Ibnu Sina dan Pengobatan Tulang

Operasi patah tulang
Operasi patah tulang
Ibnu Sina sungguh luar biasa. Dokter Muslim legendaris sepanjang zaman itu terbukti menguasai berbagai macam pengobatan.

Berbagai jenis pengobatan telah ditulisnya dalam 43 kitab kedokteran, salah satunya yang paling monumental adalah Qanun fi-l-Tibb atau Canon of Medicine.

Pada abad ke-10 M dokter kelahiran Asfana, sebuah wilayah dekat Bukhara, Turkistan, itu juga telah menguasai pengobatan tulang patah.

Keahlian sang dokter dalam mengobati patah tulang diungkapkan Abdul Nasser Kaadan PhD, seorang dokter spesialis bedah tulang kelahiran Suriah dalam tulisannya bertajuk Bone Fractures in Ibn Sinas Medicine.

Penjelasan Ibnu Sina tentang pengobatan tulang patah hampir sama dengan buku-buku kedokteran modern, papar Kaadan yang juga seorang sejarawan kedokteran. Menurut Kaadan, Ibnu Sina membahas pengobatan tulang secara runut.

Dia mengawali penjelasannya tentang patah tulang secara umum. Galen dari dunia Islam, begitu Ibnu Sina kerap dijuluki, membahas pengobatan patah tulang secara detail. Mulai dari penyebab, jenis-jenisnya, bentuk-bentuk patah tulang, metode perawatan, dan komplikasi.

Ibnu Sina telah menjelaskan beragam jenis patah tulang yang terjadi di setiap tulang, papar Kaadan yang tulisannya dimuat di muslimheritage.com.



Operasi patah tulang
Ibnu Sina atau Avicenna.
Ibnu Sina menulis tentang pengobatan patah tulang dalam dua risalah yang termuat dalam buku keempat al-Qanun. Risalah pertama berjudul, patah tulang secara keseluruhan dan yang kedua bertajuk patah tulang pada setiap bagian tulang secara terpisah.

Menurut Abdul Nasser Kaadan PhD, seorang dokter spesialis bedah tulang kelahiran Suriah, pada risalah pertama, Ibnu Sina mengupas penyebab patah tulang, jenis-jenisnya, bentuk-bentuk patah tulang, metode perawatan, dan komplikasi.

Patah atau fracture adalah hilangnya sambungan pada tulang, begitu Ibnu Sina mendefinisikan patah tulang dalam al-Qanun fi-l-Tibb.

Dalam risalah pertamanya, sang dokter legendaris itu kemudian menetapkan jenis-jenis patah tulang, seperti patah melintang, memanjang, atau campuran keduanya.

Menurut Ibnu Sina, gejala atau tanda-tanda patah biasanya berupa rasa sakit, bengkak, dan kelainan bentuk otot. Apabila tubuh mengalami tanda-tanda itu, Ibnu Sina menganjurkan agar segera dilakukan diagnosis.

Selain itu, Ibnu Sina juga memaparkan pengobatan patah tulang pada anak-anak lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Ibnu Sina juga sudah mampu menetapkan waktu penyembuhan beragam jenis patah tulang.


Operasi patah tulang
Xenograft dengan jaringan tulang sapi yang diiradiasi antara lain bermanfaat untuk pengobatan patah tulang.

Waktu Penyembuhan Patah Tulang


Patah tulang hidung membutuhkan waktu selama 10 hari untuk penyembuhan, ungkap sang dokter. Sedangkan, penyembuhan patah tulang rusuk memakan waktu selama 20 hari.

Pengobatan patah lengan bawah memerlukan waktu lebih lama, yakni 30 hingga 40 hari. Bahkan, penyembuhan patah tulang paha memakan waktu 50 hingga 120 hari.

Inilah salah satu fakta bahwa buku kedokteran yang ditulis Ibnu Sina pada abad ke-10 M itu hampir sama dengan buku kedoteran modern, papar Kaadan.

Di akhir bab pertama soal patah tulang, Ibnu Sina juga memaparkan tentang faktor-faktor yang menghambat penyembuhan patah tulang, antara lain; gagalnya membelat tulang yang patah, anemia, adanya penyakit dalam tubuh, terlalu banyak bergerak.

Hingga kini, faktor-faktor penghambat pemulihan patah tulang yang dicetuskan Ibnu Sina itu masih tetap digunakan.  Ibnu Sina juga menjelaskan dasar-dasar membalut tulang yang patah. Dia mewanti-wanti para dokter agar tak terlalu kencang dalam membalut patah tulang pada iga. Hal itu bisa menyebabkan kelemayuh.

Dalam mengobati patah tulang terbuka, Ibnu Sina menekankan pentingnya menangani luka terlebih dahulu dibandingkan patahnya.
Jika patah telah bercampur dengan terbentuknya kumpulan darah di luar pembuluh, Ibnu Sina menganjurkan agar orang yang mengobatinya membuat irisan pada bagian yang bengkak agar darahnya keluar, tutur Kaadan.
Operasi patah tulang
Ibnu Sina

Rekomendasi Ibnu Sina buat Para Dokter

Sebelum menangani patah tulang, Ibnu Sina menganjurkan agar para dokter memeriksa terlebih dahulu jenis patah tulang yang dialami seorang pasien.

Hal itu, kata Ibnu Sina, harus dilakukan secara cepat. Jika terlambat bisa menimbulkan komplikasi dan pengobatan menjadi lebih sulit, papar sang dokter.

Namun, untuk kasus-kasus tertentu, Ibnu Sina juga menganjurkan agar pengobatan patah tulang ditunda selama lima hari atau lebih, menunggu hilangnya pembengkakan.

Teori yang telah diungkapkan Ibnu Sina itu dalam dunia kedokteran modern disebut Theory of Delayed Splintage. Professor George Perkins, tutur Kaadan, dianggap sebagai pencetus teori itu. Padahal, Ibnu Sina telah mengungkapkannya pada abad ke-10 M.

Untuk patah tulang terbuka yang disertai dengan luka, Ibnu Sina menganjurkan agar pada bagian luka tak dibalut. Ia lebih menganjurkan agar bagian yang luka diberi salep terlebih dulu. Luka-lukanya diharapkan cepat sembuh, sehingga dokter bisa melakukan pengobatan pada bagian tulangnya.

Ada beragam jenis patah tulang dipaparkan Ibnu Sina dalam buku kedokterannya yang sangat monumental. Beragam jenis patah tulang itu, antara lain, patah tulang tengkorak.

Operasi patah tulang
Tindakan operasi di RS Indonesia, Gaza, Palestina

Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Modern

Pada kasus ini, kata Ibnu Sina, hematoma (kumpulan darah di luar pembuluh) bisa terjadi di bawah kulit. Perawatannya, perlu kehati-hatian. Gejala patah tulang tengkorak ditandai dengan hilangnya kesadaran, pusing, dan tak bisa berbicara.

Selain itu, Ibnu Sina juga menjelaskan tentang patah tulang hidung. Menurut dia, jika patah tulang hidung terlambat ditangani maka tulangnya akan menjadi curam dan penderitanya tak bisa lagi mencium bebauan atau mengalami anosmia.

Patah tulang jenis ini harus sudah diobati pada 10 hari pertama. Pengobatan patah tulang bahu juga dipaparkan Ibnu Sina dalam Canon of Medicine. Semua bagian tulang pada tubuh memang bisa mengalami patah.

Ibnu Sina telah menjelaskan secara detail beragam jenis dan bentuk patah tulang pada setiap organ manusia. Prestasi dan pencapaiannya itulah yang membuat dunia kedokteran modern tetap mendaulatnya sebagai Bapak Kedokteran Modern.

Ibnu Sina telah memainkan peranan penting dalam menjaga warisan kedokteran yang dikembangkan ribuan tahun lalu lewat bukunya, al-Qanun fi-l-Tibb, papar Kaadan. Buah pikir Ibnu Sina tentang pengobatan patah tulang itu masih digunakan dunia kedokteran Barat hingga akhir abad ke-17 M.

Menurut Kaadan, Ibnu Sina juga telah mencetuskan apa yang disebut sebagai Bennets fracture 1882, sembilan abad sebelum hal itu dicetuskan Barat. Tak heran, para dokter di Barat kerap berujar, Setiap orang yang ingin menjadi dokter yang baik harus menjadi Avicennist.
Buku karya Ibnu Sina

Jejak Hidup Sang Dokter

Dunia Barat mengenalnya sebagai Avicenna. Umat Islam menyebutnya dengan panggilan Ibnu Sina namun nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Husayn bin Abdullah bin Sina.

Ibnu Sina adalah seorang filsuf, ilmuwan, sekaligus dokter. Bahkan, dunia menjulukinya sebagai Bapak Pengobatan Modern. Ibnu Sina lahir pada 980 M di Asfana daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan.

Kontribusinya bagi dunia ilmu pengetahuan sungguh tak ternilai. Betapa tidak, buah pikir dan karyanya dituangkan dalam 450 buku, sebagian besar mengupas filsafat dan kedokteran.

Tak heran jika George Sarton menyebut Ibnu Sina sebagai ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.

Hasil pemikiran yang paling termasyhur dari Ibnu Sina adalah The Canon of Medicine atau al-Qanun fi At Tibb. Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan daya ingat yang luar biasa.

Berkah itulah yang kemudian membuatnya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun. Ibnu Sina dididik di bawah tanggung jawab seorang guru. Kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman di antara para tetangganya.

Pada usia lima tahun dia sudah mampu menghafal Alquran. Dia belajar dari mana saja, bahkan dari seorang pedagang sayur sekalipun. Konon, dia mempelajari aritmatika dari seorang pedagang sayur.

Ibnu Sina juga mempelajari ilmu kedokteran dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda. Kedokteran sudah dipelajarinya sejak usia 16 tahun.

Tak hanya belajar teori, tetapi Ibnu Sina juga belajar banyak lewat melayani orang sakit, melalui perhitungannya sendiri hingga akhirnya menemukan metode-metode baru dari perawatan.
Selain menguasai ilmu kedokteran, pada usia 18 tahun, Ibnu Sina sudah mengantongi predikat sebagai seorang fisikawan.

No comments: