Panglima Arya Damar bukanlah Adipati Arya Dillah ?

Seringkali pemerhati sejarah, dibuat bingung dengan jati diri penguasa Palembang Arya Damar. Sekali waktu ia diceritakan sebagai Panglima Majapahit di tahun 1343 M, namun disisi lain sosok ini dikisahkan sebagai ayah angkat Raden Fatah, yang masa kehidupannya berjarak lebih dari 100 tahun.
Berdasarkan timeline, nampaknya ada dua sosok Arya Damar, yang sama-sama pernah menjadi pemimpin rakyat Palembang. Sosok pertama dikenal sebagai Panglima Majapahit Penakluk Pulau Bali, sementara lainnya adalah seorang Birokrat Majapahit, yang menjadi mualaf melalui dakwah Sunan Ampel.
damar1
 

 Panglima Arya Damar

Arya Damar adalah putera pejabat kerajaan Majapahit yang bernama Adwaya Brahman, sementara ibunya Dara Jingga, seorang putri Kerajaan Darmasraya. Diperkirakan Arya Damar lahir pada tahun 1294 M, merupakan keturunan dari Sri Muliwarman Raja di Sumatra.
Atas jasanya menumpas para pepatih di wilayah situlembang, ia diangkat menjadi Adipati di daerah itu tahun 1308 M
Nama Arya Damar ditemukan dalam Kidung Pamacangah dan Usana Bali sebagai Panglima Majapahit menaklukkan Bali pada tahun 1343. Bersama Gajah Mada, seluruh Pulau Bali akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan Majapahit setelah pertempuran panjang selama tujuh bulan (sumber : wikipedia).
damar2
Adipati Arya Dillah 


Pada tahun 1415 M, istri kedua Wikramawardhana yang bernama Brhe Mataram, melahirkan bayi yang diberi nama Arya Damar. Tidak lama setelah melahirkan, Brhe Mataram wafat, sehingga Arya Damar diasuh oleh uwaknya, yang bernama Ki Kumbarawa
Ketika Arya Damar menjadi Adipati Palembang tahun 1440M, ia kedatangan mubaligh Muslim bernama Ali Rahmatullah (Sunan Ampel, sumber : sumsel.kemenag.go.id). Setelah melalui diskusi yang cukup panjang, akhirnya Arya Damar menjadi seorang mualaf, dan memiliki nama baru Arya Dillah (Abdullah).
Sejarah mencatat, Adipati Arya Dillah ikut berperan dalam mengasuh anak angkatnya yang bernama Raden Fattah. Kelak di kemudian hari, Raden Fattah diangkat menjadi Sultan Demak oleh Walisongo pada tahun 1478 M (sumber : pusakaindonesia.org).
WaLlahu a’lamu bishshawab

No comments: