Jejak Pembelajaran Islam di Sub Sahara

Manuskrip Timbuktu, warisan peradaban Islam yang terancam punah (ilustrasi).
Manuskrip Timbuktu, warisan peradaban Islam yang terancam punah (ilustrasi).
Kawasan Sub Sahara di Afrika sejak dulu kala dikenal sebagai salah satu pusat pembelajaran Islam. Kota Timbuktu di Mali pun tampil sebagai tempat penting dipelajarinya ilmu keislaman hingga lahirlah banyak cendekiawan Muslim dari sana. Warisan berupa ribuan manuskrip kuno menunjukkan tingginya aktivitas keilmuan di Timbuktu.

Namun, keliru jika menyebut pusat pembelajaran Islam di Sub Sahara hanyalah Timbuktu. Sebab, faktanya geliat peradaban Islam di kawasan ini juga terjadi di sejumlah tempat lain yang mencakup seluruh Afrika Barat dan Sudan Tengah.

Salah satu pusat peradaban Islam itu adalah Kota Birni Gazargamu, ibu kota dari kerajaan Islam kuno di Afrika, Kanem Borno. Banyak tokoh besar yang lahir dari pusat pembelajaran Islam di Sudan Tengah ini, salah satunya Idris Alooma.

Idris Alooma adalah raja yang berkuasa di Sudan Tengah pada abad ke-16. Saat berkuasa, ia berhasil memperbaiki sistem pemerintahan beserta infrastrukturnya. Idris juga mendanai proyek pengkajian dan penyalinan kitab suci Alquran. Selain Idris, tokoh lainnya yang berasal dari Birni Gazargamu adalah Ibrahim al-Kanemi, penulis pertama dari Sub Sahara yang banyak menulis dalam bahasa Arab.

Jika dijelajahi, ada banyak jejak pembelajaran Islam yang tersebar di seluruh bagian Afrika Barat hingga Sudan Tengah. Di Nigeria, misalnya, terdapat sebuah masjid tua bernama Gobarau. Masjid tersebut dibangun selama masa pemerintahan Raja Muhammad Korau pada 1463 hingga 1495.

Saat ini, Masjid Gobarau diketahui terletak di sekitar Kota Kano dan Katsina, dua kota yang dihuni suku Hausa yang beragama Islam. Saat dipimpin penguasa Muslim, Muhammad Karou, Katsina tumbuh sebagai sentra pembelajaran Islam di Nigeria.

Seperti halnya di Timbuktu, Masjid Gobarou di Nigeria pun berfungsi ganda. Tak hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga menjadi tempat untuk mencari ilmu pengetahuan. Alhasil, dari masjid ini lahirlah banyak cendekiawan.

Adalah Ibnu Sabbag, salah seorang cendekiawan terkemuka abad ke-17 yang lahir dari Masjid Gobarou. Sabbag yang dikenal pula dengan nama Dan Marina merupakan salah satu tokoh penting pada masa Kekhalifahan Sokoto semasa dipimpin oleh Muhammad Bello.

Selain Sabbag, Masjid Gobarou juga melahirkan cendekiawan terkemuka lainnya, yakni Muhammad al-Fulani al-Kishnawi. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Dr Musa Ahmad Karkaru dinyatakan, salinan karya-karya Ibnu Sabbag bisa ditemukan di Perpustakaan Nasional Mesir serta di beberapa arsip negara Maroko dan Nigeria. Reporter : c16 Redaktur : Agung Sasongko

No comments: