Yahudi, di Balik Perang Sipil Amerika

Perang Sipil Amerika
PERANG sipil Amerika merupakan peristiwa sejarah terpenting bagi negara itu. Kita tidak akan membahas deskripsi mengenai perang yang terkenal itu. Buku sejarah sudah banyak mengungkapnya. Hanya saja, dalam peristiwa itu ada hal-hal yang tersembunyi bagi pandangan umum, yaitu perang yang dimainkan oleh para pemilik modal internasional, dan akibat yang ditimbulkan oleh perang itu.
Pada tahun 1857 di London, Princess Leonara, putri direktur perusahaan Rothschild and Brothers cabang Inggris punya hajad mengawinkan anak putrinya bernama Louica Rothschild dengan seorang pria kerabat dekat dari Perancis bernama Alfonso Rothschild. Sejumlah pemilik modal dari berbagai negeri berkumpul dalam upacara pernikahan itu, di samping beberapa politisi, antara lain Benjamin Disraeli, seorang politikus jempolan Yahudi, yang kelak menjadi perdana menteri Inggris sampai beberapa kali. Dalam upacara itu, Disraeli menyampaikan sambutan, antara lain :
“Saat ini para pemuka keluarga besar Rothschild yang ketenarannya meluas di seluruh Eropa dan di setiap ujung dunia berkumpul di tempat ini.” Kemudian ia melanjutkan kata-katanya yang ditujukan kepada keluarga Rothschild cabang Paris dan London : “Kalau Anda berdua berminat, kita akan membagi Amerika Serikat menjadi dua bagian. Satu bagian untuk James (pimpinan cabang Perancis) dan bagian lainnya untuk Leonnel (cabang Inggris). Adapun Napoleon …. adapun Napoleon III, Kaisar Perancis, kita akan memberikan wilayah yang akan kita tentukan kemudian. Mengenai Bismarck, Kanselir Jerman, jatah nasibnya adalah yang telah kita sediakan untuknya, yaitu sebesar pijakan kaki, yang kita akan mengenyahkannya.”
Sejarah telah menjelaskan kepada kita, bagaimana keluarga Rothschild memilih Yahuda Benjamin, seorang kerabat Rothschild sendiri, sebagai pimpinan yang mewakili perusahaan keluarga itu di Amerika. Bagaimana peristiwa demi peristiwa terjadi kemudian, hingga pecahnya perang sipil Amerika bisa meletus? Para pemilik modal melaksanakan program yang telah disinggung oleh Disraeli tadi. Ia mendesak Napoleon III untuk menduduki Meksiko, lalu mencaplok negeri itu ke dalam kekuasaan imperiumnya.
Pemerintah Britania Raya kembali menduduki Amerika Utara. Dalam perang ini, para tokoh pemilik modal Yahudi punya dua ujung tombak sasaran, yaitu pertama menciptakan kesempatan emas yang bisa dieksploitasi untuk mengeluarkan pinjaman dan penjualan senjata kepada Napoleon III, untuk mempersenjatai diri di Meksiko, di samping untuk mengulurkan persenjataan di Amerika Selatan yang masih muda itu. Sedang sasaran kedua adalah, bahwa wilayah ini akan jatuh ke tangan para pemilik modal internasional secara langsung.
Lebih dari itu, mereka akan menghalangi presiden besar Abraham Lincoln dengan perang ini, agar dia tidak membebaskan perbudakan di Amerika. Mereka menyadari, bahwa perbudakan yang berkelanjutan tentu akan menyebabkan kehancuran bangsa Amerika itu sendiri. Presiden Lincoln sendiri telah mengetahui masalah ini, sehingga ia pernah mengucapkan kata-kata yang populer:
“Tidak mungkin suatu bangsa akan bertahan hidup, kalau setengah dari jumlah warganya terdiri dari warga yang berstatus merdeka, sedang setengah lainnya hidup dalam ikatan perbudakan.”
Perang itu tidak sejalan dengan harapan para pemilik modal internasional. Setelah perang berjalan 2 tahun, pasukan Selatan tampak mengalami kemunduran dan membutuhkan bantuan. Para pemilik modal menoleh kepada Napoleon III, dan mendesaknya agar tetap maju perang. Mereka menyanggupi memberi tambahan bantuan materi kepada Napoleon dengan target, bahwa mereka kelak akan bisa menguasai Louisiana dan Texas.
Czar Rusia mendengar berita ini, dan menjadi marah karenanya. Czar kemudian mengancam Inggris dan Perancis, bahwa penyerbuan dalam bentuk apa pun terhadap Amerika Serikat berarti menyerbu wilayah Rusia sendiri. Ancaman itu bukan hanya gertak sambal. Czar mengirim pasukan angkatan lautnya menuju sepanjang pantai kota New York dan San Francisco, dan menyerahkan komando pasukan laut ini kepada presiden Abraham Lincoln sendiri.[]


MANUVER keras para pemilik modal untuk merebut perekonomian Amerika Serikat mengalami kendala besar, karena adanya tantangan gigih dari presiden Lincoln. Abraham Lincoln bekerja keras untuk melepaskan rantai yang mengikat erat leher Amerika dalam sektor perekonomian. Untuk mencapai perjuangan, Lincoln berpegang pada undang-undang Amerika teks ke 5 bagian ke 8 butir 1, yang isinya memberikan wewenang kepada Kongres untuk mengeluarkan mata uang di samping hak untuk mengeluarkan nota Bank senilai 450 juta dolar yang jumlah hutang nasional akan dijadikan penutupnya.

Para pemilik modal Yahudi Internasional ketika itu mengerahkan segala kekuatannya untuk menghadapi Lincoln yang mengancam kedudukan mereka. Mereka mulai mengadakan manuver dan kegiatan terselubung, dengan tujuan menjatuhkan Lincoln. Manuver pertama bisa mereka capai melalui Kongres agar Kongres mengesahkan undang-undang baru yang bisa mencegah pembatasan bunga pinjaman nasional atas harga barang-barang impor dengan mata uang tersebut.

Di samping itu, mereka juga mengumumkan perang kepada mata uang baru itu di pasaran internasional dan bank-bank asing, sehingga nilainya turun sampai tingkat rendah, yaitu sepertiga dari nilai normal. Setelah itu mereka memborong mata uang tersebut yang masih beredar, untuk membeli nota bank simpan-pinjam negara dengan harga penuh menurut nilai dolar.

Dengan demikian, para pemilik modal telah berhasil melempar batu dan sekaligus mendapat dua ekor burung, yang mengakibatkan anjloknya nilai mata uang negara dari satu sisi, dan mereka mengeruk keuntungan besar-besaran di sisi lain. Berikut ini petikan beberapa kalimat dari surat instruksi para pemilik modal di Eropa kepada lembaga keuangan di Amerika Serikat :


“Kami tidak bisa menerima beredarnya mata uang baru Amerika, kecuali kalau itu berpindah di bawah kekuasaan kami. Kami bisa mencapai tujuan ini lewat nota bank pinjaman nasional, yang pada akhirnya bisa menguasai mata uang pemerintah.”

Para pemilik modal telah berhasil menanamkan pengaruh mereka di kalangan sejumlah anggota Kongres dan Senat. Dengan mudah mereka bisa menundukkan Kongres dan membungkam suaranya, untuk mendukung disahkannya undang-undang keuangan pada tahun 1863, yang menguntungkan para pemilik modal itu, meskipun ditentang oleh presiden Lincoln.

Dengan demikian, tertancaplah kuku baru Yahudi dalam memperebutkan perekonomian Amerika Serikat. Berikut ini kutipan sebuah surat dari Konglomerat Rothschild kepada sebuah lembaga keuangan raksasa di London yang terletak di Wall Street, yang kondang sampai sekarang, yaitu lembaga keuangan Eickhaimer, Morton dan Van der Gold. Surat itu tertanggal 25 Juni 1863, berbunyi :

“Mr. John Shirman menulis surat kepada kami dari negara bagian Ohio Amerika Serikat, untuk memberikan informasi mengenai spekulasi keuntungan besar yang akan bisa diperoleh, setelah undang-undang baru yang disahkan oleh Kongres mengenai perbankan. Mr. Shirman mengatakan, bahwa ini merupakan kesempatan yang belum pernah ditemukan oleh para pemilik modal internasional selama ini untuk mengeruk keuntungan besar. Tampaknya undang-undang ini akan menjamin Bank Amerika untuk menguasai perekonomian Amerika.“.[]

Hormat kami
ttd
(Eickhaimer, Morton dan Van der Gold).
Sumber: Yahudi Menggenggam Dunia/ William G. Car/Pustaka Al-Kautsar

No comments: