Para Ilmuan Berdebat tentang Penemuan Megatsunami Kuno

Tsunami besar kemungkinan telah membantu untuk membentuk dunia di sekitar kita hari ini.
Para Ilmuan Berdebat tentang Penemuan Megatsunami KunoFenambossy Chevron, satu dari empat batuan besar di Madagaskar dengan tinggi 600 kaki dan berjarak 3 mil dari samudera, Para ilmuan sedang memperdebatkan apakah chevron ini terbentuk karena tsunami yang besar (Dallas Abbott/nationalgeographic.com)
Untuk beberapa decade, seorang ahli geologis Dallas Abbott dan Koleganya telah mencoba untuk membuktikan bahwa bebatuan yang sangat besar, kemungkinan sebuah asteroid menabrak Samudera Hindia sekitar 10,000 tahun lalu dan membuat sebuah megatsunami, sebuah gelombang besar yang sudah menghempaskan bagian timur pesisir Afrika. Seperti tsunami pada umumnya yang menghasilkan sebuah gelombang setinggi 300 kaki (91 meter) tiga kali lebih besar daripada Tsunami di  Samudera Hindia pada tahun 2004 lalu yang memakan 230,000 jiwa meninggal.

Buktinya, Abbott berpendapat, bahwa ada sebuah dataran pasir yang disebut sebagai Chevron di Madagaskar, serta sebuah kawah yang kemungkinan berada di dasar samudera antara  Madagaskar dan Australia. Tentu saja pendapat tersebut memiliki sebuah dampak yang besar, atau conto lain sebuah tanah longsor yang besar dari sebuah gunung berapi di Pulau Renunion, mencetuskan bahwa tsunami itu lah yang membuat Chevron tersebut.

Sekarang, Abbott dan sebuah kelompok peniliti internasional sudah mempersiapkan bukti selanjutnya untuk menjadi cadangan dari teori mereka. Sebuah tanda geometris dari Madagaskar yang menguatkan pernah terjadinya tsunami yang besar itu.
Penelitian tentang megatsunami kuno penuh dengan kontroversi, tidak hanya karena sulitnya mendeteksi bukti yang telah terkikis, tetapi juga untuk menyusun bukti dari penyebab-penyebab tsunami itu. Seperti sebuah tubrukkan atau gempa bumi, yang terjadi secara bersamaan.

Pada Oktober, tim lain menjelaskan bahwa adanya batuan besar dan tinggi di Pulau Santiago sekitar setinggi  885 kaki (270 meter) megatsunami sudah menyapu batuan besar tersebut pada 73,000 tahun lalu. Para ilmuan tidak hanya mempebincangkan wilayah yang telah terkena megatsunami, tetapi juga bagaimana hal ini terjadi sejak zaman es berakhir. Abbott dn ilmuan lainnya ingin mengerti seberapa besar tsunami ini bisa terjadi, dan wilayah mana yang kemungkinan mudah terserang olehnya.

Menurut data terbaru Abbott pada bulan desember ini dalam rapat American Geophysical Union di San Francisco, memperlihatkan bahwa tingginya level dari karbonat dari 22 sampel yang telah diambil dari dua bukit pasir. Para ilmuan menandai bahwa karbonat yang terkandung dalam pasir sebagian besar berasa dari Mikrofosil biota-biota laut yang berusia sekitar 10,000 tahun lalu.

“Jika fosil-fosil ini dipindahkan oleh angina, mereka seharusnya sudah menjadi bubuk setelah 10 kilometer (6,21 mil) dari tempat awal mereka terpindah, ” kata dia. Dan terlebih lagi, pasir yang diuji sudah berusia 10,000 tahun yang lalu.
Abbot dan koleganya sekarang berencana untuk mengumpulkan bukti-bukti selanjutnya. Abbott juga mengakui kemungkinan belum cukup untuk memenangkan kritiknya, mengingat pengalaman dari Walter Alverez dan pendukungnya yang pernah mengatakan bahwa asteroid merupakan penyebab terbesar dari kepunahan dinosaurus 65 juta tahun lalu.
(Nisrina Darnila/Micahel Casey/nationalgeographic.com

No comments: