Pangeran Sidang Lautan, dan awal berdirinya Kerajaan Palembang?

Pangeran Sidang Lautan (Pangeran Seda ing Lautan), merupakan seorang pengikut setia Raden Patah. Ketika Kesultanan Demak berdiri, ia pergi dari tanah kelahirannya Palembang menuju tanah Jawa, untuk membantu Raden Patah membangun kekuatan militer Kesultanan.
Pada sekitar awal abad ke-16, Pangeran Sidang Lautan mendapat tugas dari Kesultanan Demak, untuk mempersiapkan armada perang di Palembang.
Di tahun 1511 Malaka dikuasai oleh Potugis. Perlakuan Portugis ini tentu membuat marah Kesultanan Demak.
Pada tahun 1512, Balatentara Demak dibantu armada dari berbagai daerah, melakukan penyerbuan ke Malaka.
Pasukan militer Palembang, dibawah pimpinan Pangeran Siding Lautan, ikut bergabung dalam pertempuran ini. Namun sudah menjadi suratan takdir, serangan Pasukan Gabungan ini mengalami kegagalan, dan Pangeran Sidang Lautan wafat dalam peperangan (Sumber : Buku “Sejarah Daerah Sumatera Selatan”, tulisan Drs. Ma’moen Abdullah, hal. 59-71).
suro1
Awal Berdirinya Kerajaan Palembang
Pada tahun 1518, Raden Patah wafat, dan digantikan oleh menantunya Pati Unus. Dan di tahun 1521, armada Demak dipimpin Pati Unus, kembali menyerang Portugis di Malaka.
Untuk kali kedua, serangan Demak terhadap Portugis mengalami kegagalan, Pati Unus wafat dalam pertempuran, tahta Kesultanan Demak kemudian dipegang oleh putera Raden Patah, yang bernama Sultan Trenggana.
Di tahun 1528, Sultan Trenggana mengangkat Ki Gede ing Suro (Maulana Alhabdin Nabiallaham Gedeng Suro), putera Pangeran Sideng Lautan menjadi wakil Kesultanan Demak di Palembang.
Di masa itu, timbul banyak perselisihan di kalangan pejabat Kesultanan Demak, sehingga pengawasan terhadap negara bagian menjadi longgar.
Puncaknya ketika Sultan Trenggana wafat, pada tahun 1546, perebutan kekuasaan Kesultanan Demak semakin menjadi-jadi.
Situasi Kesultanan Demak inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh pengganti Ki Gede ing Suro, yakni kemenakannya bernama Ki Gede ing Suro Mudo. Diperkirakan di masa pemerintahannya (1546-1575), ia melepaskan diri dari kekuasaan Kesultanan Demak, dengan mendirikan Kerajaan Palembang.
WaLlahu a’lamu bishshawab
Catatan Penambahan :
1. Pendapat yang mengatakan Pangeran Sidang Lautan, merupakan piut (canggah) dari Sultan Trenggana, adalah sangat aneh dan keliru. Hal ini dikarenakan kedua sosok tersebut hidup dalam satu generasi.
2. Pangeran Sidang Lautan (Pangeran Sedo ing Lautan), bermakna Pangeran yang wafat di Lautan. Gelar ini memperkuat dugaan, yang bersangkutan wafat ketika armada maritim Palembang, ikut menyerang Portugis di Malaka tahun 1512.

No comments: