinggi untuk membiayai perang dan pergolakan, para pemilik modal dengan senang hati mengulurkan pinjaman yang dibutuhkan itu, dengan syarat mereka diberi wewenang mencetak mata uang Prancis dengan leluasa. Syarat itu pada awalnya tidak terasa begitu berat. Namun pada hakikatnya itu tidak berbeda dengan peribahasa Prancis yang mengatakan ‘Memasukkan seekor ular berbisa ke dalam kamar’

MAKSUDNYA adalah memasukkan wakil pihak pemilik modal dalam keuangan rumah tangga kerajaan Prancis. Pihak pemberi pinjaman itu tidak lain adalah Jacques Necker, yang kemudian dipilih oleh raja sebagai menteri keuangan Prancis. Setelah para pemilik modal berhasil mengorbitkan Necker, mereka memujinya lewat berbagai sarana propaganda yang mereka kuasai, bahwa Necker adalah seorang pakar ekonomi kelas kakap, dan satu-satunya orang yang mampu menyelamatkan perekonomian Prancis dari krisis yang sedang berjalan.

Padahal, setelah 4 tahun Necker berkuasa memegang kementerian keuangan, kondisi perekonomian Prancis makin bertambah buruk, sejajar dengan naiknya hutang-hutang yang dibuatnya. Seorang sejarawan Inggris Captain A. Romsey melukiskan kondisi ekonomi Prancis kala itu dalam bukunya yang berjudul ‘Sebuah Perang Tanpa Nama’ (A War Without a Name) sebagai berikut :

“Revolusi Prancis merupakan pukulan maut bagi orang yang sedang sakit, karena kuku-kuku hutang yang menancap, disusul dengan dikuasainya media massa dan kegiatan politik oleh para tokoh Yahudi. Tidak luput pula para tokoh lapisan masyarakat bawah juga mereka kuasai. Panggung massal telah siap menyajikan pertunjukan drama revolusi. Dengan segala cara para perancang Konspirasi menggerakan revolusi, dan dengan cengkeraman kukunya yang kuat mereka membuat raja tidak berdaya”.

Waktu itu Palsemo menghujani dengan selebaran-selebaran gelap. Sambil melaknat tokoh-tokoh istana dan gereja, para kaki tangan Konspirasi terus mengatur langkah dan strategi, dan melatih kader-kader yang kelak dijadikan pemimpin setelah sistem kerajaan runtuh. Di antara tokoh yang berhasil dipersiapkan oleh Konspirasi adalah Robespierre, Danton dan lain-lain. Ada pula yang secara khusus dipilih orang-orang yang bertugas menyerbu penjara Bastilles dengan maksud membebaskan para narapidana, agar narapidana ini melampiaskan kebenciannya kepada istana, sehingga seluruh kota Paris diliputi oleh iklim pergolakan.

Di antara pusat penataran itu adalah biara Saint Yacob di Paris. Jadi, rancangan berdarah itu disusun dari balik tembok tempat suci untuk beribadah. Di biara Saint Yacob itu pula dicatat daftar nama bangsawan dan pendukung kerajaan yang bakal dienyahkan dari muka bumi oleh para aktivis revolusi. Mereka ini juga memperalat orang-orang yang sakit jiwa dan para pejabat agar melakukan tindakan kriminal, sehingga situasi akan makin kacau.

Tujuan kekuatan Konspirasi di balik revolusi Prancis adalah untuk menguasai Prancis dari balik layar, dan dari sini melangkah lagi untuk menguasai dunia secara keseluruhan. Peristiwa demi peristiwa terjadi berturut-turut seperti telah kita ketengahkan sebelumnya. Konspirasi telah memperalat Duke Durlian sebagai kuda tunggangan. Mereka minta agar Durlian menghukum mati anak pamannya sendiri, raja Louis XVI, dan dia pula yang mengemban tanggung jawab atas kematian raja dan permaisurinya.

Sesungguhnya pihak Konspirasi lah yang bertanggungjawab atas semua peristiwa itu tapi para tokohnya bersembunyi dari balik kegelapan. Instruksi dari konspirasi kepada kalangan revolusioner untuk membunuh beberapa orang istana ternyata terulang kembali. Kali ini yang harus dibunuh adalah Durlian sendiri. Tokoh tunggangan ini difitnah melalui media massa, seperti pernah dialami oleh Marie Antoinette sebelumnya. Dalam waktu sekejap tuduhan keji dari publik Prancis dilontarkan kepada Durlian, yang akhirnya mengalami nasib sama seperti Marie Antoinette. Durlian digiring ke Guilotin.[]

Sumber: Yahudi Menggenggam Dunia/ William G. Car/Pustaka Al-Kautsar

No comments: