Dahsyatnya Teknologi NUSANTARA, dalam Kisah Mahabharata?

Di dalam Kisah Mahabharata, setidaknya ada 2 tempat yang diduga kuat berada di Nusantara. Kedua tempat itu, diceritakan dihuni bangsa raksasa, yaitu Kota Hiranyapura (Kota Emas) dan Kerajaan Pringgadani.
Bagi mereka yang memahami simbolisasi dalam Mahabharata, keberadaan bangsa raksasa merupakan identitas bagi kaum yang berada di luar daratan Hindustan (India).
vimanas1
Dahsyatnya Teknologi Nusantara

Di dalam buku Rahuvana tattwa, tulisan Agus Sunyoto, Hiranyapura (Kota Emas) digambarkan berada di pulau Sumatera, kota ini dalam kitab mitologi kuno digambarkan sebagai kota yang melayang-layang di udara
Nampaknya negeri Hiranyapura, telah mengenal teknologi rekayasa gravitasi, sehingga kota-kota tempat tinggal mereka, bagaikan pesawat induk angkasa, yang bisa berpindah kesana kemari
Sementara Kerajaan Pringgadani, lokasinya berada di sebelah timur Kekaisaran Kuru, setelah melewati negeri gajah Pragjyotisha, diperkirakan kerajaan ini berada di pulau Jawa.
Teknologi yang dimiliki Pringgadani, adalah kemampuan dalam rekayasa genetika. Sebagaimana kisah yang sering kita dengar, setelah Gatotkaca yang merupakan putera Bima dengan Dewi Arimbi dari Pringgadani dilahirkan, sang jabang bayi digodok di kawah candradimuka.
Gatotkaca1
Di dalam laboratorium candradimuka inilah, tubuh gatotkaca direkayasa sehingga memiliki “otot kawat tulang besi” dan berkemampauan terbang tanpa menggunakan sayap.
Dan ternyata Gatotkaca bukan satu-satu makhluk yang direkayasa, di dalam perang Bharatayudha diceritakan, saat berhadapan dengan Adipati Karna, Gatotkaca muncul dengan kembaran sebanyak 1000 orang
Keberadaan laskar udara Gatotkaca inilah, yang nampaknya memaksa Adipati Karna harus mengeluarkan senjata pamungkasnya Kontawijaya.
Mitos Negeri Hiranyapura yang melayang-layang udara, serta Kesaktian Satria Nusantara Gatotkaca, tentu masih perlu diteliti kebenarannya.
Demikian halnya dengan Peradaban Nusantara, yang diperkirakan telah berumur ribuan tahun, perlu dibuktikan berdasarkan kepada temuan-temuan arkeologis.

WaLlahu a’lamu bishshawab

No comments: