Yahudi Tidak Terima Rusia Lakukan Reformasi

Revolusi Rusia
SITUASI di Rusia dari luar tampak tenang, setelah revolusi Manshevik bisa ditumpas. Czar menyadari kesalahan yang selama ini membuatnya dimusuhi oleh banyak pihak. Ia lalu mengadakan reformasi dalam pemerintahannya, dan membenahi istana serta memerangi demoralisasi yang telah merusak kalangan tertentu. Undang-undang pemilihan umum diterapkan, dan Duma sebagai majelis legislatif difungsikan.
Kemudian Stolibin seorang tokoh pembaharu dipilih untuk menjadi Perdana Menteri Rusia. Stolibin mulai melangkah dengan perbaikan mendasar pada semua sektor. Ia memperbaiki ekonomi dan mengeluarkan undang-undang baru yang dikenal dengan sebutan undang-undang Stolibin, untuk melindungi hak-hak sipil kaum petani, dan mengatur undang-undang tentang land-reform berdasarkan bantuan dana yang diberikan kepada para petani untuk membeli tanah milik negara yang mereka garap.
Namun sayangnya, reformasi ini justru membuat para aktivis revolusioner lebih tidak senang kepada pemerintah, baik dari golongan Bolshevik maupun dari golongan Manshevik, yang telah mendapat instruksi penting dari kekuatan terselubung. Mereka tidak senang melihat stabilitas pulih kembali di Rusia. Untuk itu, mereka sepakat mengadakan rencana untuk menghabisi hidup Stolibin, yang bagi rakyat Rusia merupakan Perdana Menteri terbesar dalam sejarah negeri itu.
Beberapa kali usaha pembunuhan terhadap dirinya selalu gagal. Akhirnya Stolibin ditembak mati oleh seorang Yahudi bernama Morday Yogovov di sebuah auditorium kota Kiev tahun 1911. Sepeninggal Stolibin, pemerintah Rusia berusaha meneruskan langkah perbaikan Stolibin. pihak kekuatan terselubung juga tidak berhenti mengadakan persekongkolan untuk menimbulkan kerusuhan dan ketidakstabilan. Maka muncullah perang propaganda besar-besaran, seperti pernah dialami oleh Perancis sebelum revolusi.
Propaganda gosip tentang skandal sosial, moral dan seksual diarahkan kepada orang-orang penting istana dan istri tokoh masyarakat, para pejabat pemerintah dan lain-lain. Fenomena suap-menyuap muncul dengan tiba-tiba. Demoralisasi segera menyebar di seluruh lapisan masyarakat. Kehidupan mewah ala jet-set mewarnai keluarga Czar. Pesta-pora gila-gilaan, yang digemari oleh kalangan istana dan para pejabat menjadi lahan subur untuk dijadikan bahan gosip.
Demikianlah fenomena yang dideskripsikan oleh kekuatan terselubung lewat mass-media dan alat propaganda lainnya. Meskipun gosip itu tidak seluruhnya merupakan isapan jempol, namun di situ terdapat seorang tokoh penting yang dijadikan sumber jaringan propaganda demoralisasi. Tidak lain tokoh ini adalah setan berjubah pastor, Rasputin sendiri, yaitu tokoh yang sengaja dipasang untuk mempersiapkan pecahnya revolusi Rusia, persis seperti peran yang dimainkan oleh Coderlos De Lalco dalam revolusi Perancis.
Kesamaan yang aneh telah terjadi lagi dalam sejarah, karena merupakan hasil dari perancang yang sama. Rasputin yang memiliki kharisma besar dan teguh pendirian itu telah bisa menguasai istana dengan jalan mendekati permaisuri Czar yang putranya sakit-sakitan, karena ia bisa meyakinkan sang permaisuri, bahwa ia bisa menyembuhkan putranya. Faktor ‘kebetulan’ juga ikut berperan, sehingga Rasputin bisa masuk ke istana, karena Czar Nicholey II memiliki kepribadian lemah dan lugu.
Jika saja Czar Nicholey memiliki kepribadian kuat, bermoral dan berpendirian tegas, nasib Rusia dan rakyatnya mungkin akan berbeda dan terhindar dari pembantaian Minggu itu. Lama-kelamaan Rasputin bukan saja menguasai Czar Nicholey II, melainkan sebagian besar kaum muda Rusia juga sudah banyak termakan gosip dan faham atheis permissive yang disebarluaskan oleh kelompok revolusioner. Rasputin sendiri adalah orang yang bejat moralnya, dan punya filsafat hidup permissive, sebagaimana terlihat dari ucapannya, “Hidup adalah untuk mencapai kenikmatan lahir-batin sepuas-puasnya. Setelah itu lalu membersihkan batin kembali dan menyelamatkannya”.

RASPUTIN mendapat banyak pengikut berkat kedudukannya sebagai pendeta, dan persahabatannya dengan Czar. Jalan pemikirannya benar-benar menimbulkan arus demoralisasi besar-besaran, terutama setelah ia dengan isyarat dari kekuatan terselubung di balik layar berhasil menciptakan suasana permisif dalam istana, yang belum pernah terjadi di Rusia selama itu, persis seperti suasana Royal Palais di Perancis menjelang pecahnya revolusi.
Suhu situasi di Rusia akhirnya mencapai titik siap bagi meletusnya revolusi yang ditunggu-tunggu. Kemudian disusul terjadinya peristiwa di Eropa sebagai permulaan meletusnya Perang Dunia I, yang akan kita bicarakan. Dalam Perang Dunia I, Rusia berperang melawan Jerman. Berkat propaganda Bolshevik dan Manshevik, patriotisme bangsa Rusia menurun di kalangan rakyat dan angkatan bersenjata.
Demikian pula kaki-tangan Konspirasi masih menempati posisi penting pada pos-pos perhubungan, logistik dan transportasi sejak Rusia perang melawan Jepang. Kekalahan Rusia dari Jepang dijadikan bahan propaganda kelompok revolusioner untuk menyebarkan sikap ragu dan cemas di dalam negeri. Kekacauan makin memuncak, dan keruntuhan makin dekat, ibarat lumpur yang bertambah becek. Rasputin ternyata kelak diketahui sebagai seorang agen rahasia Jerman.
Tak diragukan lagi, bahwa di belakang Rasputin ada kekuatan Konspirasi internasional yang telah mengatur semua itu. Apalagi markas operasi Rasputin berada di dekat istana Czar, sehingga lebih mudah ia mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dari kalangan istana. Sedang Lenin dan Martov beserta para tokoh Komunis lainnya pada saat itu masih berada di Swiss untuk menikmati kehidupan mewah di negara netral, dan jauh dari kebisingan perang yang sedang berkecamuk di negerinya, sambil menunggu instruksi khusus.
Trotsky saat itu masih berada di New York untuk merekrut kelompok teroris Yahudi profesional, yang kemudian dikirim ke Rusia. Setelah saat yang tepat tiba, mereka akan mengadakan perang jalanan di kota-kota besar Rusia. Akhirnya kerusuhan pun tidak bisa dihindarkan sejak awal tahun 1917, yaitu sejak kelompok bawah tanah Yahudi menghentikan supply kebutuhan pokok ke ibukota San Petersburg.
Bahaya kelaparan mulai dirasakan penduduk. Sementara itu, para tokoh revolusi yang mayoritas terdiri dari orang Yahudi terus menghasut massa agar melakukan kerusakan dan perampokan di mana-mana. Mereka membagi-bagikan uang kepada para perusuh disertai dengan pengarahan yang disampaikan oleh kekuatan terselubung itu. Maka lautan demonstran memenuhi jalan-jalan besar.
Pihak pemerintah telah mengambil pelajaran dari pemberontakan Januari 1905, sehingga untuk menembakkan sebutir peluru pun mereka harus berfikir panjang dalam situasi seperti itu. Hal itu bukan berarti, bahwa demonstrasi terus berjalan tertib. Para tokoh di balik layar telah mengatur taktik untuk memancing kekerasan. Mulailah terdengar suara tembakan senjata api yang diarahkan kepada para demonstran dari tempat tersembunyi yang telah diatur.
Tembakan itu seolah datang dari pasukan pemerintah. Tumbal berjatuhan dan ratusan lainnya menderita luka-luka. Kekacauan berkembang menjadi kekerasan dan kebrutalan. Apalagi setelah para demonstran dengan berapi-api berhasil membongkar penjara, dan melepaskan narapidana yang segera menyebar ke mana-mana dengan membakar gedung-gedung dan mengadakan perampokan di jalan-jalan.
Saat itu Czar sedang keluar untuk mengunjungi pasukan Rusia di medan tempur. Majelis Duma menyampaikan kepada Czar tentang perkembangan situasi terakhir yang sangat berbahaya, agar Czar segera mengambil langkah-langkah drastis yang perlu untuk mengatasinya. Akan tetapi, berita yang disampaikan melalui telegram itu berhasil disita oleh kaki-tangan Konspirasi yang bercokol di The Grand Eastern Lodge, sehingga berita itu tidak sampai kepada Czar.
PERAN Free Masonry bukan hanya sampai di situ. Banyak peran penting lainnya yang sangat berbahaya. Di satu sisi, Free Masonry mengawasi dan mengatur gerakan dan jaringan terselubung. Di sisi lain, Free Masonry memberikan dana besar-besaran kepada kaki-tangan yang menyelusup ke dalam instansi pemerintah, angkatan bersenjata, kalangan buruh dan berbagai perkumpulan.
Ditambah lagi, Konspirasi Yahudi melakukan sejumlah operasi rahasia untuk menggoyahkan pasukan Rusia di medan tempur. Contoh operasi terselubung seperti itu adalah sebuah instruksi palsu yang diberikan oleh seorang komandan kaki-tangan Konspirasi kepada pasukannya untuk mengadakan serbuan terhadap musuh. Pada saat yang sama, pasukan pelindung yang di garis belakang mendapat instruksi untuk segera mundur.
Akibatnya, pasukan Rusia ketika itu mendapat pukulan hebat dengan korban jiwa dan sejumlah lainnya menjadi tawanan musuh. Lebih parah lagi, di sana terjadi pembangkangan dan desersi dalam barisan angkatan bersenjata, karena tidak puas terhadap komandan yang mengecewakan bawahannya itu. The Grand Eastern Lodge juga memakai taktik suap-menyuap kepada para perwira tinggi dan menengah, untuk merebut simpati pasukan pengawal kerajaan di San Petersburg.
Di samping itu, taktik propaganda atheisme dan teori Marxisme juga dipakai, sehingga pada saat menjelang pecahnya revolusi pada tanggal 12 Maret 1917 terjadi desersi atau pembelotan besar-besaran dalam pasukan pengawal kerajaan di San Petersburg, sampai terjadi baku hantam antara mereka sendiri. Menyusul kemudian, terjadinya suatu peristiwa di luar dugaan, yaitu dua barak militer menyerahkan diri dan bergabung kepada pemberontak revolusioner. Maka jatuhlah ibukota San Petersburg ke tangan mereka.
Kemudian diumumkan berakhirnya sistem kerajaan Czar Rusia oleh pihak pemberontak revolusioner. Seusai revolusi, secara umum kekuasaan belum jatuh ke tangan Komunis atau Bolshevik, seperti yang diduga. Bahkan sebuah komite telah berdiri dengan jumlah anggota sebanyak 12 orang dari majelis Duma, untuk membentuk pemerintahan sementara di bawah pimpinan Krinsky, segera setelah terjadi Revolusi Merah itu.
Sementara itu, kelompok Manshevik juga membentuk Majelis Sovyet atau juga disebut Majelis Buruh, untuk mengambil kendali pemerintahan San Petersburg, sampai Lenin membubarkannya pada tanggal 19 Oktober 1917. Pada saat revolusi meletus, Lenin masih berada di Swiss. Kemudian para sesepuh Yahudi Internasional mengatur perjalanannya kembali ke Rusia, setelah terlebih dulu mengatur pertemuan antara Lenin dan pemerintah Jerman.
Dalam pertemuan itu disepakati, bahwa pemerintah Jerman akan membantu kepulangan Lenin dan pembubaran pemerintahan sementara. Pemerintahan itu telah bertekad untuk meneruskan perang, dengan imbalan Lenin kelak akan menarik pasukan Rusia dari medan tempur.
Lenin, Martov dan para tokoh Komunis Yahudi kembali ke Rusia dengan menumpang kereta khusus yang disediakan oleh pemerintah kerajaan Jerman, setelah sebelumnya pemerintahan sementara mengumumkan amnesti umum bagi semua tahanan politik, dan memberi izin kepada semua pelarian untuk kembali ke Rusia. Peristiwa yang terjadi kemudian menunjukkan, bahwa pemerintah sementara tidak melakukan kesalahan besar dengan menandatangani keputusan ini, yang pada hakikatnya merupakan penyerahan kekuasaan kepada pihak Bolshevik. []

Sumber: Yahudi Menggenggam Dunia/ William G. Car/Pustaka Al-Kautsar

No comments: