Meminta-minta, Melelehkan Daging Wajah pada Hari Kiamat

pohon padang lapangan matahari sinar
ALLAH memberikan kenikmatan yang amat luar biasa kepada manusia. Kita diberikan akal dan pikiran serta tubuh yang sehat dan kuat. Inilah yang menjadi bekal bagi manusia untuk menjalankan kehidupannya di dunia. Terutama dalam hal mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hanya saja, tak sedikit kita menemukan orang-orang yang enggan bersusah payah dalam mencari rezeki. Mereka cenderung ingin mendapatkan sesuatu secara instan tanpa harus bermodal besar, juga tidak membutuhkan banyak tenaga. Ya, hanya ada satu pekerjaan yang demikian, yakni meminta-minta.
Meminta-minta memang tidak memerlukan modal yang besar, juga tidak pula membutuhkan tenaga yang ekstra. Sebab, orang yang meminta-minta menjadi orang yang banyak dikasihani oleh banyak orang. Hingga, untuk mendapatkan rupiah tak sesulit seperti apa yang dilakukan pekerja pada umumnya.
Namun demikian, apa yang dilakukan oleh orang yang kuat dan sehat untuk meminta-minta itu sangat dibenci oleh Allah SWT. Maka, ketika ia merasa mendapatkan kebahagiaan di dunia, belum tentu kebahagiaan itu ia rasakan pula di akhirat. Kemudahan yang selama ini ia rasakan, di sana akan jauh berbeda. Bahkan, sakit dan pedihlah yang akan mereka rasakan. Salah satunya, pada hari kiamat daging wajah mereka meleleh.
Al-Bukhari menyebutkan sanad riwayat ini secara ta’liq di tempat lain dalam Kitab Shahih. Ia menyebutkan dalam kitab zakat; Yahya bin Bukair bercerita kepada kami, laits bercerita kepada kami, dari Ubaidullah bin Abu Ja’far, aku mendengar Hamzah bin Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Seorang hamba terus meminta-minta pada orang lain, hingga ia datang pada hari kiamat (dalam kondisi) di wajahnya tidak ada satu pun potongan daging.”
Beliau bersabda, “Sungguh, matahari mendekat pada hari Kiamat, hingga keringat (manusia) mencapai setengah telinga. Saat mereka berada dalam keadaan seperti itu, mereka meminta pertolongan kepada Adam, setelah itu Musa dan setelah itu Muhammad.”
Abdullah bin Yusuf menambahkan, Laits bercerita kepadaku, dari Abu Ja’far, “Nabi SAW menjadi perantara (seluruh manusia) agar (Allah) memutuskan perkara di antara sesama makhluk. Beliau berjalan hingga meraih lingkaran pintu. Pada hari itu, Allah menempatkan beliau di tempat terpuji yang dipuji seluruh manusia yang tengah berkumpul (di padang mahsyar).”
Ibnu Jarir juga meriwayatkan hadis ini dari Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam, dari Syuaib bin Laits, dari ayahnya, dengan matan serupa. Wallahu ‘alam. []
Sumber: Bencana dan Peperangan Akhir Zaman Sebagaimana Rasulullah SAW Kabarkan/Karya: Ibnu Katsir/Penerbit: Ummul Qura

No comments: