Adi bin Hatim Jadi Saksi Kebenaran Tiga Perkataan Rasulullah

Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir
 Adi bin Hatim adalah seorang penguasa dari suku at-Tha'i. Dia dikenal sebagai seorang pemurah. Hanya, Adi sempat mempertahankan agama nenek moyangnya saat Rasulullah datang menyebarkan Islam.
Saat pasukan Muslimin telah menguasai sebagian besar jazirah Arab, Adi pun menyingkir ke Syam. Sementara adik perempuannya menjadi tawanan. Adik perempuan Adi pun suatu saat dilepas Rasulullah hingga dia menemui Adi.
Tanpa iman dan kitab, Adi mendengar berita bahwa Rasulullah pernah berkata,"Sesungguhnya saya berharap semoga 'Adi bin Hatim masuk Islam di hadapan saya."
Sampai di Yastrib, Adi langsung masuk ke majelis Nabi SAW, ketika beliau berada di dalam masjid. Adi memberi salam kepadanya. Mendengar salamku beliau bertanya, "Siapa itu?" "'Adi bin Hatim !" Rasulullah berdiri menyongsong Adi. Beliau menggandeng tangannya lalu dibawa ke rumah. Ketika beliau membawa Adi, tiba-tiba seorang wanita tua yang dhaif (lemah) sedang menggendong seorang bayi, menemuinya minta sedekah.
Wanita tua itu berbicara tentang kesulitan hidupnya. Beliau mendengarkan bicara wanita itu sampai selesai. Adi pun tegak menunggu.
Adi berkata kepada di dalam hati, "Demi Allah! Ini bukan kebiasaan raja-raja!" Kemudian Rasulullah menggandeng tangan Adi dan berjalan bersama-sama dengannya sampai ke rumah Rasulullah.
Tiba di rumah, beliau mengambil sebuah bantal kulit yang diisi sabut kurma, lalu diberikan kepada Adi. Beliau berkata, "Silahkan Anda duduk di atas bantal ini!" Aku malu. Karena itu aku berkata, "Andalah yang pantas duduk di situ." Jawab Rasulullah, "Anda lebih pantas."
Adi menuruti kata beliau lalu duduk di atas bantal. Nabi duduk di tanah, karena tidak ada lagi bantal lain selain yang satu itu. Adi berkata dalam hati, "Demi Allah! Ini bukan kebiasaan raja-raja." Kemudian, beliau menoleh kepada Adi seraya berkata, "Hai Adi! Sudahkah Anda membanding-bandingkan agama yang Anda anut, antara Nasrani dengan Shabiah?" Jawab Adi, "Sudah."
Beliau bertanya lagi, "Bukankah Anda memungut pajak dari rakyat seperempat penghasilan mereka. Bukankah itu tidak halal menurut agama Anda?" Jawab Adi, "Betul". Sementara itu, Adi telah yakin Muhammad sesungguhnya rasul Allah.
Kemudian, beliau berkata, "Hai 'Adi! Agaknya Anda enggan masuk Islam karena pernyataan yang Anda lihat tentang kaum Muslim, mereka miskin. Demi Allah! Tidak lama lagi harta akan berlimpah-ruah di kalangan mereka, sehingga susah didapat orang yang mau menerima sedekah."
"Atau barangkali Anda enggan masuk agama ini karena kaum Muslim sedikit jumlahnya sedangkan musuh-musuh mereka banyak. Demi Allah! Tidak lama lagi Anda akan mendengar berita seorang wanita datang dari Qadisiyah mengendarai onta ke Baitullah tanpa takut kepada siapa pun selain kepada Allah." 

"Atau mungkin juga Anda enggan masuk Islam karena ternyata raja-raja dan para sultan terdiri dari orang yang bukan Islam. Demi Allah! Tidak lama lagi Anda akan mendengar Istana Putih di negeri Babil (Iraq) direbut kaum Muslim dan kekayaan Kisra bin Hurmuz pindah menjadi milik mereka."
Aku bertanya kagum, "Kekayaan Kisra bin Hurmuz?" Jawab beliau, "Ya kekayaan Kisra bin Hurmuz." Maka seketika itu juga aku mengucapkan dua kalimah syahadat di hadapan beliau dan aku menjadi Muslim.
'Adi bin Hatim dikaruniai Allah usia panjang. 'Adi bercerita lagi, "Dua perkara yang dikatakan Rasulullah sudah terbukti kebenarannya.
Tinggal lagi yang ketiga. Namun, itu pasti terjadi. Aku telah menyaksikan seorang wanita berkendaraan onta datang dari Qadisiyah tanpa takut kepada siapa pun, sehingga dia sampai ke Baitullah. Dan aku adalah tentara berkuda yang pertama-tama menyerang masuk ke gudang perbendaharaan Kisra dan merampas harta kekayaannya. Aku bersumpah demi Allah, yang ketiga pasti akan terjadi pula.
Allah pasti membuktikan setiap perkataan Nabi-Nya yang mulia. Peristiwa ketiga terjadi pada masa pemerintahan Khalifah 'Umar bin 'Abdul Aziz. Yakni, ketika kemakmuran merata di kalangan kaum Muslim. Saat itu setiap orang mencari-cari dengan susah payah orang yang berhak menerima zakat. Tetapi, mereka tidak mendapatkan orang yang mau menerima, karena kaum Muslim hidup berkecukupan seluruhnya. Memang benar ucapan Rasulullah dan tepat pula sumpah yang diucapkan 'Adi bin Hatim. Semoga Allah meridhainya.

Sumber : Pusat Data Republika

No comments: