Mengapa Raja Edward I Mengusir Kaum Ini dari Inggris pada Tahun 1290?

Foto: bbc.co.uk
Foto: bbc.co.uk
PADA tahun 1290, secara besar-besaran, Raja Edward I Mengusir kaum Yahudi dari Inggris akibat dendam masyarakat Inggris yang berlanjut. Untuk menghindari pengusiran tersebut, sebagian warga Yahudi memilih agama Nasrani sebagai pelindung.
Dalam buku “Sejarah Inggris” disebutkan bahwa keluarga Cromwell adalah satu dari sekian banyak keluarga yang mengumumkan kenasraniannya. Kelak, dari keluarga Cromwell akan lahir Oliver Cromwell yang nantinya akan memimpin revolusi menentang Raja Charles I, menciptakan undang-undang pencabutan larangan masuknya warga Yahudi ke Inggris, dan mengizinkan keluarga Yahudi yang terusir untuk kembali ke Inggris.
Tahun 1830 lobi Yahudi berhasil menekan parlemen Inggris agar mengeluarkan undang-undang hak berpolitik penuh bagi warga Yahudi. Mereka pun berhasil mengangkat Benjamin Disraeli menduduki posisi di parlemen hingga ada juga wakil Yahudi yang dapat menduduki kursi perdana menteri.
Klimaks pengaruh Yahudi terjadi pada masa pemerintahan Raja Edward VII yang sistem pemerintahannya didominasi warga Yahudi. Sir Anton Rothschild yang terlibat dalam skandal cinta dengan putri raja dan Arnest Kassel yang menjadikan Gold Schmid sebagai pengawal pribadinya adalah bukti pengaruh orang-orang Yahudi pada sistem pemerintahan Edward VII hingga akhirnya Schmid berhasil menjabat sebagai Kepala Staf Komando Angkatan Bersenjata Inggris yang bertanggung jawab atas keamanan Afrika.
Hubungan Yahudi dengan Raja Edward VIII sudah terjalin sejak Yahudi mengetahui kebiasaan Edward VIII, yang ketika itu masih menjadi putra mahkota, terhadap wanita-wanita cantik. Ketika pada tahun 1901 dia diangkat menjadi raja, hubungannya dengan Yahudi semakin erat, sehingga banyak jabatan yang dia percayakan kepada warga Yahudi. Mereka dipercaya untuk menjadi walikota London, penguasa tanah jajahan di Hongkong, direktur jenderal pos tanah jajahan di India, penguasa tanah jajahan di Australia, walikota Capetown di Afrika Selatan, jaksa agung di Inggris, dan lain-lain.
Pengaruh itu berlanjut hingga pemerintahan Raja George dan Ratu Maria melalui jabatan wakil kerajaan di India, rektor Universitas Oxford tahun 1935 (Devid Levi), inspektur pada Akademi Seni di Inggris (Darwin), dan lain-lain.
Tokoh Yahudi lainnya yang menduduki jabatan vital untuk melancarkan program Zionis, di antaranya, adalah Khaem Wiseman yang kelak menjadi presiden Zionis pertama di tanah Palestina. Jasa terbesar Wiseman terhadap pemerintahan Inggris adalah keberhasilannya mempersembahkan rumusan bom ketika dia menjabat Kepala Labolatorium Angkatan Bersenjata Inggris periode 1916-1919 melalui klaim bahwa rumusan itu adalah temuannya. Hasilnya, dia meraih penghargaan berupa deklarasi Balfour yang dimanfaatkan Zionis untuk menguasai bumi Palestina.
Pada tahun 1951, Churchill, salah seorang tokoh pemerintahan Inggris yang mengatakan bahwa bangsa Arab adalah anjing yang kalau dipukul kepalanya akan mencium kaki, memperjuangkan pengangkatan Charphill menjadi Menteri Bidang Energi Nuklir.
Lebih jelasnya, ketika buku ini ditulis, dalam parlemen Inggris telah terdapat 46 orang wakil Yahudi. Lewat keluarga Rothschild, Sason, dan miliuner Yahudi lainnya, mereka berhasil mendominasi sektor ekonomi yang di dalamnya termasuk penguasaan atas bank, perusahaan perdagangan, dan industri berat.
Mereka pun berhasil menguasai pusat-pusat tambang di negara-negara jajahan Inggris dan menguasai juga sebagian besar saham-saham Bank Central Inggris yang mencetak mata uang kertas serta saham-saham perusahaan minyak Inggris, Iran, Irak, clan Kuwait.
Di Inggris pun terdapat konglomerat-konglomerat yang menjadi donatur tetap perjuangan Zionis Israel di bumi Palestina, di antaranya adalah Edward Seves, pemilik Mark Spencer, yang meninggal tahun 1982. Pada tahun 1967, dengan lancar dia menambah bantuan dananya hingga sepuluh juta poundsterling berkat izin khusus dari Ratu Elizabeth. []
Sumber: Yahudi dalam Informasi dan Organisasi / Penulis: Fuad bin Sayyid Abdurrahman Arrifa’i / Cet. 1. / Penerbit: Gema Insani Press, 1995, Jakarta

No comments: